A. Definisi Perlindungan Anak dan Ruang Lingkupnya

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

Hak Anak atas Perlindungan dari Tindak Kekerasan 1. Oleh: Adzkar Ahsinin

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

HAK ATAS PENDIDIKAN. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-3)

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

Institute for Criminal Justice Reform

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

Mengakomodir Hak Anak Dalam KUHP. Oleh : Apong Herlina Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Anak (LAPA)

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

PERLINDUNGAN HAK ANAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

MAKALAH. Kebutuhan Pendampingan Hukum Penyandang Disabilitas

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

Urgensi Pengembangan Indikator HAM

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

Anak-Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus dan Kewajiban Negara Memberikan Perlindungan 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

Transkripsi:

Bahan Bacaan Modul 2: Pengertian Anak Pengertian Perlindungan Anak, Ruang Lingkup dan Pihak yang Bertanggung Jawab Memberikan Perlindungan 1 Oleh: Adzkar Ahsinin A. Definisi Perlindungan Anak dan Ruang Lingkupnya Menurut Dan O'Donnell (2004), istilah perlindungan anak berarti perlindungan dari kekerasan, pelecehan dan eksploitasi. Artinya perlindungan anak ditujukan bagi penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak setiap anak untuk tidak menjadi korban dari situasi yang merugikan (membahayakan) dirinya. Hak atas perlindungan melengkapi hak yang lain lain seperti memastikan anak-anak menerima apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang. Definisi yang sama dinyatakan oleh Save the Children Alliance (2007) bahwa perlindungan anak merupakan langkah-langkah dan pengembangan struktur untuk mencegah dan menanggapi penyalahgunaan, penelantaran, eksploitasi, dan kekerasan yang dapat mempengaruhi kehidupan anak-anak sebagaimana telah diatur dalam KHA, dan instrumen Hukum HAM yang lain, serta hukum nasional suatu Negara. Sementara berdasarkan pandangan Elanor Jackson & Marie Wernham (2005), perlindungan anak didefiniskan sebagai suatu istilah yang luas untuk menggambarkan filosofi, kebijakan, standar, pedoman dan prosedur untuk melindungi anak-anak baik kerugian yang disengaja dan tidak disengaja. Perlindungan dari kekerasan, penyalahgunaan, penelantaran, dan eksplotasi harus memperhatikan keterlibatan pelaku. Berikut bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak dan pelaku kekerasan terhadap anak (Elanor Jackson & Marie Wernham, 2005): 1 Draft Bahan Bacaan untuk Penyusunan Modul Anak Berhadapan dengan Hukum The Indonesian Legal Resource Center (ILRC) 1 H a l.

1. Membahayakan diri sendiri, misalnya sengaja memotong atau melukai diri sendiri, pikiran bunuh diri; mencoba bunuh diri dan melakukan bunuh diri; 2. Penyalahgunaan oleh sebaya, misalnya bullying baik fisik atau psikologis; kekerasan fisik dan seksual; 3. Penyalahgunaan oleh orang dewasa, misalnya kekerasan rumah tangga (fisik, psikologis, seksual); hukuman fisik di sekolah-sekolah dan organisasi; pelecehan seksual dan eksploitasi. 4. Penyalahgunaan oleh masyarakat, misalnya: lingkungan, sosial, politik, ekonomi dan budaya yang secara aktif mendorong atau secara diam-diam memaafkan kekerasan terhadap anak, misalnya kampanye politik yang mendorong pembersihan anak jalanan; pandangan agama dan budaya yang mendorong hukuman fisik dan pelecehan anak-anak sebagai praktik pengasuhan anak; praktikpraktik berbasis tradisi yang berbahaya seperti mutilasi genital terhadap anak perempuan, prevalensi tinggi kekerasan dalam media, sikap budaya yang memaafkan kekerasan terhadap perempuan di rumah atau ide-ide perempuan dan anak-anak sebagai milik orang tua bukan sebagai manusia yang memiliki hak-hak yang sama. Diagram berikut menggambarkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam pelecehan terhadap anak atau kekerasan terhadap 2 H a l.

