V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

II. TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

PENCAPAIAN PROGRAM PHBS DI PUSKESMAS SWAKELOLA DEMPO PALEMBANG TAHUN 2007

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN. Disampaikan Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. MAMUJU dr. Hj. HAJRAH AS AD, M.KES

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

PERENCANAAN STRATEGIS, PENGEMBANGAN & BISNIS PEMASARAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

Transkripsi:

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di bidang kesehatan sudah dilakukan dengan tujuan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang kesehatan. Upaya propaganda pada waktu itu dilakukan dalam bentuk yang sederhana melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan poster. Juga melalui film layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena dirasakan propaganda kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau perbaikan perilaku hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya pendidikan kesehatan masyarakat (health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan masyarakat (community development) atau upaya pengorganisasian masyarakat (community organization). Upaya ini berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami perkembangan lagi pada tahun 1975 an, menjadi Penyuluhan Kesehatan. Meski fokus dan caranya sama, tetapi istilah Pendidikan Kesehatan itu berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan, karena pada waktu itu istilah pendidikan khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada sekitar tahun 1995 istilah Penyuluhan Kesehatan itu berubah lagi menjadi Promosi Kesehatan. Perubahan itu dilakukan selain karena hembusan perkembangan dunia (Health promotion mulai dicetuskan di Ottawa pada tahun 1986), juga sejalan dengan Paradigma Sehat, yang merupakan arah baru pembangunan kesehatan di Indonesia. Istilah itulah yang berkembang sampai sekarang. Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan. Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan Ottawa Charter ), yang oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan sebagai: the process of enabling people to control over and improve their health. Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi : Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

51 kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai dengan sekarang. (Pusat Promosi Kesehatan Depkes 2005) Pada 1 Maret 1999, Presiden Habibie mencanangkan : Gerakan Pembangunan yang Berwawasan Kesehatan, atau dikenal dengan Paradigma Sehat. Sebagai konsekuensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua sektor harus mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus memberi kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku sehat. Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat 2010, dengan misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan; (2) Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; dan (4) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya. Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah : perilaku sehat, disamping dua pilar lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-program pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan bahwa salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan Promosi Kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis (Renstra) Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program tersendiri dan diposisikan pada urutan pertama. Dengan demikian Promosi Kesehatan (termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku hidup sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat. Selanjutnya Promosi Kesehatan menyusun visi, misi dan program kegiatannya, serta sasaran atau target yang harus dapat terukur. Dalam kaitan itu ditetapkan Visi Promosi Kesehatan yaitu : PHBS 2010, yang mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: 1. Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat

52 2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS di masyarakat 3. Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Berdasarkan visi dan misi tersebut, maka memunculkan Strategi Promosi Kesehatan sebagai berikut : 1. Advokasi (advocacy). Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan diberbagai tingkatan sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan lain sebagainya. 2. Bina Suasana Strategi ini adalah suatu kegiatan untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. 3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment) Strategi ini langsung ditujukan kepada masyarakat. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dari visi, misi dan strategi tersebut direncanakan delapan kegiatan pokok, yaitu: 1. Upaya advokasi. 2. Pembinaan suasana. 3. Pemberdayaan masyarakat. 4. Pengembangan kemitraan. 5. Pengembangan SDM.

53 6. Pengembangan Iptek Promosi Kesehatan. 7. Pengembangan media dan sarana. 8. Pengembangan infra struktur Promosi kesehatan. Visi, misi, strategi, kegiatan pokok beserta rincian kegiatan dan tolok ukurnya kemudian dituangkan menjadi Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 yang kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah. 5.2 Implementasi Strategi Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang Promosi Kesehatan adalah upaya yang menekankan pada proses dengan tetap memperhatikan hasil (the process as well as content). Secara garis besar implementasi strategi promosi kesehatan yang sedang berjalan di Kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut : 1. Dalam strategi advokasi, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa advokasi dalam konteks kesehatan adalah pendekatan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan (eksekutif dan legislatif) sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Pada tingkat Pusat dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang menyangkut kebijakan yang berkaitan dengan social enforcement, seperti kebijakan Garam Beryodium, Kawasan Tanpa Rokok, Kabupaten/ Kota Sehat, Program Langit Biru, dll. Dalam konteks otonomi daerah, advokasi dilakukan yang tujuannya adalah ditetapkannya kebijakan kesehatan di Kabupaten Pemalang yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar atau landasan untuk memperkuat kebijakan dari pusat dan mendukung pengembangan program Promosi Kesehatan. Saat ini Kabupaten Pemalang telah mengeluarkan kebijakan kesehatan yang dapat mendukung dan memperkuat kebijakan dari Pusat (Departemen Kesehatah RI) yaitu kebijakan Kabupaten Sehat 2010. Kebijakan Kabupaten Sehat 2010 yaitu dimana masyarakat Kabupaten Pemalang hidup dalam lingkungan yang sehat,

