PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TENTANG BANK RAKYAT INDONESIA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN MENGENAI BANK RAKYAT INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1960 TENTANG BANK KOPERASI, TANI DAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1955 TENTANG BANK NEGARA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU) NOMOR 41 TAHUN 1960 (41/1960) Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1955 TENTANG BANK NEGARA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1953 TENTANG BANK TABUNGAN POS. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1960 TENTANG BANK DAGANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: Pasal 97, pasal 89 dan pasal 111 ayat 2 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Pasal 97 ayat 1 jo. Pasal 89 dan Pasal 109 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA (UUDRT) NOMOR 13 TAHUN 1951 (13/1951) TENTANG BURSA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 17 TAHUN 1968 (17/1968) Tanggal: 18 DESEMBER 1968 (JAKARTA) Sumber: LN 1968/70; TLN NO. 2870

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 36 TAHUN 1953 (36/1953) 18 DESEMBER 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1953/86; TLN NO.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1947 TENTANG BADAN EXPLOITASI TAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1978 TENTANG PERUSAHAAN UMUM POS DAN GIRO. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1968 TENTANG BANK TABUNGAN NEGARA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 1978 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH LAMPUNG FARMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1952 TENTANG SUSUNAN DAN PIMPINAN KEMENTERIAN-KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA

Perda No. 14/1998 tentang Pendirian Perusahaan Aneka Usaha Pertambangan Bahan Galian Gol. C Kab.Magelang.

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 34 TAHUN 2000 (34/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH WAHANA RAHARJA PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1965 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 20 TAHUN 1968 (20/1968) Tanggal: 18 DESEMBER 1968 (JAKARTA) Sumber: LN 1968/73; TLN NO Tentang: BANK TABUNGAN NEGARA

b.bahwa peraturan+peraturan yang termaktub dalam undang+undang darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang+undang;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BANK TABUNGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN MENTERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1965 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN JASA RAHARJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERJAN JAWATAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1950 TENTANG BIRO DEMOBILISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN HARAPAN KITA JAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1971 TENTANG PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG POKOK BANK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1963 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PERTANIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor 13 TAHUN 1960 Tentang BANK DAGANG NEGARA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1963 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA REASURANSI UMUM INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1958 TENTANG PERKUMPULAN KOPERASI *) Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1978 TENTANG PERUSAHAAN UMUM POS DAN GIRO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN BADAN PIMPINAN UMUM PERUSAHAAN DAGANG NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat No. 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RADIO REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN EKA NUSA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1968 TENTANG BANK DAGANG NEGARA DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN BADAN PIMPINAN UMUM PERUSAHAAN NEGARA ANGKUTAN MOTOR DAMRI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1958 TENTANG PERKUMPULAN KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN MENGENAI BANK RAKYAT INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 22 Pebruari 1946 No. 1 tentang Bank Rakyat Indonesia; Berkehendak : menetapkan peraturan lebih lanjut tentang Bank Rakyat Indonesia tersebut; Membaca : surat Menteri Perdagangan dan Perindustrian tanggal 19 Maret 1951 No. 2777/S.D.; Mengingat : akan pasal 98 Undang-undang Sementara Republik Indonesia; Memutuskan Menetapkan : PERATURAN TENTANG BANK RAKYAT INDONESIA. BAB I. MAKSUD, TUJUAN DAN KEDUDUKAN. Pasal 1. (1) Bank Rakyat Indonesia, termaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 22 Pebruari 1946 No. 1, adalah Bank untuk golongan menengah (middenstand) dan sebagai demikian mempunyai tugas membantu memajukan kemakmuran rakyat Indonesia, dengan jalan membantu menyelenggarakan rencana perekonomian Pemerintah. (2) Bank Rakyat Indonesia berkedudukan di Jakarta. BAB II. USAHA. Pasal 2. (1) Usaha Bank Rakyat Indonesia ialah : a. menjalankan usaha perkreditan bagi golongan menengah,

