LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PELARANGAN PERJUDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G LARANGAN PELACURAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAMA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2006

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DBUPATI BATANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERANTASAN PELACURAN DI WILAYAH KABUPATEN BATANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DI KABUPATEN KENDAL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN `SAMBAS NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN TEMPAT PELACURAN DAN PERBUATAN CABUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 7 TAHUN 2001 T E N T A N G LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa Daerah Kota Bogor adalah Daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan norma-norma kehidupan masyarakat; b. bahwa penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab di Kota Bogor meliputi juga upaya pembangunan kehidupan sosial masyarakat yang bersih dari berbagai bentuk kemaksiatan;

c. bahwa pada hakekatnya permainan judi merupakan kejahatan yang bertentangan dengan hukum, agama, dan kesusilaan serta berpotensi untuk mengganggu ketentraman masyarakat dan dapat menimbulkan masalah sosial; d. bahwa untuk menghilangkan permainan judi perlu dilakukan upaya-upaya antisipatif; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Pencegahan Permainan Judi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3040); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3710); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3176); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3192); 3

10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3866); 11. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 5 Tahun 2000 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2000 Nomor 5 Seri D); 12. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2004 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2004 Nomor 4 Seri D); 13. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 17 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Kota Bogor 2004-2009 (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2004 Nomor 17 Seri E); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BOGOR dan WALIKOTA BOGOR, MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI. 4

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Bogor. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Bogor. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bogor. 5. Permainan judi adalah tiap-tiap permainan dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karenanya permainannya lebih terlatih atau lebih mahir, termasuk di dalamnya segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya. 6. Pencegahan adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk merintangi, mengantisipasi, menolak, dan atau melarang agar tidak terjadi suatu perbuatan yang berkaitan dengan permainan judi. 7. Promosi adalah bentuk kegiatan untuk mengenalkan produk/jasa kepada masyarakat. 5

8. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh undangundang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. BAB II PENCEGAHAN Bagian Pertama Umum Pasal 2 Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan ketentraman masyarakat dengan salah satu upayanya menyelenggarakan upaya pencegahan permainan judi. Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 3 Maksud dari pencegahan permainan judi adalah: a. untuk menciptakan kesadaran terhadap bahaya permainan judi; b. untuk melindungi masyarakat dari adanya berbagai bentuk kegiatan permainan judi; c. untuk meningkatkan peran serta Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam mencegah permainan judi; d. untuk mendukung penegakan hukum yang optimal terhadap ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan dan/atau perbuatan judi. 6

Pasal 4 Tujuan dari pencegahan permainan judi adalah : a. terhindarkannya masyarakat di daerah dari permainan judi dengan segala bentuknya; b. terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. BAB III KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Pertama Kewajiban Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah berkewajiban mengawasi daerah dan melakukan pencegahan sehingga tidak terjadi permainan judi di daerah. (2) Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban berkoordinasi dengan instansi terkait dalam upaya menghapuskan segala bentuk kegiatan permainan judi. (3) Ketentuan tentang tata cara pengawasan dan koordinasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 6 (1) Setiap pemilik bangunan yang digunakan sebagai tempat usaha, perkantoran, kontrakan, tempat kost dan tempat usaha lainnya berkewajiban mengontrol dan mencegah tempat tersebut sehingga tidak digunakan sebagai tempat permainan judi. (2) Setiap pemilik bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban melaporkan setiap 3 bulan sekali kepada aparat Pemerintah terkait ada tidaknya kegiatan permainan judi. 7

(3) Ketentuan tentang tata cara pelaporan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 7 (1) Aparat Kelurahan dan Kecamatan mempunyai kewajiban untuk menindaklanjuti laporan masyarakat selama-lamanya 1 x 24 jam dengan melaporkan kepada PPNS dan atau aparat Kepolisian. (2) Aparat Kelurahan, Kecamatan, dan atau masyarakat yang melaporkan terjadi dugaan permainan judi diberikan jaminan keamanan dan perlindungan. Bagian Kedua Larangan Pasal 8 Termasuk yang dilarang kepada setiap orang untuk: a. datang menyaksikan permainan judi; b. berdagang ditempat dilakukannya permainan judi; c. mempromosikan barang dagangan di tempat permainan judi; d. menjadi penghibur pada permainan judi. BAB IV PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 9 Dalam rangka menciptakan ketentraman di daerah, masyarakat berhak : a. berperan serta dalam upaya pencegahan permainan judi; b. memperoleh informasi mengenai pencegahan permainan judi; 8

c. ikut menjaga ketertiban dalam rangka pencegahan permainan judi dengan melaporkan kepada Kepolisian, aparat Kelurahan, aparat Kecamatan, Rukun Warga (RW) dan atau Rukun Tetangga (RT) apabila terjadi perbuatan permainan judi. BAB V PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pasal 10 (1) Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan dan pengendalian terhadap usaha-usaha yang menjurus pada kegiatan permainan judi. (2) Pembinaan dan pengendalian diarahkan untuk : a. mencegah terjadinya dan meluasnya permainan judi; b. melindungi masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya atas meluasnya permainan judi; c. mencegah masyarakat secara umum dan khususnya generasi muda terlibat dalam kegiatan permainan judi. Pasal 11 Ketentuan tentang pelaksanaan pembinaan dan pengendalian pada pencegahan permainan judi diatur dengan Peraturan Walikota. 9