Diri sendiri Teman sebaya Orang dewasa Masyarakat Sumber: Elanor Jackson & Marie Wernham, 2005 Pendekatan berbasis hak asasi manusia untuk perlindungan anak memiliki 3 perhatian n utama; yakni untuk memajukan dan melindungi martabat, integritas fisik, dan harga diri anak sebagai manusia. Anak berhak mendapatkan perlindungan penuh terhadap segala jenis kekerasan baik dalam hubungan pribadi maupun kerugian dari aspek masyarakat yang lebih luas seperti pekerjaan berbahaya, media dan disiplin sekolah (Carolyne Willow, 2010). Adapun ataran-aturan dalam KHA yang memiliki keterkaitan dengan perlindungan anak antara lain: 1. Hak anak untuk mempertahankan hidup dan mencapai pertumbuhan yang optimal (Pasal 6); 2. Larangan hukuman mati dan hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan bebas (Pasal 37); 3 H a l.

3. Hak mendapatkan perlindungan dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan (Pasal 37); 4. Hak anak mendapatkan perlindungan dari segala jenis kekerasan, penyalahgunaan, penelantaran, dan eksploitasi (Pasal 19); 5. Hak atas perlindungan dari eksplotasi seksual dan penyalahgunaan seksual (Pasal 34); 6. Hak atas perlindungan dari penculikan dan perdagangan orang (Pasal 35); 7. Hak atas perlindungan dari praktik-praktik tradisional yang membahayakan kesehatan anak (Pasal 24 ayat (3)); 8. Kewajiban Negara untuk memastikan pemulihan dan integritas anak yang menjadi korban kekerasan, dengan mengutamakan memberikan kesehatan, harga diri, dan martabat anak (Pasal 39); B. Kewajiban Negara, Masyarakat dan Orang Tua untuk Memberikan Perlindungan terhadap Anak Pandangan Uri Bronfenbrenner (1979) mengartikulasikan pentingnya hubungan antara anak dengan keluarga dan masyarakat, dan menciptakan perubahan melalui upaya intervensi terhadap lingkungan tempat di mana anak menjalani kehidupan, sementara itu, di satu sisi secara bersamaan mendukung individu. Fokus dari pendekatan ekoligis ni adalah orang-orang dewasa di lingkungan tempat di mana anak menjalani kehidupan kesehariannya. Artinya pendekatan ekologis ini mengakui bahwa dukungansosial merupakan komponen penting dari praktek intervensi sosial, termasuk perlindungan terhadap anak (Robyn Miller, 2006). Secara garis besar, sistem jaring hirarki Urie Bronfenbrenner meliputi: pertama, sistem mikro (microsystem), terdiri dari orang-orang dan ruang sosial yang mana seorang anak menjalin relasi dengan orang-orang yang terdekat seperti keluarga, teman, rumah, dan sekolah. Kedua, sistem meso (mesosystem) yang terdiri dari relasi yang lebih bervariasi yang menghubungkan relasi antar sistem mikro yang satu dengan sistem mikro yang lain. Ketiga, sistem ekso (exosystem), terdiri dari struktur berketetanggaan dan komunitas, termasuk semua jenis relasi kekuasaan lokal yang berdampak pada kehidupan Keempat, sistem 4 H a l.

makro (macrosystem), terdiri dari pertemuan kekuatan budaya, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi pengalaman-pengalaman anak di tingkat lokal (Caroline Arnold, et.al, 2000). Intervensi untuk mendukung anak seharusnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anak yang spesifik tetapi harus menanggapi konteks lingkungan mereka. Pendekatan konseptual memungkinkan pertimbangan simultan dari berbagai tingkat upaya melakukan intervensi sosial, yakni (Wilhelmina B. Dacanay, et.al, 2006) 1. Langsung dengan anak; 2. Pada tingkatan keluarga; 3. Pada tingkat lembaga sosial masyarakat yang lebih luas (termasuk pengembangan kebijakan dan program dan alokasi sumberdaya publik); 4. Pada tingkat nilai budaya. Model lingkungan ekologis sebagaimana diuraikan di atas dapat divisualisasikan di bawah ini. 5 H a l.

Masyarakat Sosial-budaya, agama, nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma budaya tentang anak-anak dan kehidupan keluarga, jender Masyarakat setempat (komunitas): Realitas dan tren, ekonomi karakteristik lingkungan, norma, perumahan, pekerjaan, sumber daya, jaringan, pengiriman pelayanan sosial Keluarga: Dinamika, peran dan pola interaksi, kualitas hubungan orangtua anak, keterhubungan dengan keluarga besar Anak latar belakang keluarga dan status, kepribadian dan tahap pertumbuhan Sumber: Wilhelmina B. Dacanay, et.al, 2006 Berdasarkan pendekatan model ekologis tersebut maka orang tua, komunitas atau masyarakat, dan negara memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada Pada prinsipnya perlindungan anak dilandasi prinsip kemitraan dan berbagi tanggung jawab diantara berbagai profesi layanan kemanusiaan, termasuk sekolah dan pusat-pusat layanan 6 H a l.

