Titik Chomariyati F BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya, hal ini terjadi karena akuntan merupakan produk dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap tenaga kerja sebagai akuntan publik. perubahan mendasar sejak awal tahun 1990-an (Machfoedz, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. diminat oleh mahasiswa saat ini. Dari hasil penelitian Tengker dan Morasa (2007)

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK

Tunjung Irmawati B

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP UJIAN SERTIFIKASI AKUNTAN PUBLIK (USAP)

Bidang Pengetahuan dan Profesi Akuntansi

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi untuk mendapatkan gelar profesi Akuntan. Pendidikan ini harus

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perubahan pada sendi-sendinya. Salah satu bidang yang juga mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK BAGI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI (Survei di UNS, UMS, dan STIE SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA (Survey Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

PENGARUH PENGALAMAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR DALAM BIDANG AUDITING (Study Survei di KAP wilayah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu bidang pengetahuan dalam akuntansi, pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

BAB I PENDAHULUAN. mencetak tenaga yang terdidik dan siap memasuki dunia kerja. di antara sesama tenaga kerja yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya pada era globalisasi saat ini. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa jurusan akuntansi FE UNS mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) Oleh: Indriani Budi Kurniawati

BAB I PENDAHULUAN. peluang lapangan pekerjaan yang semakin beragam untuk semua angkatan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dibanding jasa lainnya dan disebut juga dengan istilah jasa tradisional. Jasa ini

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

IRMA MIRSYA F

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari model dan standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, sedangkan ditinjau dari sudut pandang subjektif karir dipandang. karena seseorang menjadi tua (Wany, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. komputer (hardware, software) dengan teknologi komunikasi (data, image,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan dunia bisnis saat ini memberikan lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1967, 1968 yaitu pada saat pemerintah mulai mengeluarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. global. Profesi akuntan di Indonesia di era globalisasi ini semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. akan berkiprah dalam dunia kerja adalah sarjana ekonomi, khususnya dari jurusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan akuntansi di Indonesia sudah cukup lama diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. investor maupun kreditor untuk melakukan penanaman saham. meningkatnya kebutuhan investor atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Generasi muda ini merupakan calon-calon pekerja di bank, perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEPUTUSAN PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK PADA MAHASISWA AKUNTANSI

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya komputer pada tahun UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan dunia teknologi dan informasi dan juga adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

ARUM KUSUMAWATI B

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sendiri telah memiliki peraturan-peraturan yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. (KAP) untuk mengaudit laporan keuangannya. untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Para pengguna

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang sehat dan efisien. Seiring dengan berjalan nya kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak era globalisasi ini, pertumbuhan dunia bisnis semakin pesat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi profesional di bidang akuntansi. Selain itu juga mereka termotivasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semakin meningkat. Perusahaan go public diwajibkan untuk

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

Akuntan dan Pendidikan Akuntansi Bagian 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif dan laju. keunggulan agar dapat bertahan dalam persaingan, terlebih pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

ESENSI Volume 13 No.2 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan dunia bisnis memberikan lapangan kerja yang beragam

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhasil mencapai visi dan misinya. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan salah satu jurusan ekonomi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan tuntutan masyarakat disektor usaha dan pemerintahan semakin

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KONSISTENSI PILIHAN KARIR DIBIDANG AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan memiliki karir di

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung hanya kepada lulusan perguruan tinggi negeri tertentu atau melalui

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pengacara dalam melaksanakan keahliannya akan memperoleh fee dari klien

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi dikenal sebagai bahasa bisnis. Dalam hal bisnis, terdapat

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan profesionalismenya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Jasa audit atas laporan keuangan merupakan jasa yang paling dikenal

BAB I PENDAHULUAN. satunya disebabkan karena mereka ingin menjadi seorang akuntan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dimana bisnis tidak lagi mengenal batas. negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh

Transkripsi:

The perceptions of accounting lecturers and accounting university students towards the Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) in Indonesia and Financial Accounting Standards (FAS) in Indonesia Titik Chomariyati F0300008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin meningkatnya persaingan dan juga dengan adanya era globalisasi menyebabkan muncul tuntutan peningkatan kualitas dan juga profesionalisme bagi para akuntan. Kualitas akuntan sangat dipengaruhi dari kualitas pendidikannya, hal ini terjadi karena akuntan merupakan produk dari proses belajar di perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan tempat belajar para calon-calon akuntan yang paling dominan, sehingga dengan berawal dari hal itulah ada hubungan yang jelas antara mahasiswa akuntansi sebagai caloncalon akuntan dengan akuntan pendidik sebagai fasilitator dalam mentransfer ilmu pengetahuan pada perguruan tinggi. Dengan melihat peran penting dari proses belajar dan juga peran akuntan pendidik maka seharusnya calon-calon akuntan sejak dini dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, baik dari segi teknis maupun non-teknis untuk menghadapi persaingan global. Penguasaan keahlian teknis yang mantap mengakibatkan penguasaan yang baik terhadap standar profesi, seperti Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan juga peraturan teknis

lainnya, seperti peraturan pajak dan juga pasar modal. Baik atau tidaknya kualitas mahasiswa akuntansi ketika lulus dan menjadi sarjana akuntansi sangat dipengaruhi oleh kualitas belajar di perguruan tinggi dan juga tidak lepas dari peranan akuntan pendidik. Dosen akuntansi sebagai akuntan pendidik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk mencetak lulusan yang berkualitas di bidang akuntansi. Agar bisa menjadi seorang akuntan yang profesional dan juga berkualitas tinggi maka mahasiswa akuntansi harus bisa memahami SPAP dan juga SAK. Disamping itu, sistem pendidikan yang baik dan juga penerapan kurikulum yang tepat juga bisa menjadi landasan yang kuat bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitasnya. Sistem pendidikan yang baik menyangkut aspek ketrampilan, pengembangan, wawasan dan juga daya nalar. Bagi para akuntan dan juga mahasiswa akuntansi, istilah SPAP dan SAK bukanlah merupakan sesuatu hal yang asing lagi. SPAP merupakan buku yang berisi kodifikasi berbagai pernyataan standar auditing, pernyataan standar atestasi dan juga pernyataan jasa akuntansi dan review yang telah diterbitkan oleh IAI. Sedangkan SAK merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang telah diakui dan disetujui oleh kalangan akuntan Indonesia yang telah disepakati oleh organisasi profesi (penjelasan pasal 58 UU No.1 / 1995). Selain SPAP dan SAK, dalam dunia akuntansi juga dikenal tentang istilah Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU). Dewan standar profesional akuntan publik menerjemahkan istilah GAAP sebagai Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (SPAP, 2001) sedangkan Suwardjono (1992: 4) dan

Machfoedz (1997) menyebutnya sebagai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Menurut mereka, istilah berterima lebih tepat digunakan sebagai padanan kata accepted. Sehingga disini penulis menggunakan istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum sebagai terjemahan dari Generally Accepted Accounting Principles untuk semua ungkapan PABU yang dipetik dari pernyataan IAI. Sedangkan untuk pernyataan yang tidak berhubungan dengan sumber acuan PABU dari SPAP maka peneliti menyebutnya sebagai prinsip akuntansi berterima umum. Hal ini dilakukan agar tidak merubah konteks kalimat dan maknanya. Istilah PABU banyak dijumpai dalam SPAP, sedangkan istilah GAAP berasal dari Amerika. GAAP merupakan istilah teknis dalam akuntansi keuangan yang meliputi konvensi, peraturan dan prosedur yang diperlukan untuk mendefinisikan praktik akuntansi yang berterima umum pada waktu tertentu (APB Statement No.4). Sedangkan menurut SPAP tahun 2001 dalam standar auditing seksi 411 paragraf 02 dinyatakan bahwa PABU Indonesia adalah istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan dan juga prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di Indonesia pada saat tertentu. Di Indonesia, sumber-sumber acuan tentang PABU menjadi semakin jelas setelah terbitnya SPAP Per 1 Januari tahun 2001. Di dalam SPAP itu sudah secara jelas disebutkan sumber-sumber acuan tentang PABU dan juga bentuk tingkatan rerangka prinsip akuntansi yang berlaku umum Indonesia. Sedangkan dalam SPAP sebelumnya, yaitu SPAP 1994 hanya menyebutkan bahwa sumber acuan tentang PABU adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan dan atau dinyatakan berlaku oleh IAI