54 masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. 2. Dalam strategi bina suasana atau kegiatan untuk mensosialisasikan programprogram kesehatan agar masyarakat mau menerima dan berpartisipasi terhadap program tersebut. Strategi ini ditujukan untuk membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan sehingga masyarakat dapat membudayakan perilaku sehat. Proses penyebaran informasi kesehatan dilakukan melalui media televisi, radio, media cetak, pameran, penyuluhan melalui mobil-mobil unit penyuluhan dan penyuluhan melalui kelompok dan diskusi interaktif. Untuk Kabupaten Pemalang penerapan strategi bina suasana dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang, antara lain : a) Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan Persalinan dan Penggunaan ASI Eksklusif), b) Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan Anak Kekurangan Yodium), c) Penyuluhan Kesehatan Lingkungan (khususnya akses air bersih, kepemilikan toilet/ jamban, mencuci tangan dengan sabun), d) Penyuluhan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (khususnya Aktivitas fisik, makan gizi seimbang dan masalah merokok), e) Penyuluhan Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, f) Sosialisasi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM), g) Sosialisasi Pengembangan Desa Siaga. Selain itu bertepatan dengan Hari Kesehatan pada tahun 2008 Kabupaten Pemalang telah mengkampanyekan Cuci Tangan dengan Sabun. 3. Strategi Pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (sikap/ attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan

55 perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu, keluarga serta kelompok masyarakat. Dalam konteks otonomi, strategi pemberdayaan dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Pemalang. Tugas Puskesmas dan Rumah Sakit selain memberikan pelayanan kesehatan (kuratif) juga diberikan tugas dalam melaksanakan pemberdayaan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, Puskesmas mempunyai tanggung jawab terhadap pemberdayaan individu, keluarga dan kelompok masyarakat. Penerapan strategi pemberdayaan individu yang dilaksanakan oleh Puskesmas seperti : 1. Pemberdayaan individu, dalam memperkenalkan perilaku menimbang balita secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balita. Perilaku ini diperkenalkan kepada ibu yang membawa balitanya berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan pengobatan untuk balitanya, kemudian diberi atau disampaikan informasi tentang manfaat menimbang balita secara berkala. Saat kunjungan tersebut dilakukan proses pemberdayaan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh individu tersebut. 2. Pemberdayaan keluarga, dilakukan oleh petugas Puskesmas dengan melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga. Dalam pemberdayaan keluarga ini yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas adalah memperkenalkan perilaku buang air besar di jamban, mengkonsumsi garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak mandi dan mengkonsumsi makanan berserat. Dalam kunjungan rumah tersebut dikumpulkan semua anggota keluarga dan diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan. 3. Pemberdayaan Masyarakat, pemberdayaan terhadap masyarakat dilakukan melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat. Salah satu hasil dari upaya ini adalah Posyandu, Saka Bhakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren (poskestren), Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Dana Sehat. Rumah sakit sebagai tempat penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) merupakan unit operasional. Sebagai unit

