RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA I. UMUM Pembangunan hukum dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional yang dilakukan melalui pembentukan hukum baru, khususnya produk hukum yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan perekonomian nasional. Melalui produk hukum nasional yang dapat menjamin kepastian, ketertiban, penegakan, dan perlindungan hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, diharapkan mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan perekonomian nasional. Salah satu sarana hukum yang diperlukan untuk dapat menjamin kepastian, ketertiban, penegakan, dan perlindungan hukum, guna mendukung perkembangan perekonomian nasional tersebut perlu membentuk Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana. Beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai Perampasan Aset Tindak Pidana, antara lain: 1. timbulnya berbagai bentuk kejahatan, khususnya kejahatan yang bertujuan untuk mendapat keuntungan ekonomis atau lebih dikenal sebagai tindak pidana dengan motif ekonomi. 2. kejahatan dengan motif ekonomi tersebut memungkinkan terakumulasinya sumber daya ekonomi yang besar di tangan pelaku tindak pidana yang seringkali digunakan untuk kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan masyarakat, atau dengan kata lain, bahwa kejahatan tersebut berpotensi merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan umum.
3. tindak pidana dengan motif ekonomi yang awalnya bersifat konvensional, kini berkembang menjadi semakin kompleks, bersifat transnasional atau lintas negara, dan jenis kejahatan ini selain menghasilkan banyak harta kekayaan juga melibatkan banyak dana untuk membiayai peralatan serta sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya jenis tindak pidana ini. Bertitik tolak dari faktor tersebut di atas, pengaturan tentang Perampasan Aset Tindak Pidana bertujuan untuk memberikan pengaturan secara khusus tentang penyitaan dan perampasan hasil tindak pidana dalam rangka penegakan hukum di tanah air. Menyita dan merampas hasil tindak pidana dari pelaku tindak pidana tidak saja memindahkan sejumlah harta kekayaan dari pelaku kejahatan, akan tetapi juga merupakan usaha dalam rangka untuk mewujudkan tujuan bersama yaitu terbentuknya keadilan dan kesejahteraan bagi semua anggota masyarakat. Pendekatan untuk menekan tingkat kejahatan melalui Penyitaan dan Perampasan Aset Tindak Pidana dapat sejalan dengan prinsip peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan. Pendekatan seperti ini akan memperbesar kemungkinan untuk mengambil kembali hasil tindak pidana tanpa dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan dalam penuntutan dan pemeriksaan terhadap pelaku tindak pidana tersebut di pengadilan. Di samping itu, Perampasan Aset Tindak Pidana dapat juga mengurangi tingkat kejahatan, memberikan kepastian hukum, dan menjamin perlindungan hukum di Indonesia. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan usaha di Indonesia. Berkurangnya tingkat kejahatan juga akan meningkatkan keamanan dana dan hasil pembangunan dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Penyitaan dan Perampasan Aset yang tidak dapat dibuktikan perolehannya secara sah menurut hukum, juga dapat mencegah pengalokasian sumber daya ekonomi yang diperoleh dari hasil tindak pidana oleh pelaku tindak pidana, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan pembangunan secara umum. 2
Undang-Undang ini juga dimaksudkan untuk mendorong Pengelolaan Aset yang profesional, transparan, dan akuntabel sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Di samping itu, dalam rangka Pengelolaan Aset, pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain dalam rangka pengembalian Aset sesuai dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Materi muatan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana disesuaikan dengan norma, ruang lingkup, dan materi Perampasan Aset Tindak Pidana, untuk menampung adanya tuntutan perkembangan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Beberapa pokok materi yang diatur dalam Undang-Undang ini, antara lain: 1. tata cara Penelusuran, Pemblokiran, Penyitaan, dan Perampasam Aset Tindak Pidana; 2. wewenang mengajukan permohonan Perampasan Aset dan wewenang pengadilan untuk mengadili; 3. Pengelolaan Aset yang dilaksanakan berdasarkan asas profesional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, dan akuntabilitas; 4. ganti kerugian terhadap pihak yang dirugikan sebagai akibat adanya Pemblokiran atau Penyitaan; dan 5. perlindungan terhadap pihak ketiga yang beritikad baik. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan orang lain antara lain, suami/isteri, anak, dan keluarga. Huruf b 3
