BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Boyolali merupakan. salah satu instansi pelayanan kesehatan di Kabupaten Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, adil dan. berkesinambungan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Terpadu Puskesmas (SP2TP) ditetapkan melalui Surat Keputusan MENKES/SK/II/1981.

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB 3 ANALISIS BASIS DATA YANG SEDANG BERJALAN

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

Sistem Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tepat dan akurat sehingga pemanfaatan waktu harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi atau instansi memiliki tujuan apa yang akan mereka capai

BAB I PENDAHULUAN. menemukan dan menggunakan teknologi untuk mengeksploatasi alam dalam. manusia dengan ruang dan waktunya (Kusumadewi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, dan tuntutan akan pencapaian MDGs (Milenium

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk. memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang tidak periodik. Ada yang harus diperbaharui (updated) yang perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. membawa perubahan hampir diseluruh bidang kehidupan manusia. Terutama di

BAB I PENDAHULUAN. dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Beberapa unit

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan bisa menjalani aktifitas kehidupannya dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. MPU. (Jakarta, 2008), hal 5 dan Bambang Hartono. Peran Departemen Kesehatan dalam Pengembangan SIK Kerjasama dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-dasar atau prinsip pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah nilai

BAB II LANDASAN TEORI. sistem informasi terdiri dari input, proses dan output seperti yang terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masayrakat setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

REKAM MEDIS DAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER (PUSKESMAS)

BAB I. PENDAHULUAN A.

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)

ANALISIS KETEPATAN WAKTU PELAPORAN DALAM SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Era globalisasi membawa dampak positif bagi perkembangan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Komponen Masukan (Input) 1. Tenaga rekam medis jumlahnya sudah mencukupi untuk Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Namun, seringkali para pembuat kebijakan di bidang kesehatan mengalami kesulitan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat karena keterbatasan atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat, tepat, dan cepat. Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan pembangunan kesehatan yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan, kepemerintahan dan penerapan akuntabilitas (Kemenkes, 2012). Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan dalam BAB IV Pasal 17 perihal Tanggung Jawab Pemerintah, telah diamanatkan Pemerintahbertanggungjawabatasketersediaanaksesterhadapinformasi, edukasi, danfasilitaspelayanankesehatanuntukmeningkatkandanmemeliharaderajatkesehatan yang setinggi-tingginyadandalam BAB XIV Pasal 168juga telah mengamanatkan perihal Informasi Kesehatan, bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisen diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi di instansi pemerintahdaerah termasuk puskesmas(kemenkes, 2009). Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan (SIK), mensyaratkan agar data kesehatan terbuka untuk diakses oleh unit kerja instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang mengelola SIK sesuai dengan kewenangan masing-masing. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan (Kemenkes, 2015). Penyelenggaraan sistem rekam medis di puskesmas adalah dasar dari sistem informasi kesehatan. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis, bahwa setiap sarana dan palayanan kesehatan yang melakukan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis, karena rekam medis merupakan cerminan mutu pelayanan institusi pelayanan kesehatan yang memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas dan riwayat penyakit pasien secara berkesinambungan. Rekam medis juga memiliki

manfaat sebagai nilai administratif, nilai legal, nilai finansial, nilai riset, nilai pendidikan serta dokumentasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dalam BAB VIII tentang sistem informasi puskesmas, dalam Pasal 43 perihal setiap puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi puskesmas secara elektronik atau non elektronik diantaranya mencakup pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas, danpasal 44 juga telah mengamanatkan perihal sistem informasi puskesmas merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan kabupaten/kota, bahwa puskesmas wajib menyampaikan sumber data dari pelaporan data kesehatan prioritas yang diselengarakan melalui komunikasi data(permenkes, 2014). Sistem informasi menjadi lemah setelah desentralisasi, data dan informasi untuk evidence planning tidak tersedia tepat waktu. Sistem Informasi Kesehatan (Siknas) online yang berbasis fasilitas sudah terintegrasi, tetapi masih banyak faktor yang mempengaruhi seperti ketersedian jaringan, input dari entry point di daerah dan fasilitas kesehatan serta pemanfaatan informasi (Kemenkes, 2010). Kebutuhan terhadap data/informasi yang akurat makin meningkat namun ternyata sistem informasi saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu sendiri, diantaranya adalah belum adanya persepsi yang sama, masih belum dilakukan secara efisien, terjadi Redundant data, dan duplikasi kegiatan, selain itu kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu laporan juga masih rendah, sistem umpan balik tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di tingkat daerah (Kabupaten/Kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara lain karena adanya overlapping kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data, di setiap unit kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan pengelolaan data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Hal tersebut merupakan masalah-masalah yang dihadapi SIK saat ini dan perlu dilakukan upaya untuk perbaikan dan penguatannya.data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan pembangunan kesehatan yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan, kepemerintahan dan penerapan akuntabilitas.

Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.128 tahun 2004tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat bahwa puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan di kabupaten/kota dalam melaksanakan sebagian tugas dinas kesehatan di dalam menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat sesuai ketentuan yang telah di tetapkan, secara teknis puskesmas bertanggung jawab kepada kementerian kesehatan, secara administrasi bertanggung jawab kepada pemerintah daerah serta memiliki tanggungjawab wilayah kerja tertentu. Peran dan fungsi puskesmas adalah menjadi pusat pelayanan kesehatan yang terintegrasi (promotif, preventif, dan kuratif), sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, sebagai pusat penggerak pemberdayaan masyarakat dan sebagai pusat pelayanan dasar/strategis sehingga puskesmas adalah salah satu sumber data/informasi utama untuk menilai keberhasilan upaya bidang kesehatan. Penyelengaraan layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan, hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan eksekutif yang di hasilkan oleh puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat (Wahyudi, 2011). Rekam medis di Puskesmas merupakan salah satu sumber data penting yang nantinya akan diolah menjadi informasi.pengisian rekam medis di puskesmas dimulai di unit pendaftaran, identitas pasien dicatat di status rekam medis dan selanjutnya pasien beserta status rekam medisnya di bawa keruang pemeriksaan. Oleh tenaga kesehatan, pasien, tersebut dianamnesia dan diperiksa serta kalau dibutuhkan di lakukan pemeriksaan penunjang. Akhirnya dilakukan penegakkan diagnosa dan sesuai kebutuhan, pasien tersebut diberi obat atau tindakan medis lainya. Ke semua palayanan kesehatan ini di catat dalam kartu atau status rekam medis. setiap tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan dan atau tindakan medis harus menuliskan nama dan membubuhi tandatangannya di status rekam medis tersebut. Semua kegiatan ini merupakan kegiatan bagian pertama rekam medis. setelah melalui ini semua, pasien dapat pulang atau dirujuk. Namun demikian kegiatan pengelolaan rekam medis tidak berhenti. Status rekam medis dikumpulkan, biasanya kembali ke ruang pendaftaran untuk dilakukan kodeing penyakit dan juga pendataan di buku-buku register harian yang telah disediakan. Setelah diolah,

status rekam medis dikembalikan ke tempatnnya di ruang pendaftaran agar lain kali pasien yang sama datang, maka status rekam medisnya dapat dipergunakan kembali. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan bagian kedua rekam medis yaitu manajemen berupa rekapitulasi harian, bulanan, triwulanan, semester dan tahunan dari informasi yang ada di kartu atau status rekam medis pasien yaitu Laporan Bulanan yang harus dilakukan oleh Puskesmas (LB1: Data Kesakitan, berasal dari kartu atau status rekam medis pasien ; LB2: Data Obat-obatan ; LB3: Gizi, KIA, Immusasi, P2M dan LB4: Kegiatan Puskesmas, Laporan Bulanan Sentinel (SST) dan Laporan Tahunan (LSD1: Data Dasar Puskesmas, LSD2: Data Kepegawaian, LSD3 :Data Peralatan). Seluruh laporan tersebut merupakan fakta yang digunakan untuk proses perencanaan Puskesmas demi menunjang peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu dalam bentuk sistem informasi kesehatan (Gondodiputro, 2007). Pada saat ini Puskesmas dalam menyediakan data dan informasi belum optimal karena pada report yang dihasilkan masih ditemui input data secara manual. Untuk kualitas SDM belum didukung oleh tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan komputer.pengelolaaan data pada bagian lainnya di Puskesmasmasih secara manual atau paper based melalui proses pencatatan pada buku, kartu, formulirformulir khusus, mulai dari proses input data, proses sampai dengan pembuatan laporan. Selain itu masih ditemui duplikasi data dalam pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan observasi awal pada 8 Puskesmasdari 7 kecamatan di Kabupaten Solok Selatan waktu tunggu registrasi rekam medis pasien antara 20 sampai 25 menit, jika dibandingkan dengan Permenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit, bahwa waktu penyediaan dokumentasi rekam medik pelayanan rawat jalan 10 menit dan rawat inap 15 menit, dan disebut cepat jika waktu tunggu kurang dari atau sama dengan 10 menit dan disebut lama jika waktu tunggu lebih dari 10 menit. Lama waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana puskesmas mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien, hal ini di sebabkan karena pengolahan data rekam medik masih dilakukan secara manual. Output data dan informasi rekam medik pasien masih berupa arsip-arsip yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga menimbulkan permasalahan antrian yang lama bagi pasien/keluarga pasien pada saat registrasi rekam medis, sehingga pencarian status rekam medis membutuhkan waktu yang relatif lama. Akibatnya waktu pelayanan kepada pasien/keluarga pasien menjadi lambat karena dilakukan secara manual. Pengelolaan secara manual selain tidak

