BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karena guru adalah the man behind the gun yang memungkinkan

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

SIKAP DAN PANDANGAN GURU MATEMATIKA TERHADAP EFEKTIVITAS PENINGKATAN KOMPETENSINYA MELALUI PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GUR U (PLPG)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

KATA PENGANTAR. menengah.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

Document Title KATA PENGANTAR

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan simpulan dan saran berdasarkan hasil

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES PADA PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI PARA GURU DI GUGUS III CAKRANEGARA

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Model Pengembangan Mutu Pembelajaran Melalui Pendampingan Terhadap Guru (Technical Assistance) dengan Melibatkan Pengawas dan Guru Inti.

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam mengajar. Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan pendidikan diatur

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB V PENUTUP. Berdasarkan deskripsi, analisis, studi dokumen, observasi serta wawancara

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1)

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kerja agar menghasilkan output yang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini merupakan akhir dari rangkaian kajian terhadap masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ON THE JOB LEARNING

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN UU KIP PPID PEMBANTU DAN SATKER PENDIDIKAN

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Perencanaan Pembelajaran Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan satu sama lain. Perangkat perencanaan pembelajaran yang dimiliki oleh SMP Negeri 19 Jakarta telah disusun sesuai dengan tuntutan kebijakan yang ada. Baik dari segi sistematika, maupun dari keterlibatan pihak-pihak di dalamnya. Perangkat perencanaan tersebut tidak hanya menekankan pada academic orientation, yang berdasarkan pada standar kompetensi lulusan dan standar isi, akan tetapi di dalam prosesnya juga sangat memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan pribadi siswa, dan menyediakan pengalamanpengalaman belajar yang memungkinkan siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya terhadap sesuatu hal atau materi. kebutuhan individu, dan minat siswa maupun guru harus difasilitasi dengan baik ketika guru sedang menyusun perencanaan pembelajaran. Hal ini sudah dilakukan oleh SMP Negeri 19 dengan mengemas pembelajaran ke dalam model pembelajaran yang bervariasi, ada teori, praktek, ada pola belajar secara individu dan berkelompok, semua itu dapat memfasilitasi karakteristik dan gaya belajar siswa yang berbedabeda.

134 Perencanaan memang memegang peranan penting dalam pembelajaran, dimana di dalamnya terdapat tahap-tahap penting untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif, yaitu pengorganisasian pembelajaran, penetapan tujuan pembelajaran dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran tiap tatap muka. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Persyaratan pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta sudah terpenuhi, baik dalam hal penetapan jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar, penetapan beban kerja minimal guru, pengadaan buku teks siswa, pemilihan bahan ajar hingga pengelolaan kelas. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung juga sudah menginduk pada perencanaan yang telah disusun di awal tahun ajaran. Nuansa pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme begitu jelas teramati, dengan aktivitas pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Interaksi guru-siswa tidak lagi bersifat formal, sehingga siswa lebih mudah/santai untuk berkomunikasi dengan guru di dalam kelas. Guru SMP Negeri 19 Jakarta telah memiliki karakteristik fasilitator yang baik dalam pembelajaran yaitu guru memiliki kepercayaan pada tujuan konstruktivisme. Guru juga tampak memiliki keinginan yang kuat agar siswa mampu menarik kesimpulan sendiri dan membangun opininya sendiri, menaruh penghargaan yang tinggi terhadap prinsip-prinsip konstruktivis termasuk belajar aktif, kongkrit, kegiatan

135 berkelompok dan refleksi, berkeinginan membantu siswa untuk memahami dengan menyediakan tahapan-tahapan pemahaman yang diperlukan. 3. Penilaian Pembelajaran Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi telah mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Hal ini akan berpengaruh secara langsung terhadap bentuk-bentuk alat penilaian yang digunakan oleh guru. Variasi alat penilaian muncul, tidak lagi pada ranah kognitif, tapi juga pada ranah lainnya, seperti yang telah dibuktikan dalam dokumen-dokumen penilaian yang ada. Dengan demikian, meskipun ketercapaian standar kompetensi lulusan menjadi salah satu acuan dalam menilai siswa, tapi tidak lagi menjadi satu-satunya sumber penilaian, dan penilaian terhadap siswa dilakukan secara holistik. Penilaian pembelajaran seharusnya tidak hanya digunakan untuk menilai ketercapaian siswa terhadap kompetensi di jenjang tertentu, tetapi juga digunakan sebagai cermin bagi guru dalam menilai proses pembelajaran yang telah diselenggarakannya. Meskipun guru mengatakan telah melakukan hal ini, tapi belum dapat ditemui dokumen atau data lain yang mendukung pernyataan ini.

136 4. Pengawasan Pembelajaran Pengawasan pembelajaran berupa pemantauan, supervisi dan evaluasi telah dilakukan di SMP Negeri 19 Jakarta, dan kemudian diakhiri dengan pelaporan, dan tindak lanjut. Pengawasan pembelajaran dalam standar proses adalah menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan pengawas. Keterbatasan pemahaman kepala sekolah terhadap mata pelajaran yang tidak diampunya juga kemudian menjadi kendala tersendiri ketika akan melakukan pengawasan terhadap pembelajaran. Sehingga dilakukan optimalisasi fungsi wadah guru mata pelajaran di sekolah, untuk mengadakan pengawasan yang dilakukan oleh koordinator tiap mata pelajaran sebagai perpanjangan tangan kepala sekolah. Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah berdasarkan data yang diperoleh adalah sekali dalam tiap semester. Dalam dokumen program kurikulumnya, SMP Negeri 19 Jakarta memang menetapkan target pengawasan terlaksana minimal satu kali dalam tiap semester. Meskipun secara administratif pengawasan tersebut sudah memenuhi program yang dirancang, tetapi perlu ditelaah lebih jauh lagi tentang efektivitasnya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Selain kepala sekolah dan pengawas sekolah, SMP Negeri 19 Jakarta juga mendapat pengawasan langsung dari Direktorat Pembinaan SMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkaitan dengan status RSBI yang disandangnya.