baikpun perseorangan atau berbentuk organisasi; pemberian pinjaman kepada golongan-golongan lain hanya diberikan, jika kebutuhan akan pinjaman itu oleh badan perkreditan lain tidak dapat dicukupi secara memuaskan; b. menerima (in belegging) uang-uang daerah otonoom dengan badan-badannya dan menyimpan serta mengerjakan administrasi dari effecten, saham dan lain-lain surat yang berharga dari badan-badan itu; c. menerima simpanan dari khalayak perseorangan maupun badan-badan, dan dari fihak lain; d. memberi nasehat dan pertolongan, pengawasan dan penilikan kepada badan-badan perkreditan untuk rakyat, perkumpulan-perkumpulan koperasi, badan-badan perkreditan desa, dengan mengingat sekalian peraturan yang syah yang tersebut dalam peraturan ini; c. menjalankan usaha bank pada umumnya. (2) Bank Rakyat Indonesia berhak akan menyerahkan sebagian pekerjaannya kepada badan-badan perkreditan lainnya, yang didirikan dengan perantaraannya, pengawasannya dan modalnya. BAB III. USAHA ISTIMEWA. Pasal 3. (1) Menurut peraturan dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian dan dengan diberi pengganti kerugian yang ditentukan olehnya maka Bank Rakyat Indonesia dibebani dengan pekerjaan administrasi dari uang-uang Negeri atau uang-uang yang berguna buat dipinjamkan kepada rakyat, supaya mempertinggi tingkat kemakmuran atau buat menolong mereka itu apabila mereka tertimpa oleh bencana alam. (2) Menteri Perdagangan dan Perindustrian dapat mempergunakan Bank Rakyat Indonesia di luar tanggungannya dalam pengawasan dan peninjauan tentang menyelenggarakan fonds yang dimaksudkan di atas; untuk pekerjaan ini Bank Rakyat Indonesia mendapat upah yang ditentukan oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian.

BAB IV. PEKERJAAN. Pasal 4. Untuk menjalankan usahanya termuat dalam pasal 2 itu, maka Bank Rakyat Indonesia dapat : a. mengadakan pinjaman, termasuk juga mengeluarkan obligasi; b. memperbungakan uangnya, akan tetapi hanya semata-mata dalam mata uang Indonesia, baik pada bank-bank, baik dalam rupa suratsurat yang berharga dari perbendaharaan Pemerintah Indonesia, maupun berupa surat-surat effecten dalam mata uang Indonesia, di mana Javasche Bank diperbolehkan memperbungakan uang cadangannya; c. mengadakan pembelian benda-benda, baik yang bergerak maupun yang tetap, yang diperlukan untuk menjalankan perusahaannya; d. membeli benda-benda yang bergerak dan yang tetap dari para debiteurnya dalam kejadian lelang-sita, akan tetapi demikian itu semata-mata hanya untuk mencegah atau memperkecil adanya kerugian dan wajib kemudian selekas-lekasnya menjual lagi barang-barang itu. Pasal 5. Bank Rakyat Indonesia melakukan pekerjaannya seperti dimaksud dalam pasal 2 dan 3 itu dengan mengingat akan azasnya, tiada menarik bunga dan ongkos-ongkos lebih dari pada yang dibutuhkan untuk mencukupi pembayaran uang bunga, untuk menutup biaya-biayanya, untuk penyusutan-penyusutan yang dianggap perlu untuk dapat menjalankan politik perusahaan yang sehat. BAB V. MODAL. Pasal 6. (1) Modal Bank Rakyat Indonesia terdiri dari : a. Modal yang telah didapat sebagai Bank Pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 22 Pebruari 1946 No. 1.