anak lainnya. Namun demikian perlindungan dan layanan terbaik bagi anak berada dalam keluarga sendiri. Apabila orang tua, wali atau amal tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya untuk melindungi anak-anak mereka dari bahaya (kerugian) maka tanggung jawab tersebut beralih menjadi tanggung jawab masyarakat. Intervensi negara melalui pengembangan hukum perlindungan anak diperlukan apabila masyarakat juga gagal memberikan perlindungan kepada anak (Department of Education and Early Childhood Development and Department of Human Services, 2010). Di bawah naungan KHA, anak-anak tidak lagi dilihat menjadi sebagai harta, harta benda atau pelengkap dari orang tua mereka, atau di bawah otoritas orang dewasa. Anakanak menyandang status pribadi yang menggambarkan anak sebagai manusia yang memiliki hak dan martabat. Menurut konvensi anak-anak memiliki hak untuk dilindungi dari semua jenis kekerasan, penyalahgunaan, dan eksploitasi mungkin terjadi dalam keluarga mereka (Ann Farrell, tanpa tahun). KHA mengakui keluarga sebagai kesatuan alamiah yang paling baik untuk melindungi anak-anak dan menyediakan kondisi bagi perkembangan Anak juga berhak mendapatkan perawatan, keamanan, pengasuhan yang menjamin penghormatan pribadi Pasal 3 KHA menyatakan bahwa pertimbangan orang tua harus menghormati kepentingan terbaik Setiap anak berhak untuk mengetahui dan dirawat oleh orang tuanya (Pasal 7). KHA membebankan tanggung jawab kesejahteraan kepada kedua orang tua dan negara, dan negara berkewajiban untuk mengakui tanggung jawab orang tua untuk membesarkan anak (Pasal 5). Untuk itu Negara berkewajiban mengambil tindakan positif guna mendukungan orang tua dalam melaksanakan tugas ini (Pasal 18). Orang tua juga memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan anak dapat menikmati standar hidup yang layak, tetapi jika orang tidak mampu menyediakan dan merawat anak mereka, negara memiliki tanggung jawab untuk membantu atau turut campur (Pasal 27). Orang tua harus memberikan arahan yang tepat dan bimbingan bagi anak, dengan cara yang sesuai dengan kapasitas perkembangan anak, yaitu, apabila anak mulai tumbuh dewasa harus diakui memiliki hak untuk menyuarakan hal-hal yang bersifat pribadi (Pasal 14). 7 H a l.

Dalam hal ini, Ann Farrell menguti pandangan D.G. Gill (1991) yang mengemukakan pendapat bahwa KHA acara simbolis menegaskan hak-hak orang tua untuk menghormati anak-anaknya, di sisi yang lain anak-anak juga harus menjaga hubungannya dengan orang tua dalam konteks pelaksanaan kepentingan terbaik bagi Berdasarkan etika dan hukum, perlindungan anak adalah urusan semua orang di setiap tingkat masyarakat di setiap fungsi. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua untuk melindungi dapat diambil alih masyarakat apabila orang tua gagal memberikan perlindungan terhadap anak, (Deborah Daro and Kenneth A. Dodge, 2009). Bahkan apabila orang tua melakukan penelantaran, penyalahgunaan, ekspoitasi, atau salah memperlakukan anak, situasi ini dapat dijadikan alasan anak dipindahkan untuk mendapatkan perawatan alternatif baik sementara maupun tetap. Dalam kasus seperti ini masyarakat dan otoritas lokal tidak boleh diabaikan sebagai sumber daya untuk memberikan perlindungan dasar bagi anak-anak (Wilhelmina B. Dacanay, et.al, 2006). Terkait dengan kewajiban negara memberikan perlindungan terhadap anak, aturan Pasal 4 KHA menetapkan kewajiban Negara secara keseluruhan untuk melaksanakan semua hak anak yang dijamin dalam KHA melalui cara mengambil semua langkah legislatif, administratif, dan tindakan lain Dengan demikian perlindungan anak, harus diperkuat melalui upaya legislasi, administrasi dan tindakan lainnya. Menurut Rachel Hodgkin & Peter Newell, (2007), tindakan-tindakan sebagaimana diatur dalam pasal tersebut, meliputi: 1. Memastikan bahwa semua peraturan perundang-undangan (legislative policy) secara penuh sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan KHA ; 2. Membuat suatu strategi nasional secara komprehensif guna memenuhi dan melindungi hak-hak anak ; 3. Pengalokasian dan analisis anggaran public berdasarkan kepentingan terbaik untuk 8 H a l.

