Program Lanjut Jenjang PJJ Akatel - PENS. PENS-Akatel. Modul 2-2 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (November 2014)

dokumen-dokumen yang mirip
Modul 4 Teknik Pensinyalan dan Penomoran

Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing

BAB V SIGNALING. (CAS dan CCS7 Lihat Software) Oleh : Suherman, ST.

PERTEMUAN 10 TEKNIK PENSINYALAN

PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT

SIGNALLING. Ade Nurhayati, ST, MT

Modul 2 Peralatan Telepon dan Call Setup

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version -

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Bab 9. Circuit Switching

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Komputer, terminal, telephone, dsb

Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan

BAB II WIDE AREA NETWORK

MODUL-8 SIGNALING 1 Pendahuluan 2 Signaling Telepon Analog

Telepon secara konvensional adalah untuk komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data.

Christofel Neman Nim:

PESAWAT TELEPON. Komponen-komponen Pesawat Telepon. Fungsi Pesawat Telepon. Basic Call Setup

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

PERCOBAAN 5 SWITCHING NETWORK DENGAN SIMULASI PC

PERCOBAAN 2. MULTIPLEXER/DEMULTIPLEXER UNIT dan SWITCHING NETWORK UNIT

TELEPHONE. Oleh Kholistianingsih, S.T., M.Eng.

PERCOBAAN 6 TELEPONI MULTIUSER

Sentral Telepon. Syah Alam, M.T STTI JAKARTA

SISTEM TELEPON (PSTN)

Jaringan Komputer Multiplexing

PERCOBAAN 6 INTEGRASI LENGKAP SENTRAL DIGITAL

Jaringan Switching. Untuk transmisi data yang melampaui area lokal. Simpul switching tidak berkaitan dengan isi data.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

Frequency Division Multiplexing

GRIFALEN WESTREENEN NIM: KLS/SEM:C/SEM IV

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

PROSES PENSINYALAN PADA SENTRAL DIGITAL SPC

Pengertian Multiplexing

BAB III SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD. Electronic Wahler System Digital (EWSD) atau Digital Electronic Switching

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

PERCOBAAN 3 MULTIPLEXER/DEMULTIPLEXER UNIT 3.3. PENJELASAN SINGKAT TENTANG MODUL

Setelah mempelajari bagian ini diharapkan dapat: Memahami prinsip switching mekanik pada telepon Memahami prinsip switching elektronik pada telepon

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN TEKNOLOGI

STUDI ANALISIS PERANGKAT SISTEM SWITCHING TELEPHONE TRAINER B4620 (Untuk Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

SWITCHING & SIGNALING

PERCOBAAN 2 MULTIFREQUENCY RECEIVER UNIT. Tabel 2.1. Kombinasi 2 Frekuensi pada Metode DTMF

Pola Penomoran A=6 A=5 A=4 A=7 A=9 A=2 A=3 B = 1 B = 5 B = 2 B = 3 B = 9 B = 6 B = 8 B = 7

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

Teknologi Telekomunikasi

Konfigurasi SIP Server Lanjut

Teknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011

RANCANG BANGUN SISTEM BILLING TELEPON BERBASIS VoIP

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

Makalah Seminar Kerja Praktek Analisa Kegagalan Panggil Pada Sentral Telepon Digital

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NGN PSTN TO PSDN FOR TEKNOLOGI SOFTSWITCH

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JARINGAN DAN LAYANAN KOMUNIKASI. Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 2006

Sistem Penomoran PSTN

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 7 Telefoni

Adapun kelengkapan-kelengkapan yang terdapat dalam PABX antara lain:

2. Sistem Komunikasi Telepon

MODUL 5 MULTIPLEXING

Jaringan Komputer Switching

DTG2F3. Sistem Komunikasi. Siskom Digital ADC, SOURCE CODING, MULTIPLEXING. By : Dwi Andi Nurmantris