(Standar Auditing seksi 411 paragraf 05, SPAP 1994). Disamping itu dalam standar auditing SPAP 1994 tersebut belum ada bentuk yang jelas tentang rerangka PABU Indonesia. Sehingga perbedaan antara konsep PABU berdasarkan standar auditing SPAP tahun 1994 dengan standar auditing SPAP 2001 sangat jelas sekali, karena konsep PABU dalam SPAP 1994 berbeda dengan konsep GAAP Amerika. Banyak di kalangan mahasiswa dan akuntan pendidik yang menganggap PABU setara dengan SAK. Menurut mereka, kalau di Amerika ada GAAP maka di Indonesia ada PABU, yaitu SAK atau PAI. Bahkan dari hasil penelitian diperoleh fakta empiris bahwa dosen akuntansi Indonesia mempersepsi PABU setara dengan SAK (kustono, 2001). Hal ini sangatlah mengejutkan bagi dunia pendidikan akuntansi di Indonesia, khususnya berhubungan dengan pertanyaan tentang bagaimana kualitas dosen akuntansi di Indonesia. Adanya kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pemahaman akuntan pendidik terhadap PABU dan SAK masih keliru, padahal akuntan pendidik adalah pihak yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap dunia pendidikan akuntansi. Sebenarnya SAK bukanlah satu-satunya sumber PABU Indonesia dan ada perbedaan posisi atau kedudukan, perbedaan fungsi dan juga perbedaan sumber-sumber acuan antara PABU dan SAK. Persepsi memang mungkin berbeda diantara beberapa individu, tergantung bagaimana ia mengolah stimulusnya. Akan tetapi, perbedaan tersebut seharusnya tidak terjadi pada suatu hukum, prinsip, aturan atau standar. Seharusnya perbedaan persepsi atau kesalahan persepsi tentang PABU dan SAK bisa dihindari, karena kesalahan persepsi mengenai PABU dan SAK akan menyebabkan

kesalahan interpretasi dan akhirnya akan berujung pada malpraktik. Hal ini bisa terjadi karena PABU dijadikan dasar acuan utama dalam menyusun laporan keuangan dan juga digunakan untuk menilai kewajaran laporan keuangan. Bagaimana mungkin seseorang melakukan audit dan menyatakan pendapat kalau kriteria untuk memberi pendapat tidak dipahami secara penuh dan hanya samar-samar (Suwardjono, 1992). Penelitian ini dilakukan karena termotivasi dari penelitiannya Kustono (2001) yang menunjukkan hasil empiris bahwa sebagian besar dosen akuntansi di Indonesia mempersepsi PABU setara dengan SAK. Disamping itu, peneliti juga termotivasi dari hasil penelitian Kusumawati yang menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi yang sangat signifikan tentang GAAP atau PABU dan SAK antara akuntan (akuntan publik dan akuntan pendidik) dan mahasiswa akuntansi. Dari hasil penelitian ini juga diketahui bahwa rata-rata tingkat pemahaman responden (akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi) masih sangat rendah, yang berarti bahwa mereka belum paham benar tentang konsep PABU dan SAK. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari kedua penelitian diatas. Faktor lain yang juga melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian ini karena adanya perubahan yang sangat besar sekali pada sumbersumber acuan tentang PABU Indonesia. Hal ini terjadi karena pada waktu penelitian ini dilakukan, telah terbit SPAP Per 1 Januari 2001 yang berisi sumber acuan yang jelas tentang PABU Indonesia dan juga bentuk rerangka PABU Indonesia sudah semakin jelas. Sedangkan pada waktu kedua penelitian terdahulu tersebut dilakukan, sumber acuan tentang PABU masih