b. Tunjangan dari Pemerintah. (2) Setiap tahun akan dibayar kembali sebagian dari pada modalpertama yang diberikan oleh Negara seperti dimaksud dalam pasal ini ayat 1 huruf a, yang angsurannya sama besamya dengan satu perdua hasil perusahaan yang diperoleh dalam tahun-buku yang telah lalu setelah dikurangi untuk menutup kerugian-kerugian yang masih bersisa diderita dalam suatu tahun-buku. Angsuran dari modal-pertama dilakukan sedemikian rupa, sehingga bagianbagian modal yang dikenakan bunga yang lebih tinggi didahulukan pembayarannya. (3) Dewan Menteri dapat membebaskan kewajiban membayar angsuran-angsuran atas modal-pertama seperti dimaksud dalam ayat 2 pasal ini untuk tiap-tiap tahun, jika keadaan keuangan Bank Rakyat Indonesia menghendaki hal demikian. BAB VI. PIMPINAN. Pasal 7. (1) Bank Rakyat Indonesia dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri dari seorang Presiden dan sekurang-kurangnya dua orang direktur, yang banyaknya ditentukan oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian. (2) Direksi menetapkan hal-hal yang mengenai kebijaksanaan (beleid) dalam pimpinan Bank Rakyat Indonesia. Pimpinan penyelenggaraan dipegang oleh Presiden-Direktur. (3) Jika Presiden tak ada atau sakit atau berhalangan, maka pekerjaan Presiden itu dilaksanakan oleh Direktur yang ditunjuk sebagai pengganti Presiden yang pertama, dan jika kedua-duanya tak ada, sakit atau berhalangan, dijalankan oleh Direktur, yang ditunjuk sebagai pengganti Presiden yang kedua. Dalam keadaan yang sama mengenai pekerjaan direktur-direktur, maka pekerjaan Direktur dijalankan oleh pengganti-direktur, yang banyaknya dua orang dan diangkat oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian. (4) Keputusan dari Direksi ialah menurut suara yang terbanyak. Apabila suara yang setuju sama jumlahnya dengan suara yang tidak setuju, maka suara Presiden-lah yang memutuskan.

(5) Anggauta-anggauta Direksi, pengganti-pengganti Presiden dan pengganti-pengganti Direktur diangkat oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian buat empat tahun lamanya, tetapi tiap-tiap kali waktu itu boleh ditambah lagi empat tahun; selama itu mereka boleh juga dischors atau diperhentikan. Angkatan itu dilakukan atas usul Badan Pengawas dan Pembantu tersebut dalam pasal 8. Demikian juga untuk menambah lamanya bekerja, schorsing dan pemberhentian harus didengar Badan itu dan bolehlah pula ia membuat usul buat menschors atau memperhentikan. (6) Gaji dan perjanjian-kerja anggauta Direksi ditanggung oleh Bank Rakyat Indonesia menurut peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian dan dengan mendengarkan Badan Pengawas dan Pembantu. BAB VII. PENGAWASAN. Pasal 8. Pengurusan (beheer) Bank Rakyat Indonesia diawasi oleh : a. Komisaris Negara. b. Badan Pengawas dan Pembantu. Pasal 9. (1) Badan Pengawas dan Pembantu terdiri dari anggauta-anggauta tersebut di bawah ini : a. seorang wakil dari Kementerian Perdagangan dan Perindustrian merangkap ketua; b. seorang wakil dari Kementerian Keuangan; c. seorang wakil dari Kementerian Pertanian; d. seorang wakil dari Kementerian Dalam Negeri; e. jika perlu seorang anggauta sebagai wakil dari golongan penting yang perlu mendapat perwakilan. (2) Anggauta diangkat oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian untuk masa tiga tahun, dengan kemungkinan memperbaharui pengangkatannya untuk waktu yang sama. Pasal 10. (1) Komisaris Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