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

MAKALAH MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER

Sistem Transmisi Modulasi & Multiplexing

BAB II LANDASAN TEORI

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

SWITCHING & JARINGAN

PERCOBAAN 5 SERVICE RESTRICTION CLASS

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

Aplikasi Multiplexer -8-

DIGITAL LINE UNIT (DLU) PADA SENTRAL SWITCHING ELECTRONIC WAHLER SYSTEM DIGITAL (EWSD) PT.TELKOM TBK REGIONAL PANGKALPINANG

Protokol WAN. No. Exp : 6 Nilai dan Paraf :

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

Jaringan Komputer dan Komunikasi Data. Agus Aan Jiwa Permana, S.Kom, M.Cs

Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

BAB II TEORI PENUNJANG

RANCANG BANGUN VISUALISASI CALL SETUP UNTUK MODUL PEMBELAJARAN SISTEM TELEPON

ANALISA JALUR EKSTENSION PADA PABX PANASONIC SERI KXT - 206SBX

P A B X (Private Automatic Branch Exchange)

Sistem Komunikasi Telepon

TEKNOLOGI SWITCH SWITCHING 1. CIRCUIT SWITCHING

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

Andrias Danang Suseno Warsun Najib Samiyono. Abstrak

BAB III TEORI DASAR SENTRAL TELEPON DIGITAL. 3.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Sentral Telepon Digital

BACKBONE PSTN (Sentral, Routing, Penomoran)

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

PERCOBAAN 10 PEMROGRAMAN OUTGOING DAN INCOMING CALL

A I S Y A T U L K A R I M A

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi di Indonesia. Latar Belakang

TEKNIK SWITCHING SWITCHING BERTINGKAT DAN PROBABILITAS BLOCKING

MULTIPLEXING DE MULTIPLEXING

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

SWITCHING DAN SIGNALLING. OLEH : Cicilia Erfina

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

Transkripsi:

Program Lanjut Jenjang PJJ Akatel - PENS Modul 2-2 Jaringan Teleponi Prima Kristalina PENS (November 2014)

1. Teknik Switching a. Circuit-Switching dan Packet-Switching b. Jenis sambungan pada Circuit-Switching c. Time Division, Space Division, TST Switching 2. Teknik Multiplexing a. TDM, FDM b. Teknik Multiplexing pada Teleponi c. Struktur E-1 dan T-1 d. Hirarki Multiplexing Digital 3. Teknik Pensinyalan a. Pensinyalan Supervisory, Address, Progress b. Pensinyalan in-band & out-band c. Pensinyalan Loop-start & Ground-start d. Pensinyalan E&M e. Pensinyalan CAS & CCS 4. Sistim Penomoran a. Hirarki Jaringan Sentral PSTN b. Sistim Penomoran Berdasarkan rekomendasi ITU E.164 c. Sistim Penomoran Darurat d. Sistim Penomoran Sentral Telepon Bergerak 2

3

Switching Teknik switching didefinisikan oleh ITU-T sebagai: penyiapan-berdasarkan permintaan- dari sebuah koneksi individual sepasang inlet tertentu menuju outlet tertentu dalam sekumpulan inlet dan outlet ketika akan diperlukan transfer informasi Ada dua jenis switching untuk pentransferan data / informasi, berdasarkan penyiapan jalur: 1. Circuit Switching 2. Packet Switching 4

Circuit Switching: Metode penyambungan dimana dua node (inlet dan outlet) yang akan berkomunikasi, menyiapkan sebuah jalur dedicated (sirkit) terlebih dulu sebelum dilakukan pentransmisian informasi. Biasanya diimplementasikan di jalur telepon analog (PSTN) 5

Packet Switching: Data-data informasi dijadikan dalam bentuk paket-paket terlebih dahulu sebelum ditransmisikan. Masing-masing paket hanya dilengkapi dengan alamat asal dan tujuan, sementara rute masing-masing paket tergantung pada jalur mana yang kosong, bukan jalur dedicated. QoS dari informasi yang menggunakan metode ini lebih buruk dibandingkan menggunakan circuitswitched. Diimplementasikan di jalur data (internet) 6