SPAP 1994 yang terdapat dalam standar auditing. Padahal dalam standar auditing SPAP 1994 tersebut memuat konsep PABU yang sangat berbeda dengan standar auditing dalam SPAP 2001. Sehingga sampai dengan selesainya kedua penelitian terdahulu diatas ternyata konsep dan gambaran tentang PABU Indonesia masih sangat terbatas dan belum tampak jelas. Pada SPAP 1994 yang digunakan sebagai sumber acuan tentang PABU dari kedua peneliti terdahulu tersebut, disebutkan bahwa hanya ada satu sumber acuan PABU Indonesia, yaitu prinsip akuntansi yang dinyatakan berlaku oleh IAI dan juga belum ada bentuk yang jelas tentang rerangka PABU Indonesia. Sehingga mungkin saja hal inilah yang menyebabkan adanya kesalahan persepsi yang terjadi pada akuntan pendidik. Dengan dasar itulah peneliti ingin melakukan penelitian lagi untuk melihat perbandingan hasil penelitian yang dilakukan setelah munculnya konsep yang lebih jelas tentang PABU dalam standar auditing SPAP Per 1 Januari 2001 dengan hasil penelitian terdahulu. Alasan dari peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah karena penelitian tentang PABU dan SAK masih jarang dilakukan, padahal konsep tentang PABU dan SAK sangatlah penting bagi seorang akuntan. Ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian diatas, yaitu: 1. Perbedaan pada permasalahan penelitian Dalam penelitiannya Kusumawati (2000) dilakukan penelitian tentang persepsi antara akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi tentang GAAP atau PABU dan SAK, kemudian Kustono (2001) meneliti tentang persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan

SAK dan juga faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang diteliti, yaitu: faktor instansi, tahun lulus, minat dalam pengajaran dan riset, pendidikan, pengalaman dan penguasaan bahasa inggris. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian tentang persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi tentang PABU dan SAK. Perbedaan mendasar dari penelitian ini dengan penelitian Kusumawati (2000), yaitu peneliti ingin memperluas penelitian dengan menambah permasalahan penelitian dengan melakukan perbandingan tambahan persepsi antara mahasiswa akuntansi pria dan mahasiswa akuntansi wanita dan juga antara akuntan pendidik pria dan akuntan pendidik wanita. Disamping itu peneliti juga akan melakukan perbandingan persepsi antara akuntan pendidik dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Hal ini belum dilakukan dalam penelitian sebelumnya. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya. Penelitian kustono dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat dosen akuntansi yang mempersepsi PABU setara dengan SAK dan juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang PABU dan SAK. Penelitian ini hanya bersifat komparatif untuk mengetahui perbedaan tingkat pemahaman tentang konsep PABU dan SAK antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi, antara akuntan pendidik dari PTN dan PTS, antara mahasiswa

akuntansi dari PTN dan PTS, antara akuntan pendidik pria dan wanita serta antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita. 2. Perbedaan pada hipotesis yang diajukan Dalam penelitiannya Kusumawati (2000) ada tiga hipotesis yang diajukan, yaitu: Ha 1 : Ada perbedaan persepsi antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi terhadap GAAP/PABU dan SAK. Ha 2 : Ada perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap GAAP/PABU dan SAK. Ha 3 : Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi PTN dan mahasiswa akuntansi PTS terhadap GAAP atau PABU dan SAK. Penelitian Kustono (2001) dilakukan untuk menguji delapan hipotesis, kedelapan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut ini. Ha 1 : Terdapat dosen akuntansi yang mempersepsi PABU sama dengan SAK atau PAI. Ha 2 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh status institusi. Ha 3 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh asal tempat menempuh S1. Ha 4 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh pengalaman.