BAB VI PENYIDIKAN Pasal 12 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 dilaksanakan oleh PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatanya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik kepolisian jika tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik kepolisian memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; 10

BAB VII KETENTUAN SANKSI PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRASI Bagian Pertama Sanksi Pidana Pasal 13 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 8 diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. Bagian Kedua Sanksi Administrasi Pasal 14 Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), dikenai sanksi administrasi sesuai dengan peraturan perundangan- undangan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur oleh Walikota. 11

Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bogor. Diundangkan di Bogor pada tanggal 16 Desember 2005 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR, t.t.d DODY ROSADI LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 7 SERI E Ditetapkan di Bogor pada tanggal 15 Desember 2005 WALIKOTA BOGOR, t.t.d. DIANI BUDIARTO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT DAERAH KOTA BOGOR Kepala Bagian Hukum, IDA PRIATNI 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI I. PENJELASAN UMUM Sesuai dengan visi Kota Bogor sebagai Kota Jasa yang Nyaman dengan Pemerintahan yang Amanah dan Masyarakat Madani, maka titik berat pembangunan di Kota Bogor tidak hanya pembangunan fisik tetapi juga pembangunan mental dan spiritual. Sejalan dengan hal tersebut sesuai aspirasi masyarakat baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung ke DPRD serta hasil kunjungan lapangan saat berlangsung reses DPRD, bahwa perjudian sudah menyebar di seluruh pelosok daerah sehingga mengakibatkan keresahan masyarakat yang dapat menjurus kepada ancaman terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan permainan judi. Pencegahan permainan judi merupakan upaya preventif dan antisipatif sehingga masyarakat tidak terjerumus pada perbuatan permainan judi. Upaya preventif penting dilakukan mengingat begitu sedikitnya kasus perbuatan permainan judi yang naik dalam proses pengadilan, sementara bentuk-bentuk permainan judi cukup marak dan meresahkan masyarakat. Masalah ini sangat mengganggu kehidupan religius yang menjadi karakter masyarakat Kota Bogor. 13

Pencegahan permainan judi merupakan upaya yang tidak mengurangi kewenangan Kepolisian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Upaya pencegahan permainan judi justru merupakan kegiatan yang mendukung kinerja kepolisian dalam memberantas permainan judi, karena sudah sejak awal ruang dan kesempatan untuk berjudi di daerah dipersempit. Hal ini merupakan salah satu upaya penegakan hukum yang optimal. Pencegahan permainan judi memberikan ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencegah sedini mungkin kegiatan yang menjurus kepada perjudian. Dengan partisipasi masyarakat yang menyeluruh dan kontinyu maka pemberantasan perjudian akan memberikan hasil yang lebih optimal dan bersifat permanen. Melalui upaya pencegahan permainan judi, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pengayoman dan perlindungan kepada masyarakat sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan pencegahan permainan judi masyarakat terlindungi dari unsur-unsur yang dapat merusak kualitas kehidupan masyarakat. Dengan demikian dalam rangka melindungi masyarakat terhadap adanya bahaya berbagai bentuk permainan judi, meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan permainan judi, menguatkan peran Pemerintah Daerah, dan dalam rangka menegakkan hukum yang optimal maka perlu dibentuk Peraturan Daerah. 14

I. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Cukup jelas Termasuk didalamnya Wakil Walilkota Cukup jelas Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Bentuk pengawasan dan pencegahan yang dilakukan Pemerintah Daerah antara lain dapat diwujudkan di lingkungan kerja setiap perangkat daerah dan dengan memfungsikan Dinas-dinas terkait yang ditunjuk oleh Walikota melalui Peraturan Walikota. Ayat (2) Koordinasi Pemerintah Daerah dengan instansi terkait (Kepolisian, Koramil) dapat diwujudkan dalam bentuk Kesepakatan Kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) dalam upaya pemberantasan permainan judi di daerah. Pasal 6 Ayat (2) Aparat Pemerintah Daerah yang dimaksud adalah Dinas yang memiliki kewenangan memberikan izin gangguan dan usaha serta izin mendirikan bangunan. 15

Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Pasal 8 Huruf d Pelaporan juga dapat disampaikan kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang diberi kewenangan menangani pencegahan permainan judi di daerah. Pemerintah Daerah berkewajiban meminta perlindungan dan jaminan keamanan bagi pelapor kepada Kepolisian Termasuk menjadi penghibur adalah mereka yang mengisi acara di tempat permainan judi seperti penyanyi beserta para pengiring/pendukungnya, pelawak beserta pendukungnya, pelacur beserta pendukungnya dan bentuk-bentuk penghibur lainnya. Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Pasal 11 Pasal 12 Ayat (1) Bentuk pembinaan dan pengendalian dapat dilakukan antara lain dengan memperbanyak kegiatan keagamaan. Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengendalian Pemerintah Daerah dapat menbentuk Tim yang terdiri dari berbagai unsur perangkat daerah. Yang dimaksud PPNS di lingkungan Pemerintah Daerah adalah PPNS yang membidangi tentang ketentraman dan ketertiban yang juga memiliki wewenang di bidang upaya pencegahan permainan judi. 16

ayat (2) Tindakan PPNS merupakan tindakan Pro Yustisia. Pasal 13 Pasal 14 Hukum Acara Pidana yang digunakan adalah menggunakan Hukum Acara Pidana ringan Sanksi administrasi dapat diberikan berupa sanksi administrasi kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Honor Daerah. Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas 17