Huruf c Ketentuan ini dimaksudkan untuk menggantikan Aset Tindak Pidana yang hilang, telah habis digunakan, tidak dapat ditemukan, telah dialihkan kepada pihak ketiga, telah ditempatkan di luar yurisdiksi pengadilan, ditiadakan nilainya, atau bercampur dengan properti lain. Huruf d Ketentuan ini dimaksudkan untuk merampas barang hasil kejahatan yang tidak diketahui pelakunya/pemiliknya, misalnya kayu gelondongan di hutan atau barang selundupan di pelabuhan tidak resmi. Pasal 3 Yang dimaksud dengan perolehannya secara sah adalah perolehan yang berasal dari penghasilan yang tidak melanggar hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Petunjuk perhitungan total kekayaan dapat diperoleh antara lain, dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Laporan Pajak Penghasilan Pegawai (LP2P), Surat Pajak Tahunan (SPT). Pasal 4 Dalam ketentuan ini PPATK dapat membantu Penyidik atau Penuntut Umum untuk melakukan Penelusuran dalam rangka mengoptimalkan upaya pengembalian Aset Tindak Pidana. 4
Jika tidak memberikan yang asli maka Dokumen tersebut harus dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang. Penyampaian Dokumen oleh Setiap Orang atau instansi pemerintah tidak memerlukan izin dari siapapun. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 5 Pasal 6 Yang dimaksud dengan lembaga yang berwenang antara lain, Penyedia Jasa Keuangan baik bank maupun nonbank, Badan Pertanahan Nasional, atau Perum Pegadaian. Dalam ketentuan ini, Pemblokiran terhadap Aset Tindak Pidana yang disimpan dalam rekening perbankan, sebesar perkiraan nilai Aset yang diduga diperoleh atau terkait dengan tindak pidana. Yang dimaksud dengan segera adalah tanpa ditunda atau tindakannya diprioritaskan. Ayat (4) 5
Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan terdakwanya diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang dikenal dengan istilah ontslag van alle rechtsvervolgings adalah perbuatan yang didakwakan dapat dibuktikan di persidangan, namun terdakwa tidak dapat dihukum karena mempunyai alasan pembenar atau alasan pemaaf. 6
Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Terhadap hasil penggunaan atau pemanfaatan Aset Tindak Pidana oleh pihak ketiga tersebut diserahkan kepada Menteri untuk diadakan perhitungan dan pembagian dalam rangka pemeliharaan Aset Tindak Pidana. Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Permohonan Perampasan Aset yang diajukan meliputi Aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3. Huruf a Huruf b 7
Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Yang dimaksud dengan dokumen pendukung lain adalah dokumen yang dapat memperkuat pengajuan permohonan Perampasan Aset. Cukup jelas Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 8
Yang dimaksud dengan pihak yang diketahui berkepentingan dengan Aset antara lain, orang yang menguasai Aset yang menjadi obyek permohonan perampasan. Ayat (4) Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Penentuan majelis hakim atau tunggal didasarkan pada kompleksitas perkara. Pengumuman dimuat dalam media cetak dan papan pengumuman Pengadilan Negeri setempat. Pengumuman ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pihak ketiga mengajukan keberatan terhadap permohonan Perampasan Aset yang diajukan pada Penuntut Umum. Ayat (4) Pasal 30 9
Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Yang dimaksud dengan bahan pendukung antara lain, Dokumen, keterangan, atau bukti lainnya. Pasal 41 Pasal 42 10
Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan misalnya Setiap Orang yang mengaku sebagai pemilik Aset, menguasai Aset, atau pihak ketiga yang keberatan terhadap permohonan Perampasan Aset. Pasal 53 11
Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Yang dimaksud dengan pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Aset rampasan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal pemerintah. 12
Huruf f Yang dimaksud dengan penggunaan adalah penetapan penggunaan Aset rampasan kepada kementerian/lembaga. Huruf g Yang dimaksud dengan pemanfaatan adalah pendayagunaan Aset rampasan dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan. Huruf h Huruf i Pasal 61 Pasal 62 Pasal 63 Yang dimaksud dengan pengamanan hukum dalam ketentuan ini, Menteri dapat juga menitipkan Asetnya kepada pengadilan. Pasal 64 Yang dimaksud dengan penilaian adalah penilaian berdasarkan penetapan pengadilan. Yang dimaksud dengan Aset Tindak Pidana tertentu antara lain, emas, berlian, uang. 13
Pasal 65 Ketentuan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mencairkan Aset Tindak Pidana menjadi sejumlah nilai uang yang akan disetorkan ke kas negara. Yang dimaksud dengan kantor lelang adalah unit pelayanan di Kementerian Keuangan yang berwenang melaksanakan lelang. Pasal 66 Penggunaan, pemanfaatan, maupun penjualan dilakukan sebagaimana barang milik negara. Pasal 67 Yang dimaksud dengan pertimbangan teknis antara lain, kondisi atau keadaan benda dan rencana penggunaan atau peruntukan. Pasal 68 Pasal 69 14
Pasal 70 Pasal 71 Pasal 72 Pasal 73 Pasal 74 Pasal 75 Pasal 76 Pasal 77 Pasal 78 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... 15