Tiga tahapan circuit switching: 1. Pembentukan sirkit (link fisik) yang dedicated 2. Transfer sinyal 3. Pemutusan sirkit Tiga jenis circuit switching: 1. Sambungan lokal 2. Sambungan Outgoing 3. Sambungan Incoming 7

Jenis Circuit-Switching 8

Ada 3 jenis teknik switching berdasarkan perlakuan terhadap sampel data / informasinya: 1. Time Division Switching 2. Space Division Switching 3. Time-Space-Time Switching 9

Time Division Switching (TDS) Teknik ini mengadopsi model Time Division Multiplexing Ada proses menukar posisi sampel informasi dalam frame, dilakukan oleh Time Slot Interchange (TSI) 10

Space Division Switching (SDS) Pada teknik ini masing-masing sampel informasi menggunakan jalur yang berbeda untuk penyambungan tergantung tujuannya 11

Time-Space-Time Switching (TST) Menggunakan kombinasi time switch dan space switch Beberapa tipe switching dengan teknik ini: Time-Space- Time (TST), Time-Space-Space-Time (TSST), Space-Time- Time-Space (STTS), dll 12

13

Teknik Multiplexing : Penentuan / pembagian jalur yang akan dilewati oleh sampel-sampel informasi Proses switching dan multiplexing dilakukan secara simultan pada sebuah sentral telepon Teknik Multiplexing secara umum terdiri dari: Frequency Division Multiplexing (FDM) Proses Multiplexing jalur informasi berdasarkan pembagian frekuensi Time Division Multiplexing (TDM) Proses multiplexing jalur informasi berdasarkan pembagian waktu Perangkatnya disebut: Multiplexer dan Demultiplexer 14

Frequency Division Multiplexing (FDM) Frequency Kanal frekuensi Pita frekuensi Time 15

Frequency Division Multiplexing (FDM) a) Frekuensi masing-masing channel b) Kedudukan frekuensi pada pita frekuensi c) frekuensi yang di-multiplex 16

Time Division Multiplexing (TDM) Frequency Time Slot Time frame Time 17

Time Division Multiplexing (TDM) Ilustrasi pembagian jalur menggunakan frame dan time slot pada TDM 18

TDM pada sistim teleponi T 19

20

Channel 31 8 bit... Channel 1 8 bit 1 frame = 256 bit (ch 0 &c h 16 utk signaling) Channel 0 8 bit E-1: 8000 frames/s=8000x256 bps=2.048 Mbps 21

Hirarki Multiplexing Digital Sumber: Mike Yuliana, PENS- Modul Dasar Jaringan Telepon, 2011 22

1. Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah sistim TDM. Ada 4 kanal input dan 1 kanal output. Jika dalam 1 time slot ada 1 bit sampel data, carilah: 1. Bit rate (1/5x10 6 x4x5=4 Mbps) 2. Frame rate (10 6 frame/detik) 3. Durasi time slot (1/4 microdetik) 4. Durasi frame (1 microdetik) 23

2. Empat channel masing-masing 1 kbps dimultiplex dalam 1 jalur. Tiap 1 time slot berisi 1 bit data. Carilah: 1. Frame rate 2. Bit rate 3. Durasi frame 4. Durasi time slot 3. Jika ada 4 channel masing-masing mengirim 100 bytes data/detik di-multipleks dalam 1 jalur, dimana 1 time slot berisi 1 byte data. Dapatkan: 1. Frame rate 2. Bit rate 3. Durasi frame 4. Durasi time slot 24

25

Pensinyalan Pemberian tanda (sign), baik kepada perangkat pengguna (pemanggil dan yang dipanggil) maupun perangkat sentral untuk menginformasikan kepada perangkat tersebut perihal adanya aktifitas (komunikasi) yang akan dikenakan kepada perangkat tersebut. 26

Klasifikasi Pensinyalan Pelanggan - Sentral Pensinyalan Sentral - Sentral Channel associated Common channel 27

