MATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

dokumen-dokumen yang mirip
mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

MATA KULIAH. Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN TOPIK. Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

A. Pengertian Pertumbuhan Fisik

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

ARTIKEL JUDUL : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. BY ; NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

KONSEP KENDIRI (Part 5)

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pada usianya. Masa remaja menurut Mappiare yang. yang sangat pesat secara fisik maupun psikologisnya.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

Transkripsi:

MATA KULIAH WAKTU DOSEN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes TOPIK Asuhan Remaja

Asuhan Remaja 1 SUB TOPIK Asuhan pada Remaja OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat : - Menjelaskan tentang asuhan kesehatan reproduksi remaja REFERENSI 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan 2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area EGC Jakarta. 3. Masyarakat, 1996, di Indonesia, Jakarta. 4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford Foundation, 1995, 6. Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa 7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII, Yogyakarta. 8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, dan Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 9. Wattie, Anna Marie,1996, dasar pemikiran, pengertian dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta. 10. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta. 11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Jakarta.

Asuhan Remaja 2 KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA Defenisi Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja ( adolescent) secara eksplisit melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)

Asuhan Remaja 3 berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap : 1. Perubahan Eksternal Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah : a. Tinggi Badan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. b. Berat Badan: Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak. c. Proporsi Tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang. d. Organ Seks: Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian. e. Ciri ciri Seks Sekunder: Ciri ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara. 2. Perubahan Internal: Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.

Asuhan Remaja 4 Perubahan tersebut adalah : 1. Sistem Pencernaan: Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang. 2. Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang. 3. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian. 4. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa 5. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang. 3. Perubahan kejiwaan Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi: 1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi : sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa ) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi. 2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencobacoba. Prilaku ini jika didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa

Asuhan Remaja 5 remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS.Prilaku ingin mencoba-coba juga dapat mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA ( Narkotik, psikotropik dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol ) Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya : Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain : a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan. d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut. f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita. g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan

Asuhan Remaja 6 didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab. Definisi Remaja Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja 1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja) 2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya 3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi 4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi 5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual 6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

Asuhan Remaja 7 7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif 8. Hak-hak reproduksi 9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja sangat perlu untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ reproduksi yang banyak berkembang dalam fase ini. 10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa remaja dan pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami perubahan. 11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan sehingga kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun buang air besar. Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan kotoran tidak kembali bersarang. 12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama bagi yang tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat membuat daerah tersebut lembab dan merupakan kondisi yang tepat untuk tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan hormon juga dapat merubah ekosistem organ kewanitaan. 13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan sangat berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri. 14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria. Beberapa remaja pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus penis pada masa kanak-kanak yang sering dikenal dengan sunatan, nah remaja pria yang memiliki organ intim seperti ini harus tetap rajin membersihan organ intimnya dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit tersebut, karena apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar. 15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan keadaan sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan organ intim mereka terantuk, terjepit resleting ataupun terkena benda lain

Asuhan Remaja 8 dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat mengalami cedera, pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan sampai disfungsi ereksi. Promosi Pengembangan Kesehatan remaja Pada tahun 1994, International Conference on Population and Development (ICPD) melakukan upaya untuk mengembangkan program yang cocok untuk kebutuhan kesehatan reproduksi remaja. Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda : 1. Melakukan pengembangan layanan-layanan yang ramah bagi generasi muda; 2. Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksaan, dan evaluasi program; 3. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan (provider) untuk dapat m elayani kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran-kekhawatiran khusus para remaja; 4. Mendorong upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukung perkembangan generasi muda dan mendorong munculnya perilaku kesehatan remaja yang positif; 5. Memadukan latihan-latihan membangun keterampilan ke dalam programprogram yang ditujukan untuk generasi muda agar dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka, mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi mengenai seksualitas,dan memperkuat kemampuan mereka dalam mengupayakan praktik-praktik seksual yang lebih aman. Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24 negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut, menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat kontrasepsi

Asuhan Remaja 9 Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa alasan: 1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-29 2. 2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan populasi remaja. Diperkirakan bahwa 40% dari semua anak perempuan berusia 14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat mereka berumur 20 tahun 3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan. 3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja. 4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya. 5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun. Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan 1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja. Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Para orang tua, pemuka agama, petugas kesehatan dan generasi muda sendiri mungkin memiliki pendapat yang kuat mengenai masalah ini. Advokasi efektif akan membangun sebuah kasus yang memberikan informasi

Asuhan Remaja 10 dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual menyeluruh bagi generasi muda agar mereka dapat menjaga keselamatan hidupnya. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program. 2. Komponen-komponen program yang berhasil Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan maksimal jika program-program tersebut: a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani. b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya. c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua. d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi layanan (provider) e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk menghindari risiko. f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih aman menjadi perilaku yang menarik. h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang cukup panjang. 3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan

Asuhan Remaja 11 keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau pelayanan. Program-program yang menggunakan pendidik/edukator teman sebaya didasarkan pada bukti bahwa para remaja memiliki hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir sama, dengan ketertarikan dan latar belakang serupa. 4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Remaja umumnya lebih tidak memiliki informasi, tidak berpengalaman, dan lebih tidak percaya diri mengenai masalah-masalah seksual dan kemampuan mereka sendiri jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pendekatan-pendekatan khusus diperlukan untuk menarik, melayani dan mempertahankan remaja sebagai klien kesehatan reproduksi. Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadpa komponenkomponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikapsikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap

Asuhan Remaja 12 pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja. 5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. 6. Kontrasepsi bagi remaja Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit menular seksual). 7. HIV dan PMS di kalangan Remaja Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun, dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60%

Asuhan Remaja 13 dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria sebayanya. 8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan Banyak remaja aktif secara seksual ( meskip un bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja. Di negara-negara berkembang hampir 60% kehamilan dan persalinan pada remaja yang sudah menikah atau yang belum menikah tidak dilakukan dengan pertolongan. Persalinan yang tidak direncanakan dapat mengarah pada stress emosional dan kesulitan ekonomi. Jika remaja perempuan tersebut belum menikah, maka beban psikologis akan dirasa semakin berat akibat sikap tidak menerimanya masyarakat. Para siswa-siswa yang hamil di negara berkembang seringkali mencari cara untuk melakukan aborsi untuk menghindari kemungkinan dikeluarkannya dari sekolah. Di negaranegara di mana aborsi adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan dan usia, para perempuan muda ini mungkin akan mencaripenolong ilegal yang mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.

Asuhan Remaja 14 9. Pendidikan seks berbasis sekolah Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten. 10. Masalah Gender Spesifik Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender yang tidak setara. Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil keputusan dan tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk membantu mereka membuat keputusan-keputusan.

Asuhan Remaja 15 EVALUASI 1. Batasan usia remaja menurut WHO, yaitu: a. 12-18 tahun b. 13-19 tahun c. 12-24 tahun d. 14-22 tahun Jawab C 2. Ciri-ciri remaja, kecuali : a. Masa remaja sebagai periode pelatihan. b. Masa remaja sebagai periode kemapanan c. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri d. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Jawab B 3. Perubahan eksternal selama masa remaja, yaitu: a. Tinggi badan b. Psikis c. Mental d. Perilaku Jawab A 4. Perkembangan intelegensia, dalam perubahan kejiwaan remaja, yaitu: a. sensitif b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar c. Mampu berpikir abstrak d. Mudah menangis Jawab C 5. Perubahan internal selama masa remaja, yaitu: a. Tinggi badan b. Psikis c. Sistem pencernaan d. Perilaku Jawab C

Asuhan Remaja 16