Kemudian, Komite Hak Anak memberikan pedoman yang rinci bagi Negara pihak untuk mengambil langkah-langkah dasar yang diperlukan sehingga pemajuan dan perlindungan hak anak lebih efektif, yaitu (Carolyne Willow, 2010) : 1. Memberlakukan KHA ke dalam hukum domestik; 2. Mengembangkan dan melaksanakan rencana atau strategi nasional; 3. Terdapat alokasi sumber daya yang layak dan mengembangkan gugus tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan KHA; 4. Penilaian dan analisis secara rutin mengenai dampak dari suatu produk legislatif, kebijakan, dan anggaran untuk memenuhi hak-hak anak; 5. Pemantuan terhadap jumlah sumber daya yang dibelanjakan untuk melaksanakan perlindungan dan pemenuhan hak anak baik di level lokal, nasional,maupun internasional; Berdasarkan pendekatan berbasis hak langkah-langkah tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3 kewajiban mendasar Negara terkait dengan perlindungan anak, yaitu: menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil) hak setiap orang yang berada dalam yurisdiksinya. Ketiga kewajiban tersebut meskipun saling berkait namun memiliki titik tekan yang berbeda-beda. Ketiga kewajiban Negara tersebut, meliputi (Mahesh Patel, 2002): 1. Kewajiban untuk menghormati mengharuskan negara menahan diri untuk tidak campur tangan dalam manusia (HAM); 2. Kewajiban untuk melindungi mengharuskan negara mencegah pelanggaran HAM oleh pihak ketiga. Kewajiban untuk melindungi secara khusus, dimaknai negara harus melindungi kelompok tertentu yang rentan (anak, masyarakat adat, buruh) atau terdiskriminasi (perempuan, non-wn). 3. Kewajiban untuk memenuhi, terbagi menjadi 2 (dua) cara, yakni: a) Dengan cara memudahkan (facilitate), mengharuskan negara untuk mengambil tindakan-tindakan legislatif, administratif, anggaran, hukum, dan 9 H a l.

semua tindakan lain yang memadai guna memenuhi sepenuhnya atas hakhak asasi manusia; b) Dengan cara menyediakan (provide), mensyaratkan Negara untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan atas hak-hak asasi manusia. Uraian dari ketiga kewajiban Negara untuk menghargai, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia dalam konteks pendekatan berbasis hak dapat dilihat pada tabel berikut ini. 10 H a l.

Kapasitas Kewajiban Negara Tanggung jawab: Penerimaan Negara Pihak bahwa mereka harus mengambil tindakan atas suatu hak atau persoalan yang spesifik Kewenangan: Negara Pihak memiliki kewenangan untuk mengambil suatu tindakan atas suatu hak atau persoalan yang Hak sudah terealisasi (ternikmati) dan harus dihormati dan dilindungi oleh Negara Menghormati Melindungi Kewajiban untuk Menghormati mensyaratkan Negara untuk menghindari turut mencampuri secara langsung maupun tidak langsung dalam Negara menerima tanggung jawabnya untuk menghindari turut mencampuri secara langsung maupun tidak langsung dalam anak Negara memiliki kewenangan untuk menghindari untuk mencampuri secara langsung maupun tidak Kewajiban untuk Melindungi mensyaratkan Negara untuk mengambil tindakan untuk mencegah pihak ketiga turut mencampuri dalam Negara menerima tanggung jawabnya untuk mengambil tindakan untuk mencegah pihak ketiga turut mencampuri dalam Negara memiliki kewenangan untuk mencegah pihak ketiga turut mencampuri dalam Hak belum sepenuhnya terealisasi dan Negara harus mengambil tindakan untuk memenuhi realisasinya sepenuhnya Memenuhi- MEMUDAHKAN Memenuhi-MENYEDIAKAN Kewajiban untuk memudahkan mensyaratkan Negara untuk menerapkan tindakan-tindakan legislatif, administratif, anggaran, peradilan, dan tindakan lain untuk memajukan dan mencapai realisasi hak asasi Negara menerima tanggung jawabnya untuk memudahkan pemenuhan atas hak melalui penerapan tindakan legislatif, administratif, anggaran, peradilan, dan tindakan lain yang memajukan hak asasi Negara memiliki kewenangan untuk memudahkan pemenuhan atas hak melalui penerapan tindakan legislatif, Kewajiban untuk menyediakan mensyaratkan Negara untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan hak asasi Negara menerima tanggung jawabnya untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan hak asasi Negara memiliki kewenangan untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan hak asasi 11 H a l.