Pelanggan Sentral 1. Pelanggan Sentral Informasi kondisi off-hook Informasi nomor tujuan Informasi jumlah uang yang dimasukkan (khusus untuk payphone) Informasi kondisi on-hook ketika panggilan usai 2. Sentral Pelanggan Pemanggil Informasi bahwa sentral siap menerima nomor tujuan Informasi mengenai status tujuan (busy atau tidak) Informasi kongesti atau interception Sinyal charging (khusus untuk payphone) 3. Sentral Pelanggan dipanggil Sinyal ringing untuk menarik perhatian pelanggan tujuan 28

Sentral Sentral Disebut juga pensinyalan trunk, terdiri dari 2 jenis: Channel Associated Signalling Common Channel Signalling 29

Beberapa jenis pensinyalan berdasarkan kegiatannya: Pensinyalan Supervisory Pensinyalan Address Pensinyalan Progress Beberapa jenis pensinyalan berdasarkan bandwidth-nya: Pensinyalan in-band Pensinyalan out-band 30

Pensinyalan Supervisory Bertujuan untuk pengawasan perangkat (baik pengirim maupun tujuan) Beberapa jenis pensinyalan supervisory: 1. On-Hook (mendeteksi kondisi memutus sentral) 2. Off-Hook (mendeteksi kondisi menyambung sentral) 3. Ringing (alert) 4. Recall 31

Pensinyalan Supervisory Pensinyalan supervisory dapat diaplikasikan pada beberapa perangkat berikut ini: 1. Telephone set - CO switch 2. Telephone set - PBX 3. Telephone set - Foreign exchange station (FXS) module 4. PBX switch - CO switch 5. PBX switch - FXS module 6. PBX switch - foreign exchange office (FXO) module 7. FXS - FXO module Sumber: www.certificationkits.com 32

Loop Start & Ground Start Loop start Pada Sentral yang menggunakan model Loop start, ketika telephone set off hook maka terjadi pembentukan jalur secara local loop dengan sentral. Sentral mengirim arus dan tegangan DC sebesar 48V. Loop start ini rentan terhadap kondisi di mana permintaan call sangat tinggi (di perkantoran yang sibuk. Karena jalur yang tersedia hanya sepasang, sehingga pada saat itu jalurnya tidak bisa digunakan sebagai incoming dan outgoing call secara bersamaan. Kondisi ini disebut Glare. Ground Start Pada Sentral yang menggunakan model Ground Start, pembentukan jalur dideteksi jika salah satu jalur (Tip atau Ring) dari sentral terhubung ke Ground. Pembentukan jalur incoming dan outgoing call dengan model Ground start bisa dilakukan secara terpisah, sehingga bisa menerima incoming dan outgoing call secara bersama-sama. Keuntungan: meminimisasi kondisi Glare Kerugian: sebuah jalur sudah didedikasikan sebagai Incoming saja atau outgoing saja. 33

Loop - Start 34

Ground - Start PBX/Telephone sedang on hook. PBX/ telephone memonitor ground pada jalur Tip. BAT di CO/FXS diberikan pada jalur Ring PBX/Telephone menyambungkan jalur Ringnya ke Ground CO/FXS men-sense adanya Ground jalurtip yang berasal dari PBX/ Telephone. CO/FXS meng-ground jalur Tip. PBX/ Telephone men-sense Ground jalur Tip yang berasal dari CO/FXS, kemudian membuat loop 2-wire nya, dan menghapus Gound Ring. Rangkaian berlaku seperti Loop-Start Sumber: ccievoicewithin5month.blogspot.com 35

Pensinyalan Address Digunakan untuk membawa informasi addressdalam hal ini nomor telepon- tujuan Yang termasuk Pensinyalan addressing: 1. Dual Tone Multi Frequency (DTMF) 2. Pulse Dial 697 1209 1336 1477 1 2 3 DTMF 770 852 4 5 6 7 8 9 941 * 0 # 36