Republik Indonesia atas usul Menteri Perdagangan dan Perindustrian. Uang penghormatan untuk Komisaris Negara dibayar dari anggaran belanja negara. (2) Komisaris Negara dan anggauta Direksi satu sama lain tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai dalam derajat ketiga atau hubungan-ipar. Apabila setelah penetapan terjadi suatu hubungan-ipar, maka mereka tidak diperkenankan melanjutkan jabatannya, terkecuali seizin Menteri Perdagangan dan Perindustrian. (3) Komisaris Negara dapat hadlir pada semua rapat dari Badan Pengawas dan Pembantu dan dalam rapat-rapat itu mempunyai suara penasehat. (4) Direksi dan Badan Pengawas dan Pembantu atas permintaan Komisaris Negara diwajibkan memberikan segala penjelasan yang diperlukan untuk menjalankan pengawasan dengan semestinya, termasuk juga melihatkan buku-buku dan surat-surat bank. (5) Instruksi untuk Komisaris Negara diatur dengan peraturan Pemerintah. Pasal 11. (1) Badan Pengawas dan Pembantu memberikan pertimbangan tentang segala masalah yang oleh Pemerintah diminta pertimbangannya. (2) Badan Pengawas dan Pembantu dapat memajukan usul-usul kepada Pemerintah yang dipandang perlu untuk perbaikan usaha Bank Rakyat Indonesia. (3) Atas permintaan Direksi, Badan Pengawas dan Pembantu memberikan nasehat; Badan Pengawas dan Pembantu dapat atas initiatief sendiri memberikan anjuran atau usul-usul kepada Direksi. Pasal 12. Untuk dapat mempertimbangkan soal-soal di lapangan bank dan di lapangan keuangan dengan lebih saksama, maka Badan Pengawas dan Pembantu dapat membentuk sebuah panitya-penasehat financieeltechniek untuk memberi pertimbangan-pertimbangan dan pemandangan-

pemandangan kepada Badan itu. Pasal 13. (1) Badan Pengawas dan Pembantu bertugas : a. menimbang apakah Bank Rakyat Indonesia memenuhi kewajiban sosial ekonomi sebaik-baiknya dengan mengindahkan persediaan tenaga pegawai dan alat-alat; b. mempererat kerja-sama dengan jawatan-jawatan dan badan-badan tidak resmi yang bekerja di lapangan kemakmuran rakyat; c. menimbang apakah Bank Rakyat Indonesia, jika ditinjau dari sudut tekhniek bank, diurus betul dan secara hemat, dan apakah soliditeit, liquiditeit, administrasi, inrichting dan kontrole memenuhi syarat-syarat. Untuk maksud ini Badan Pengawas dan Pembantu dapat minta bantuan kepada para akhli di lapangan accountancy. (2) Kepada Badan Pengawas dan Pembantu harus diminta persetujuan : a. untuk mengeluarkan pinjaman dengan obligasi; b. untuk memperbungakan (beleggen) secara lain dari pada menyimpan pada bank-bank besar di Indonesia atau secara lain dari pada membeli sechatkistpapier atau obligasi Pemerintah Indonesia; c. untuk menyerahkan sebagian dari tugas Bank Rakyat Indonesia kepada badan-badan lain. (3) Direksi bertanggung jawab (rekenpuchtig) kepada Badan Pengawas dan Pembantu. Pengesahan oleh Badan Pengawas dan Pembantu tentang rekening-rekening dan verantwoording-keuangan tahunan mengenai tahun yang silam disertai neraca dan daftar untung dan rugi yang bersangkutan, akan membebaskan pertanggungan jawab Direksi, terhadap soal-soal keuangan seperti yang dimuat dalam surat-surat bukti yang diajukan tadi. Pasal 14. Menteri Perdagangan dan Perindustrian dapat menetapkan instruksi untuk Badan Pengawas dan Pembantu, dan peraturan tentang uang

