1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

Paragraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DIVISI TEKNIS PENYELENGGARA, HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA DAN HUPMAS

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Mekanisme Debat Pasangan Calon Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota. Pilkada Serentak 2015

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 53/Kpts/KPU-Kota /2015

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Peraturan...

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR :211 /Kpts/KPU-Kab-002.

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

Daftar Riwayat Hidup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota Dewan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Nomor 100/PUU-XIII/2015 tanggal 29 September 2015

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia sebagai salah satu negara penganut demokrasi, sudah tentu melaksanakan pemilu sebagai perwujudan kedaulatanan rakyat. Seperti yang tertulis dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, dalam Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya, dalam pemilihan kepala daerah seperti gubernur dan bupati/walikota sejak Indonesia merdeka hanya dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat (Changara, 2009: 259), aturan mengenai pemilihan kepala daerah juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 4 yang mengatakan bahwa Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah pemilihan untuk memilih gubernur, bupati, walikota secara demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dilihat dari aspek partisipasi penggunaan hak pilih dalam pilkada, hampir sama dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yakni cenderung menurun dibanding dengan pemilu legistlatif. Oleh karena itu, ada upaya untuk melakukan pemilu secara bersamaan untuk legislatif, presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur serta pemilu untuk bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota. Pada bulan Maret 2015 lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo telah mengesahkan dua undang-undang terkait pelaksanaan pilkada serentak. Pengesahan itu tercantum dalam Undang-Undang (UU) yakni UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang, dan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU tersebut 1

2 ditegaskan bahwa pemilihan gubernur, bupati, dan walikota dilaksanakan setiap 5 tahun sekali secara serentak di seluruh wilayah NKRI. Pelaksanaan Pilkada serentak pada tahun 2015 merupakan Pilkada langsung serentak terbesar sepanjang sejarah yang diselenggarakan di Republik Indonesia. Total ada 8 provinsi, 170 kabupaten dan 26 kota yang akan menggelar pilkada serentak pada 9 Desember 2015. Di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan adalah salah satu daerah yang melaksanakan pilkada serentak tersebut. Selanjutnya, dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 3 disebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat KPU adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri sebagaimana dimaksud dalam undang-undang penyelenggara pemilihan umum dan diberikan tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan Pemilhan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang Pemilihan. Untuk selanjutnya pada ayat 8 juga disebutkan KPU Kabupaten/Kota adalah penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu di kabupaten/kota, dan dalam tataran daerah kota Medan, KPU Kota Medan mempunyai tanggungjawab dalam mengawal dan menjamin pelaksanaan Pilkada Serentak Kota Medan tahun 2015 berjalan secara aman, jujur, dan adil. Berdasarkan PKPU Nomor 7 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 15 disebutkan, bahwa Kampanye Pemilihan, selanjutnya disebut Kampanye, adalah kegiatan menawarkan visi, misi dan program Pasangan Calon dan/ atau informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilih. Selanjutnya, dalam pasal 5 disebutkan bahwa salah satu metode kampanye yang dilaksanakan oleh KPU adalah dengan debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon. Berangkat dari hal tersebut, KPU Kota Medan melaksanakan Debat Kandidat Walikota dan Wakil Walikota Medan yang diselenggarakan di Hotel Grand Aston Medan pukul 16:45 wib pada 10 Oktober 2015 yang disiarkan secara live di TVRI Sumut dan berlangsung selama 90 menit. Pada debat kandidat ini dihadiri dua pasangan calon yang menjadi peserta Pilkada Serentak Kota Medan yakni Drs. H. Dzulmi Eldin, Msi dan Ir.

3 Akhyar Nasution, Msi sebagai pasangan calon nomor urut 1, dan nomor urut 2 yaitu Drs. Ramadhan Pohan, MIS dan Dr. Eddie Kusuma, SH, MH. Debat dipandang sebagai inovasi dalam kampanye komunikasi, debat menjangkau audiens yang banyak lebih dari semua acara kampanye tunggal lainnya. Pfau (2003) menunjukkan bahwa debat mungkin satu-satunya acara politik di televisi yang mampu menarik perhatian warga yang tidak tertarik. Patterson (dalam Kaid, 2015: 260), membuktikan bahwa debat membangkitkan minat umum terbesar dan memancing lebih banyak diskusi antarwarga dibanding satu acara lain manapun. Secara umum, sebagai mana disimpulkan Carlin (1992), debat berfungsi sebagai titik fokus untuk kampanye pemilihan umum. Debat memberikan kepada pemilih akses paling nyaman dan langsung mereka ke calon dan menawarkan ringkasan isu kampanye pada saat jumlah terbesar warga mulai mengikuti kampanye dengan sungguh-sungguh. Forum debat kandidat atau dialog kandidat dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas kandidat, karena dalam forum ini (1) kandidat akan menjelaskan latar belakang pencalonan serta agenda yang akan dilakukan seandainya terpilih; (2) kandidat dapat meyakinkan rakyat dengan pikiran-pikiran konstruktif dan kritis; (3) rakyat secara bebas dan demokratis akan mengetahui agenda yang ditawarkan para kandidat; (4) para kandidat dituntut bersaing dengan program dan visi misi yang jelas dengan yang ditawarkan kandidat lain. Debat kandidat yang dilaksanakan KPU Kota Medan ini dibagi dengan 6 segmen yakni pemaparan visi dan misi, pendalaman visi dan misi, program prioritas, pembenahan birokrasi, pluraritas/heterogen, dan segmen terakhir sesi bertanya dan mengomentari sesama pasangan calon. Dalam ilmu komunikasi, debat merupakan salah satu bentuk retorika. Menurut Cleanth Brooks dan Robert P. Warren, secara sederhana retorika didefinisikan sebagai seni penggunaan bahasa secara efektif (the art of using language effectively). Penggunaan bahasa secara efektif ini mempunyai kaitan yang sangat erat dengan komponen-komponen komunikasi sebagaimana terdapat dalam