Pensinyalan Progress Digunakan untuk mendeteksi sampai sejauh mana proses inisiasi panggilan sedang berlangsung Beberapa jenis pensinyalan progress: 1. Dial tone (sentral subscriber A) 2. Busy tone (sentral subscriber A) 3. Ring back tone (sentral subscriber A) 4. Congestion tone (sentral sentral) 5. Reorder tone (sentral subscriber A) 6. Receiver off hook tone (sentral subscriber B) 7. No such number tone (sentral subscriber A) 37

Beberapa pensinyalan call-progress di Indonesia 38

Pensinyalan inband Informasi call control berada pada kanal yang sama dengan kanal suara (300 3400 Hz) Pensinyalan outband Informasi call control berada pada kanal yang berbeda dengan kanal suara( < 300 Hz atau > 3400 Hz) 39

Contoh Pensinyalan inband: Nada DTMF Contoh Pensinyalan outband SS6 (Signaling System #6) SS7 (Signaling System #7) digunakan untuk pensinyalan sentral sentral Pensinyalan E&M Pensinyalan Inband Teg.output Voice Channel Voice Signal.2 1 2 3 4 Tone Dialing Signals Systems Control Signals Frequency (K-Hertz) 40

Pensinyalan E & M Pensinyalan E & M (Earth & Magneto, Ear & Mouth) merupakan pensinyalan supervisory yang menggunakan arus dan tegangan DC pada jalur yang berbeda 8 kabel E&M pada sebuah sentral: 1. E (arah inbound) 2. M (arah outbound) 3. SG dan SB (Signal Ground & Signal Batery) 4. T & R (Tip & Ring) ke pasangan jalur penerima 5. T1 & R1 (Tip & Ring) ke pasangan jalur pengirim 41

Pensinyalan E & M State On-Hook Off-Hook Hubungan 8 kabel E&M lead pada sentral E-Lead Open Ground M-Lead Ground Battery Voltage Sumber: wikipedia 42

Channel Associated Signaling (CAS) o o Informasi suara (speech ) dan informasi pensinyalan dikirim melalui kanal yang sama, yaitu kanal suara. Pensinyalan PCM - menggunakan timeslot 16 merupakan salah satu contoh pensinyalan dengan teknik CAS. o Beberapa macam CAS : 1. Pensinyalan dilakukan secara bersama dengan suara pada kanal yang sama menggunakan DC signaling (inband) 2. Pensinyalan dilakukan secara bersama dengan suara pada kanal yang sama, tetapi menggunakan frekuensi yang berbeda (outband) o Contoh pemakaian CAS: o DTMF 43

Common Channel Signalling (CCS) - Signaling System Number 7 (SS7) o o o o Informasi pensinyalan menggunakan jalur yang terpisah dengan informasi suara (out-of-band) Diaplikasikan pada kanal digital 64 kbps bidirectional mendukung call-establishment, billing, routing, dan fungsi pertukaran informasi pada PSTN Contoh pemakaian CCS: 1. Incoming Caller Identification (Caller ID), 2. Informasi roaming, 3. Layanan WINS (Wireless Intelligent Network), seperti layanan prabayar dan pasca bayar 44

45

Teknik Penomoran adalah pemberian nomor dengan metode tertentu kepada jalur pengguna yang terhubung dengan sentral telepon. Penomoran (Numbering Plan) digunakan untuk: - Membedakan setiap pelanggan dengan nomor yang unik - Merutekan setiap panggilan ke tujuannya - Mengaktifkan perangkat pembebanan (charging) Penomoran telepon didefinisikan oleh daerah administratif PSTN setempat 46

Hirarki Jaringan PSTN secara umum Tertier Sekunder Primer Gate way Setra Transmisi [ Fiber Optik, Satelit, Mikrowave ] Setra Gate way Tertier Sekunder Primer Local Lokal Subcriber s Sumber: STMB Telkom, SM241013 - Pengantar Sistem Telekomunikasi Sem genap 2006-2007 47