spesifik Sumber daya: Manusia: Adanya kecukupan akan kemampuan, motivasi, kekuatan kemauan, pengetahuan, pengalaman, waktu, komitmen, dll Ekonomi: Tanah, sumber daya alam, alat-alat produksi (peralatan, perlengkapan), teknologi, pendapatan, kredit Organisasional: Adanya lembagalembaga, struktur langsung dalam Negara memiliki staf yang cukup terlatih, memiliki motivasi dan bertanggung jawab untuk menghindari mencampuri secara langsung maupun tidak langsung dalam Negara telah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang cukup untuk memastikannya menghindari mencampuri secara langsung maupun tidak langsung dalam Lembaga-lembaga Negara dan struktur Negara memiliki staf yang cukup terlatih, memiliki motivasi dan bertanggung jawab untuk mencegah pihak ketiga turut mencampuri dalam Negara telah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang cukup untuk mencegah pihak ketiga turut mencampuri dalam penikmatan hak asasi Lembaga-lembaga Negara dan struktur administratif, anggaran, peradilan, dan tindakan lain yang memajukan hak asasi Negara memiliki staf yang cukup terlatih, memiliki motivasi dan bertanggung jawab untuk memudahkan pemenuhan atas hak melalui penerapan tindakan legislatif, administratif, anggaran, peradilan, dan tindakan lain yang memajukan hak asasi Negara telah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang cukup untuk memudahkan pemenuhan atas hak melalui penerapan tindakan legislatif, administratif, anggaran, peradilan, dan tindakan lain yang memajukan hak asasi anak Lembaga-lembaga Negara dan struktur administrasi Negara memiliki staf yang cukup terlatih, memiliki motivasi dan bertanggung jawab untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan hak asasi Negara menyediakan sumber daya ekonomi yang cukup untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan hak asasi Negara memiliki lembagalembaga dan struktur 12 H a l.

administratif, dst. administrasi yang ada membatasi Negara untuk turut campur secara langsung maupun tidak langsung dalam administrasi ada untuk mencegah pihak ketiga turut mencampuri dalam penikmatan hak asasi anak Sumber: Mahesh Patel, 2002 ada untuk memudahkan pemenuhan atas hak dengan menerapkan tindakan legislatif, administratif, anggaran, peradilan dan tindakan lain untuk memajukan hak asasi administrasi yang mencukupi untuk secara langsung menyediakan bantuan dan layanan bagi perwujudan hak asasi 13 H a l.

Tiga kewajiban Negara untuk melindungi anak dalam konteks perlindungan anak apabila dikerangkai dengan sistem ketatanegaraan berdasarkan paham trias politica dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Legislatif Eksekutif Menghormati Melindungi Memenuhi Legislasi Perencanaan dan pelaksanaan Tidak melegislasi UU yang bertentangan dengan norma-norma hak asasi anak yang dijamin dalam KHA Tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh normanorma hak asasi anak yang dijamin dalam KHA Yudikatif Kebebasan Keadilan Membuat UU yang mempidanakan pelanggaran hak -hak anak yang dijamin dalam KHA Penegakan Hukum Melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku yang melanggar hak asasi Memutuskan perkara secara adil dengan mempertimbangkan normanorma dan standar internasional hak asasi anak Sumber: Harry Wibowo, 2005 Mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, kebijakan, anggaran, hukum dan semua tindakan yang memadai guna perwujudan sepenuhnya hak asasi anak Kesejahteraan Pada titik ini negara menjadi pengemban kewajiban utama (primary duty bearers) untuk memastikan implementasi hak-hak yang dijamin dalam KHA. Pada lapis kedua, terdapat masyarakat, keluarga, dan orang tua yang memiliki kewajiban (responsibilities) untuk mengakui dan mengimplementasikan hak KHA mengakui orang tua dan keluarga yang lebih luas sebagai perawat, pelindung, dan pembimbing utama (primary caregivers, protectors, and guides) bagi anak- Negara wajib memberikan dukungan dan pemberdayaan kepada orang tua dan keluarga sehingga dapat melaksanakan perannya tersebut (Johanna Eriksson, 2001). 14 H a l.