hadlir dan penggantian-penggantian biaya jalan dari anggautaanggautanya. BAB VIII. PERWAKILAN. Pasal 15. (1) Bank Rakyat Indonesia diwakili oleh Direksinya di dalam dan di luar hukum. Untuk beberapa soal yang tertentu Direksi dapat melimpahkan hak mewakili bank dan hak menanda-tangani untuk bank kepada seorang atau lebih dari seorang anggauta Direksi yang khusus ditunjuk untuk itu, atau kepada anggauta dari pegawai, baik sendiri maupun bersama-sama (gezamenlijk). (2) Dalam hal tagihan dan perkara hukum antara Bank Rakyat Indonesia dan anggauta Direksi atau pengganti Direktur, bank diwakili oleh seorang anggauta dari Badan Pengawas dan Pembantu. (3) Bank Rakyat Indonesia diwakili pula oleh : a. pemimpin-pemimpin cabang atau pemimpin-pemimpin ranting dalam hal menetapkan dan menghapuskan credietverband atau hypotheek; b. wakil-wakil pemimpin dan Kepala-kepala rombongan kas dari cabang-cabang dan ranting-ranting dalam hal menetapkan credietverband. BAB IX. PEMBUBARAN. Pasal 16. (1) Bank Rakyat Indonesia dapat dihapuskan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Jika dihapuskan, maka Bank Rakyat Indonesia tidak usah melakukan pembayaran angsuran modal pertama kepada Negara seperti dimaksud dalam pasal 6 ayat 2, sebelum semua hutanghutang dan kewajiban keuangan lainnya dipenuhi. (3) Jika dihapuskan, maka hasil bersih dari perusahaan akan dipergunakan untuk maksud yang sedapat mungkin bersamaan

dengan tujuan Bank Rakyat Indonesia. BAB X. PERATURAN PERALIHAN. Pasal 17. (1) Perkreditan kecil dan pula pimpinan dan pengawasan atas Bankbank dan Lumbung-lumbung-desa, yang pada waktu mulai berlakunya peraturan ini masih dijalankan oleh Bank Rakyat Indonesia, berangsur-angsur diserahkan kepada organisasi yang ditunjuk oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian. (2) Sebelum penyerahan pekerjaan-pekerjaan itu selesai, maka pekerjaan-pekerjaan tersebut masih tetap menjadi tanggungan Bank Rakyat Indonesia. BAB XI. PERATURAN PENUTUP. Pasal 18. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 1951. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOEKARNO MENTERI PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN, SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO Diundangkan pada tanggal 21 April 1951. MENTERI KEHAKIMAN, WONGSONEGORO

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 1951 MENGENAI BANK RAKYAT INDONESIA PENJELASAN UMUM 1. Bank Rakyat Indonesia adalah sebuah bank Pemerintah, yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 22 Pebruari 1946 No. 1, dan bermaksud menggantikan "Algemene Volkscredietbank" dari zaman Pemerintahan Hindia Belanda, yang dizaman pendudukan Jepang diganti nama "Syomin Ginko". 2. Dengan selesainya zaman pendudukan Jepang dan berdirinya Republik Indonesia, maka didirikan Bank Rakyat Indonesia tersebut di atas itu, yang menurut pasal 3 dari Peraturan Pemerintah itu usahanya ialah : 1. memberi pinjaman kepada rakyat; 2. menerima tabungan; 3. menjalankan pekerjaan Bank pada umumnya dan 4. usaha-usaha lain yang diserahkan oleh Pemerintah kepadanya; Bank Rakyat Indonesia mempunyai autonomi dalam menyelenggarakan usahanya. 3. Berhubung dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, maka timbullah kebutuhan akan adanya Bank yang membantu memajukan kemakmuran rakyat Indonesia, dengan jalan membantu menyelenggarakan rencana perekonomian Pemerintah pada umumnya, dan menjalankan usaha perkreditan bagi golongan menengah pada khususnya. 4. Maka tujuan Peraturan Pemerintah ini ialah menetapkan kedudukan pokok dari Bank Rakyat Indonesia, yaitu sebagai bank untuk golongan menengah (middenstands-bank). 5. Walaupun Bank Rakyat Indonesia pokok kedudukannya ialah bank untuk golongan menengah, akan tetapi dalam masa peralihan ini bank itu mempunyai lapangan pekerjaan yang luas, karena masih pula menjalankan perkreditan kecil dan lain-lain perkreditan. Terhadap perkreditan kecil itu, tujuannya ialah untuk melimpahkan perkreditan itu berangsur-angsur kepada lain instansi, ialah kepada Jawatan Koperasi.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Sebagai penyelenggaraan dari program Pemerintah, di mana perkreditan untuk lingkungan desa akan diserahkan kepada Jawatan Koperasi, maka B.R.I. ditetapkan sebagai Bank untuk golongan menengah (middenstandsbank). Dalam masa peralihan, di mana Jawatan Koperasi belum dapat menyelenggarakan perkreditan di desa seluruhnya, B.R.I. masih dapat mengerjakan perkreditan ini secara membantu (aanvullend), berdasarkan pasal 2 ayat 1 a. Pasal 2. Usaha B.R.I. sebagai Bank untuk golongan menengah (middenstandsbank) ditegaskan lagi di ayat a. Ayat b adalah lanjutan dari dahulu, karena dengan cabang-cabangnya diseluruh kabupaten, B. R. I. (dulu A.V.B.) de facto merupakan bank dari daerah otonoom. Pasal 3. Di samping tugas bank yang lazim, seperti dicantumkan di pasal 2, maka B.R.I. sebagai badan financieel-administratief dengan cabang-cabangnya diseluruh Indonesia, dapat dibebani dengan pekerjaan administrasi, dari uang-uang Negeri, dan dengan pengawasan dan peninjauan fonds-fonds. Pasal 4. Untuk menjalankan pekerjaannya sebagai bank, maka selain hubungan biasa dengan khalayak, yaitu memberikan pinjaman dan menerima simpanan, suatu bank masih perlu mendapat keluasan dalam menambah modal dengan pinjam sendiri dari institut-institut lain, atau dengan mengeluarkan obligasi (ayat a). Kelebihan uang kas yang tidak atau belum dapat dipergunakan dalam usaha peminjaman harus dapat diperbungakan untuk menghindarkan kerugian (ayat b).