Ha 5 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Ha 6 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh tingkat penguasaan bahasa inggris. Ha 7 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh tahun lulus S1. Ha 8 : Persepsi dosen akuntansi terhadap kesetaraan PABU dan SAK dipengaruhi oleh minat konsentrasi dalam pengajaran dan riset. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji lima hipotesis berikut ini. Ha 1 : Ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Ha 2 : Ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara akuntan pendidik PTN dan akuntan pendidik PTS. Ha 3 : Ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Ha 4 : Ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara akuntan pendidik pria dan wanita. Ha 5 : Ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita. 3. Perbedaan waktu, tempat, dan juga responden Waktu, tempat, dan responden yang diteliti dalam penelitian ini sangat jelas berbeda dengan penelitian terdahulu. Dalam penelitian terdahulu, yaitu penelitian Kusumawati, dilakukan pada tahun 2000 dengan

populasi seluruh akuntan pendidik, akuntan publik dan juga mahasiswa akuntansi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian Kustono melakukan penelitian pada tahun 2001 dengan populasi seluruh dosen akuntansi di Indonesia. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan penelitian dengan populasi seluruh akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi di Surakarta dan dilaksanakan pada tahun 2003. Adanya perbedaan waktu dan juga tempat penelitian kemungkinan juga bisa mempengaruhi hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu. B. Perumusan Masalah Dari hasil uraian latar belakang masalah diatas maka muncul beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut ini. 1. Apakah ada perbedaan persepsi tentang PABU dengan SAK antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi? 2. Apakah ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara akuntan pendidik dari Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta? 3. Apakah ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara mahasiswa akuntansi dari Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta? 4. Apakah ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara akuntan pendidik pria dan akuntan pendidik wanita? 5. Apakah ada perbedaan persepsi tentang PABU dan SAK antara mahasiswa akuntansi pria dengan mahasiswa akuntansi wanita? 6. Bagaimana pendapat responden tentang sistem pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia secara umum?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi tentang PABU dengan SAK antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi atau pemahaman terhadap konsep PABU dan SAK antara akuntan pendidik dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). 3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi atau pemahaman terhadap konsep PABU dan SAK antara mahasiswa akuntansi dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). 4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi atau pemahaman terhadap konsep PABU dan SAK antara akuntan pendidik pria dan akuntan pendidik wanita. 5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi atau pemahaman terhadap konsep PABU dan SAK antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita. 6. Untuk mengetahui bagaimana pendapat responden tentang sistem pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia sehingga bisa dijadikan sebagai dasar evaluasi tentang sistem pendidikan tinggi akuntansi yang sudah ada. D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu seluruh responden akan bisa mengetahui bagaimana tingkat pemahaman mereka tentang konsep PABU dan SAK. Disamping itu, bagi lembaga pendidikan tinggi akuntansi bisa dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi tentang sistem pendidikan tinggi akuntansi dan kualitas dari hasil proses pendidikan akuntansi. Peneliti juga berharap bahwa hasil dari penelitian ini nanti bisa memberi kontribusi pada IAI dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dari standar atau peraturan yang dikeluarkan. Informasi yang disimpulkan dalam penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merenovasi proses pengajaran auditing, akuntansi keuangan, teori akuntansi, dan mata kuliah lainnya.

E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi uraian tentang tinjauan pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis. Dalam tinjauan pustaka akan dibahas tentang pengertian persepsi dan perkembangan akuntansi, pengertian PABU, SAK, GAAP, dan SPAP. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang jenis penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, data dan metode pengumpulan data, definisi operasional variabel dengan pengukurannya serta metode analisis data. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini berisi hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dan juga interpretasi dari hasil pengolahan data. Dalam bab ini juga dibahas hasil pengujian hipotesis dan juga analisis deskriptif hasil-hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan hasil penelitian dan juga saran untuk penelitian selanjutnya.