4 paradigma komunikasi yang dikemukakan Harold Lasswell ( Who Says what in Which Channel To Whom with What Effect ). Istilah retorika dapat ditemukan dalam pembendaharaan bahasa Inggris dengan kata rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau berpidato (Echols dalam Suhandang, 2009: 25). Sementara Hornby dan Parnwell menjelaskan retorika sebagai seni menggunakan kata-kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan, atau berbicara dengan banyak orang dengan menggunakan pertunjukan dan rekaan. Dalam bahasa Inggris dikenal pula istilah public speaking yang artinya sama dengan retorika. Demikian pula maknanya, yaitu berbicara atau berpidato di depan umum dengan prinsip menggunakan segala teknik dan strategi komunikasi demi berhasilnya memengaruhi orang banyak. Debat sebagai suatu bentuk retorika modern pada umumnya tercirikan oleh adanya dua pihak atau lebih yang melangsungkan komunikasi dengan bahasa dan saling berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan akhirnya melaksanakan, bertindak, mengikuti atau sedikitnya mempunyai kecenderungan sesuai dengan apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh pembicara. (Santosa, 2004: 1) Dalam setiap sesi debat, tentunya setiap pasangan calon berusaha memaparkan dengan baik apa-apa saja yang menjadi visi, misi dan program mereka, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh panelis dan pasangan calon lainnya. Penguasaan materi, retorika dan gesture tubuh memiliki peranan yang cukup penting dalam debat kandidat ini. Sebagai prosesi komunikasi, indikator debat yang akan diperhatikan oleh para pemilih salah satunya retorika para calon kepala daerah. Retorika akan memberi kesan pada kemampuan kandidat dalam menangani persoalan substantif yang dijanjikan. Para pemilih akan mengetahui sejauh mana kualitas dan kapabilitas masing-masing pasangan calon, sejauh mana argumentasi dalam mempertahankan rencana program beserta rasionalisasinya. Penggunaan kata-kata yang menarik dalam menyampaikan ideologi atau program kerja yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon dijadikan strategi

5 komunikasi untuk mengambil simpati audiens dan masyarakat sehingga tertarik untuk memilih pada saat pemilihan umum. Tentunya, baik pasangan nomor urut 1 dan 2 memiliki perbedaan dalam segi retorika politik. Retorika sangat berpengaruh dalam kampanye debat kandidat, karena di dalam pidato kampanye tersimpan propaganda yang memiliki daya pengaruh yang kuat dalam merayu politik. Retorika tersebut menggunakan suara intonasi yang bagus, gerak tubuh yang meyakinkan, serta menggunakan kata-kata bersifat persuasif. Perlu untuk diketahui, berdasar hasil rekapitulasi KPU menetapkan nomor urut 1, Drs. H. T. Dzulmi Eldin S, M. Si dan Ir. Akhyar Nasution, M.Si dengan perolehan suara sebanyak 346.406 atau 71,72 % dari total suara sah sebagai walikota dan walikota terpilih dalam Pemilihan Walikota dan Walikota Medan Tahun 2015 mengalahkan nomor urut 2 yaitu Drs. Ramadhan Pohan, MIS dan Dr. Eddie Kusuma, SH, MH yang memperoleh 136.719 atau 28,28 % suara. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk menganalisis retorika politik yang digunakan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan dalam debat kandidat Pilkada Kota Medan. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkarkan uraian konteks masalah di atas, yang menjadi fokus masalah peneliti adalah Bagaimana Retorika yang digunakan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan dalam Debat Kandidat Pilkada Kota Medan 2015?. 1.3 Batasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti memberi batasan masalah yang lebih spesifik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis retorika yang digunakan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan dalam Debat Kandidat Pilkada Kota Medan tanggal 10 Oktober 2015.

6 3. Penelitian ini hanya dilakukan pada Debat Kandidat Pilkada Kota Medan yang disiarkan TVRI Sumut. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi politik calon Walikota dan Wakil Walikota Medan. 2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui retorika yang digunakan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan dalam Debat Kandidat Pilkada Kota Medan tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi khususnya Retorika dan Komunikasi Politik. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan pembaca agar lebih kritis dalam memaknai pesan yang disampaikan seorang komunikator politik. 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dalam memperkaya bahan penelitian, sumber bacaan dan menambah wawasan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.