Pasal 5. B.R.I. menjalankan usaha bank tidak untuk mendapat keuntungan dari memungut bunga dan ongkos-ongkos, tetapi besarnya bunga dan ongkosongkos ditentukan oleh beaya-beaya dan penyusutan-penyusutan biasa. Pasal 6. Lain dari pada cara-cara tersebut di pasal 6 untuk mendapat modal, B.R.I. dapat juga berusaha menurut pasal 4 ayat a. Cara pembayaran kembali dari modal yang didapat dari Pemerintah, seperti disebutkan di ayat 2 dan 3, dalam praktek A.V.B. sudah jalan bertahun-tahun dengan memuaskan. Pasal 7. Pimpinan dijalankan oleh suatu Direksi untuk mendapat pertimbangan dan putusan-putusan sebagai hasil dari pertukaran-fikiran yang saksama. Untuk menjamin langsungnya pekerjaan Direksi, maka dalam ayat 3 dan 5 diadakan peraturan-peraturan tentang cara mewakili anggauta Direksi apabila tak ada, sakit atau berhalangan. Pasal 8 dan 10. Diadakan jabatan Komisaris Negara untuk mengawasi pengurusan (beheer) B.R.I. Komisaris Negara dalam hubungan ini adalah wakil Pemerintah. Pasal 9, 11, 12, 13 dan 14. Karena Bank bukan satu Jawatan, yang mempunyai hubungan hierarchik di bawah satu kementerian, tetapi adalah satu bagian dari bedrijfsleven yang mengenai berbagai sektor dari masyarakat, maka sekedar untuk menghilangkan kepincangan ini, B.R.I. ditempatkan di bawah satu Badan Pengawas dan Pembantu terdiri dari anggauta-anggauta yang mewakili beberapa kementerian yang mempunyai hubungan erat dengan B.R.I. dan yang mewakili golongan-golongan penting. Pasal 15. Dalam pasal ini ditentukan siapa mewakili B. R. I. atau Direksi B. R. I. pada umumnya atau dalam soal-soal khusus.

Pasal 16. Dalam pasal ini diatur cara penyelesaian kekayaan B.R.I. jika dibubarkan antara modal yang didapat dari Negara dan hutang-hutang dan kewajiban keuangan kepada pihak lainnya. Semua hutang-hutang kepada pihak lainnya harus dipenuhi dahulu, baru modal Pemerintah dibayar kembali. Periksalah penjelasan pasal 1. Pasal 17. Tambahan Lembaran Negara No. 104