efisien juga menghambat dalam proses pelaporan sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menyediakan data maupun informasi. Sebagaimana diketahui bahwa ketersediaan data dan informasi sangat penting dalam setiap pengambilan keputusan. hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti sarana dan prasarana yang belum memadai, infrastruktur, sumber daya manusia dan ketersediaan dana untuk pengelolaan Sistem Informasi. Sebuah survei yang dilakukan di Provinsi DI Yogyakarta oleh SIMKES UGM awal tahun 2011 terhadap tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota, perwakilan puskesmas dan juga staf SIK rumah sakit umum daerah kabupaten/kota, menunjukkan perlunya penguatan kompetensi tenaga SIK melalui program komprehensif. Secara statistik, mayoritas 90% penanggung jawab SIK memiliki latar belakang kesehatan, seperti kesehatan masyarakat, perawat, bidan dan rekam medis. hanya 10% dari total 20 tenaga pengelola SIK di berbagi institusi tersebut yang memiliki latar belakang teknis (ilmu komputer). Dalam survei ini juga menunjukkan aktifitas SIK di masingmasing unit/program terdiri dari kegiatan yang bersifat teknis, pengelolaan data dan informasi serta manajemen program dan pengelolaan proyek terkait SIK (Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, 2011). Data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan tahun 2014 pada puskesmas tenaga rekam medis dan informasi yaitu 12 orang, staf penunjang administrasi 12 orang dan penanggung jawab administrasi puskesmas 8 orang. Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan juga menjadi faktor yang mengakibatkan lemahnya sistem informasi kesehatan terutama dalam hal manajemen data. Jumlah sumber daya manusia yang tersedia di lapangan masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah inisiatif penguatan sistem informasi kesehatan secara manual ataupun terkomputerisasi. Penempatan SDM tidak sesuai dengan jenis pendidikannya(kemenkes, 2012). Melihat situasi tersebut, sudah sangat tepat jika puskesmas menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual. Alat bantu yang dapat mendukung adalah dengan menggunakan program komputer (Yung, 2004). Dengan komputerisasi, permasalahan antri pada saat pendaftaran dapat diatasi.

Pencarian status rekam medik dapat dilacak dengan cepat, waktu tunggu menjadi singkat dan pasien dapat mengikuti pelayanan lanjutan sesuai dengan kebutuhan(wahyudi, 2011). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengolahan data rekam medis puskesmas di Kabupaten Solok Selatan tahun 2015 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengolahan data rekam medis puskesmas di Kabupaten Solok Selatan tahun 2015 1.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, motivasi pengelola rekam medis, advokasi, fasilitas sarana dan prasaranadan tenaga pengelola terlatih tentang kualitas pengolahan data rekam medis pada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan b. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan petugas pengelola rekam medis dengan kualitas pengolahan data rekam medispada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan. c. Diketahuinya hubungan pengetahuan petugas pengelola rekam medis dengan kualitas pengolahan data rekam medispada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan. d. Diketahuinyahubungan sikap petugas pengelola rekam medis dengankualitas pengolahan data rekam medis pada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan. e. Diketahuinya hubungan motivasi petugas pengelola rekam medis dengan kualitas pengolahan data rekam medis pada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan.

f. Diketahuinya hubungan advokasi pembuat kebijakan atau penentu kebijakan dengan kualitas pengolahan data rekam medis pada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan. g. Diketahuinya hubungan fasilitas sarana dan prasarana dengan kualitas pengolahan data rekam medis pada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan. h. Diketahuinya hubungan ketersedian tenaga pengelola terlatih dengan kualitas pengolahan data rekam medis pada puskesmas di Kabupaten Solok Selatan. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Puskesmas Kabupaten Solok Selatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen di puskesmas dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pengolahan data rekam medis yang baik, cepat dan tepat. 1.4.2. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dapat memberikan informasi masukkan untuk penelitian lebih lanjut tentang rekam medis. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini dilaksanakanpada puskesmas dikabupaten Solok Selatan, dengan mengunakan penelitian kuantitatif yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengolahan data rekam medis puskesmas pada bagian pendaftaran pasien,dengan melakukan wawancara dengan mengunakan kuesioner, dan tabel ceklist untuk observasi.sampel penelitian adalah tenaga rekam medis dan informasi kesehatan dibagian pendaftaran pasien, beserta staf penunjang administrasi dan penangung jawab administrasi di seluruh puskesmas Kabupaten Solok Selatan.Tekniksampling penelitian adalah total sampling.