56 operasional, Rumah Sakit juga mempunyai tanggung jawab yang paling penting yaitu pemberdayaan. Pemberdayaan tersebut ditujukan untuk pasien, keluarga pasien dan individu yang berkunjung ke Rumah Sakit. Pemberdayaan tersebut antara lain : Pemberdayaan pasien, pemberdayaan disini ditujukan apabila pasien sudah masuk masa penyembuhan, pemberdayaan diawali dengan menciptakan kesadaran akan adanya masalah, kemudian mengembangkan pengertian dan sikap tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tahu apa yang nantinya harus dilakukan, serta mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang pemanfaatan sarana kesehatan secara benar. Pemberdayaan keluarga, ditujukan untuk mengembangkan pengertian dan kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk dukungan moral dalam proses penyembuhan, upaya mencegah terjadinya penularan kepada orang lain dan upaya pencegahan agar pasien tidak sakit lagi. 5.3 Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekuensi kegiatan. Oleh karena itu, ditetapkan kegiatan minimal yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/ Kota. Kegiatan minimal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1457/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota. Seperti ditunjukkan pada Tabel 8 hasil kegiatan Promosi Kesehatan yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang (selaku penanggung jawab tingkat Kabupaten) pada tahun 2006.

57 Tabel 8 Pencapaian Program Promosi Kesehatan Kabupaten Pemalang Tahun 2006. No. Jenis Target Target Pencapaian Indikator Pelayanan Pelayanan 2004 2010 Tahun 2006 1 Penyuluhan Perilaku Sehat Rumah Tangga Sehat 30 % 65 % 42,85 % Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif 40 % 80 % 35,87 % Desa dengan garam yang beryodium baik 65 % 90 % 38,64 % Keluarga sadar gizi 65 % 80 % 23,65 % Posyandu purnama 25 % 40 % 29,18 % Posyandu mandiri 1 % > 2 % 5,75 % Upaya Penyuluhan Narkoba oleh Tenaga Kesehatan 3 % 30 % 4,88 % 2 Penyelenggaraan Cakupan penduduk yang JPKM menjadi JPK pra bayar 30 % 80 % 7,04 % Cakupan JPK Keluarga Miskin dan masyarakat rentan 100 % 100 % 80,47 % Sumber : SPM-BK 2006 Apabila melihat hasil Pencapaian Kinerja Promosi Kesehatan tahun 2006 dan bila dibandingkan dengan target minimal tahun 2010 (Indonesia Sehat 2010) dapat disimpulkan bahwa kegiatan Promosi Kesehatan di Kabupaten Pemalang belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Sesuatu yang sangat disayangkan dari hasil pencapaian diatas adalah adanya beberapa indikator yang masih jauh tertinggal dari target tahun 2004. 5.4 Ikhtisar Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa program Promosi Kesehatan dilaksanakan melalui tiga strategi, yaitu strategi advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Secara garis besar program Promosi Kesehatan telah dilaksanakan di Kabupaten Pemalang oleh Dinas Kesehatan Kab. Pemalang. Dalam mengimplementasikan program tersebut diterapkan juga tiga strategi Promosi Kesehatan. Untuk strategi advokasi, Kabupaten Pemalanag telah mengeluarkan kebijakan kesehatan yang dapat mendukung dan memperkuat kebijakan dari Pusat (Departemen Kesehatah RI) yaitu kebijakan Kabupaten Sehat 2010. Pada strategi bina suasana yang telah dilaksanakan adalah kegiatan

58 Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak (Khususnya Pertolongan Persalinan dan Penggunaan ASI Eksklusif), Penyuluhan Gizi Keluarga (termasuk Gangguan Anak Kekurangan Yodium), Penyuluhan Kesehatan Lingkungan (khususnya akses air bersih, kepemilikan toilet/ jamban, mencuci tangan dengan sabun) dan lain-lain. Sedangkan pada strategi pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan pemberdayaan individu melalui tenaga medis kepada pasiennya, pemberdayaan keluarga melalui perilaku buang air besar di jamban, mengkonsumsi garam beryodium, memelihara tanaman obat keluarga, menguras bak mandi dan mengkonsumsi makanan berserat dan masyarakat melalui Program Desa Siaga. Hanya saja pencapaian indikator pelayanan program Promosi Kesehatan tahun 2006 di Kabupaten Pemalang belum menunjukkan hasil yang memuaskan (Tabel 8). Dari hasil capaian tersebut, Pengkaji berpendapat bahwa ada masalah dalam implementasi program Promosi Kesehatan. Berdasarkan pendapat tersebut maka langkah selanjutnya Pengkaji akan mengevaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan berdasarkan tempat pelaksanaan (institusi pendidikan/ sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, tempat umum dan rumah tangga) di Kabupaten Pemalang dan di Desa Jebed Selatan.