137 Pelaporan hasil pengawasan merupakan bagian yang amat penting dari kegiatan pengawasan. Dari laporan yang disusun itulah, kemudian dapat disusun program tindak lanjut untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran. 5. Pemahaman terhadap Standar Proses Kepala sekolah dan guru sudah memiliki pemahaman yang baik tentang standar proses sebagai salah satu standar dalam standar nasional pendidikan yang memiliki fungsi penting dalam proses pembelajaran. Guru memahami manfaat standar proses sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu maupun program pembelajaran harian, dan sebagai pedoman untuk mengimplementasikan program dalam kegiatan nyata di lapangan. Kepala sekolah juga telah memahami standar proses sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program pembelajaran di sekolah. Pemahaman ini penting karena kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol apakah kegiatan pembelajaran berpijak pada standar proses atau tidak. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta, tetapi adanya upaya mengimplementasikan standar proses sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan menjadi satu bukti bahwa pemahaman terhadap standar proses memang sudah dimiliki.

138 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Standar Proses Faktor yang masih menjadi kendala dalam implementasi standar proses di SMP Negeri 19 Jakarta adalah kompetensi guru. Status SMP Negeri 19 Jakarta sebagai RSBI juga berdampak terhadap tingginya tuntutan terhadap kinerja guru. Solusi yang diambil dalam upaya meningkatkan kompetensi guru adalah dengan melakukan kegiatan pengembangan profesi guru di internal sekolah dan optimalisasi peran pengawasan pembelajaran melalui koordinasi berjenjang yang tersistem dan sistematis. Sedangkan faktor yang paling mendukung adalah kebijakan, baik kebijakan internal sekolah maupun eksternal, dan komitmen kepala sekolah terhadap kebijakan-kebijakan tersebut. Begitu banyak kebijakan-kebijakan dari pihak eksternal, seperti pemerintah, pemerintah daerah dan komite sekolah yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta, khususnya yang terkait dengan status RSBI. Dukungan pengakuan, bentukbentuk pelatihan dan dana terus dialirkan untuk mempercepat eskalasi mutu pembelajaran di SMP Negeri 19 Jakarta. Komitmen kepala sekolah dalam meramu kebijakan-kebijakan eksternal tersebut menjadi kebijakan internal yang tepat juga menjadi faktor yang tak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Karena dukungan dan bantuan yang mengalir akan menjadi tumpul jika tidak ditindaklanjuti dengan tepat.

139 B. Rekomendasi 1. Pemanfaatan penilaian untuk perbaikan proses pembelajaran hendaknya tidak hanya dilakukan, tapi juga didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan, dalam bentuk catatan sederhana. Hasil penilaian pembelajaran siswa adalah salah satu cermin yang baik bagi guru untuk menilai diri sendiri dengan jujur, kemudian memperbaiki yang salah dan meningkatkan yang sudah baik. Jika hal ini dilakukan, maka guru akan semakin mantap melakukan penjaminan mutu terhadap proses pembelajaran yang diselenggarakannya. Selain itu, dokumentasi ini juga akan bermanfaat ketika ada rekan sejawat yang mengalami kendala yang sama, sehingga hasil pendokumentasian akan menjadi sumber belajar bagi guru lain. Sekolah perlu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk terus melakukan hal ini. Membiasakan menulis di kalangan guru dan berbagi pengalaman dengan sesama, walaupun dari masalah-masalah pembelajaran yang paling sederhana, akan menjadi pupuk yang baik dalam menumbuhkembangkan budaya meneliti di kalangan guru sebagai salah satu bentuk penjaminan mutu pendidikan. 2. Perlu dilakukan optimalisasi peran pengawas sekolah dalam pengawasan pembelajaran. Selain berbentuk pengawasan pembelajaran, idealnya pengawas juga melaksanakan pendampingan pembelajaran. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan pembelajaran oleh pengawas perlu dipertimbangkan, mengingat peran strategis pengawas sebagai

140 perpanjangan tangan pemerintah daerah yang sangat berkepentingan terhadap meningkatnya mutu pembelajaran di sekolah. 3. Adanya penunjukkan guru yang selalu sama untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dapat disiasati oleh sekolah dengan menetapkan kewajiban diseminasi dan sharing file hasil pelatihan. Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban guru yang mengikuti pelatihan, juga dapat memperluas manfaat yang diperoleh sekolah. 4. Akuntabilitas dan transparansi adalah jantung dari kegiatan penjaminan mutu, demikian pula dengan penjaminan mutu pembelajaran di sekolah. Penyusunan laporan pengawasan pembelajaran yang telah dilakukan di sekolah juga merupakan salah satu sarana untuk mencapai akuntabilitas. Keberadaan infrastruktur ICT yang lengkap di sekolah, dapat dimaksimalkan fungsinya dengan cara menampilkan laporan-laporan hasil pengawasan pembelajaran di website sekolah, tentunya dengan format laporan yang disesuaikan. Hal ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah kepada masyarakat luas, karena bagaimanapun telah menggunakan anggaran dari APBN dan APBD dalam jumlah yang besar. Secara tidak langsung, hal tersebut memiliki makna bahwa masyarakat (bukan hanya komite sekolah) telah mendanai sekolah sedemikian rupa untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu di lingkungan masyarakat.