Hirarki Jaringan PSTN di Indonesia Konfigurasi Jaringan Versi FTP Telkom Versi Amerika Gate way : Sentral Class 1 Gerbang Internasional Tertiary Center : Sentral Trunk Class 2 / Transit Nasional Secondary Center : Sentral trunk Class 3 / Transit Regional Primary Center : Sentral Trunk/Tandem Class 4 STO : Sentral Lokal / End office Class 5 Pelanggan / subscriber 48

Klasifikasi Penomoran di Indonesia berdasarkan hirarki Sentral Gate way Tertier Sekunder Jaringan Internasional Jaringan Nasional Primer Jaringan Regional Lokal 49

Standarisasi Penomoran Telepon PSTN ITU memberikan standarisasi penomoran telepon berdasarkan rekomendasi E.164 untuk interoperabilitas seluruh anggotanya Struktur penomoran berdasarkan rekomendasi E.164 : 1. Country Code (CC) 2. National Destination Code (NDC) 3. Station /Subscriber Number (SN) Jumlah digit maksimal penomoran adalah 15 digit. Nomor Internasional: Kode negara (1-3 digit) + Nomor Nasional Nomor Nasional: Kode Tujuan Nasional (3-4 digit) + Nomor Pelanggan Nomor Pelanggan: Kode Sentral (3 digit) + Nomor unik pelanggan 50

Alokasi Penomoran Internasional di Indonesia + Kode Negara Country Code (CC) Kode Tujuan Nasional National Destination Code (NDC) Nomor Pelanggan Subscriber Number (SN) 1-3 digit Nomor (Signifikan) Nasional Nomor Internasional ( max 15 digit) Prefix, menunjukkan awal penomoran internasional Contoh: +62 31 5947280 Indonesia - Surabaya PENS (CC) (NDC) (SN) 51

Alokasi Penomoran Nasional di Indonesia Kode Tujuan Nasional (NDC) Kode Tujuan Nasional National Destination Code (NDC) Nomor Pelanggan Subscriber Number (SN) 3 4 digit No. subscriber Mengandung informasi geografis Tidak Mengandung informasi geografis Kode Wilayah Kode Akses Jaringan/ Kode Akses Pelayanan Contoh: Kode Wilayah: Surabaya 031 Padang 0751 Kode Akses Jaringan: Telkomsel 0812 52

Alokasi Penomoran Lokal di Indonesia Nomor Sentral Nomor pelanggan 3 4 digit No. subscriber Biasanya terdiri dari maximum 8 digit dan minimum 6 digit, dengan 3-4 digit nomor sentral Contoh: 594-7280 STO Manyar - PENS 53-679106 STO Palmerah - Binus Square 53

Pembagian wilayah pengkodean penomoran Nasional di Indonesia 54

Penomoran Darurat Pemberian nomor darurat memiliki aturan sebagai berikut : a) Maksimum 3 digit b) Dimulai dengan digit 1 c) Pelayanan khusus local (11x) Contoh : 113 Pemadam Kebakaran 117 Pengaduan gangguan 110 Polisi d) Pelayanan khusus terpusat (10x) Contoh : 108 Informasi 103 Waktu e) Pelayanan bagi operator (19x) 55

Penomoran Sistem Telepon Bergerak STB Analog Dimana : M1 M2 M1M2 M3 M7 : Wilayah pesawat yang bersangkutan : Home MSC dalam area M1 : Area dimana pesawat STB berada : Pesawat pelanggan STB yang berinduk pada MSC M1M2(M3) M1 = 1 : Jakarta ; M1 = 2 : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta M1 = 3 : Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Timor Timur ; M1 = 4 : Sulawesi M1 = 5 : Kalimantan ; M1 = 6 : Sumatra Utara, Aceh M1 = 7 : Sumatra Barat, Riau, Lampung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu M1 = 9 : Ambon, Jayapura 56

Penomoran Sistem Telepon Bergerak STB Digital Dimana : N adalah Operator STBS digital penyelenggara Contoh : 811 : Telkomsel 816 : Satelindo 818 : Excelcomindo Sumber: Jur.T.Elektro Univ.Widyakarttika Dasar Teknik Telekomunikasi 57