Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

Kajian yuridis terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak geng nero (studi kasus di Pengadilan Negeri Pati)

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

Pembuktian penuntut umum dalam perkara tindak pidana korupsi oleh kejaksaan Sukoharjo. Oleh : Surya Abimanyu NIM: E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat banyak yang memperbincangkan tentang pornografi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN HAK CIPTA LUKISAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ayat (3) Undang Undang Dasar Sebagai konsekuensi logis peraturan

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai adanya suatu samenloop van strafbare feiten, apabila di dalam. salah satu dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

III. METODE PENELITIAN. penelitian atau yang lebih dikenal dengan istilah metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

Transkripsi:

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Oleh: Putrie Tiaraningtyas NIM: E 0001199 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan adanya perkembangan jaman dan kemajuan teknologi langsung ataupun tidak langsung dapat membawa dampak terhadap berbagai bidang kehidupan di dalam masyarakat. Baik itu dampak yang bersifat negatif ataupun yang bersifat positif. Dampak negatif dari adanya kemajuan teknologi tersebut terlihat pada semakin meningkatnya pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini semakin meningkatnya tindak pidana yang timbul di dalam masyarakat. Perkembangan-perkembangan tersebut diikuti pula dengan pengaruh budaya asing yang masuk ke dalam negeri serta membawa pengaruh positif dan negatif. Banyaknya video-video porno yang beredar dipasaran dan bentukbentuk lain hasil negatif dari kecanggihan tehnologi dan ilmu pengetahuan. Begitupun gaya hidup konsumeristik yang dapat dikatakan mulai diikuti kaum generasi muda saat ini sudah marak dan semua itu dapat memicu timbulnya kejahatan dengan modus kekerasan yang merupakan bentuk pengingkaran terhadap norma-norma dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam wilayah sosial keseharian, masalah kekerasan dikaitkan deengan kasus-kasus kriminalitas yang cenderung semakin keras atau brutal. Pencurian, perampasan dan perkosaan yang disertai kekerasan disamping pembunuhan berbagai bentuk yang sadis menambah daftar agenda perbincangan soal kekerasan (Haedar Nashir, 1997: 64).

Perkosan harus ditanggulangi, salah satu sarananya dengan hukum pidana. Tumpuan pada hukum akan menghadapi problematika ketidakmampuan hukum dalam bekerjanya untuk menangani tindak pidana perkosaan. Rumusan mengenai tindak pidana perkosaan dalam Pasal 285 KUHP dinilai diskriminatif dan ikut berperan serta dalam membakukan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Berbicara mengenai adil atau tidaknya penanganan terhadap perkara perkosaan maka tidak terlepas dari peranan para hakim di dalam memberikan pidana selain memperhatikan hukum tertulis juga memperhatikan hukum yang tidak tertulis yang merupakan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sebagai rasa keadilan. Proses penegakan hukum di Indonesia dalam menangani kasus-kasus kriminalitas seperti halnya kasus perkosaan sering dipandang masih bersifat diskriminatif, inkonsisten, tidak memberi parameter yang obyektif dan lebih mengedepankan kepentingan kelompok tertentu. Titik berat pandangan masyarakat lebih banyak menyangkut apa yang dinamakan dengan disparitas pidana atau perbedaan dalam pidana yang dijatuhkan dalam berbagai kejahatan. Secara yuridis disparitas dianggap sah penyebabnya tidak lain karena undang-undang hanya mengatur pidana maksimum, independensi hakim dan karakteristik masing-masing kasus tidak sama. Akan tetapi secara sosiologis, disparitas pidana dipersepsikan sebagai ketiadaan keadilan. Hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan sistem hukum sehingga dalam penyelenggaraannya penjatuhan pidana menempati suatu posisi sentral. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan didalam pemidanaan akan mempunyai konsekuensi yang luas, baik yang menyangkut langsung pelaku tindak pidana maupun masyarakat secara luas. Sebagai akibatnya kalau penjatuhan pidana tersebut dianggap tidak tepat maka akan menimbulkan reaksi yang kontroversial, sebab kebenaran dalam hal ini sifatnya relatif tergantung darimana kita memandangnya dan ini berpengaruh dalam hal pemberian pidana berhubung bermacam-macamnya pidana dan

tindakan dalam KUHP mengingat hakim mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam menentukan beratnya pidana. Pasal 28 Undang-undang No.4 Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman menyatakan, Hakim dan kewajibannya sebagai berikut: 1. Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. 2. Dalam mempertimbangkan berat dan ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat-sifat yang baik dan yang jahat dari tertuduh. Pada kenyataannya dimasyarakat masih terdapat putusan yang dianggap kurang adil. Disparitas pidana akan berakibat fatal, bila dikaitkan dengan posisi terpidana yang setelah memperbandingkan pidana kemudian merasa menjadi korban the judicial caprice, akan menjadi terpidana yang tidak menghargai hukum, padahal penghargaan terhadap hukum tersebut merupakan salah satu target dalam tujuan pemidanaan. Adanya disparitas pidana juga merupakan suatu indikator dan manifestasi daripada kegagalan suatu sistem untuk mencapai persamaan keadilan di dalam negara hukum dan sekaligus akan melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem penyelenggaraan hukum pidana. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih seksama dan mendalam dengan mengambil judul : TINJAUAN TENTANG DISPARITAS PUTUSAN HAKIM PADA TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) B. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk memecahkan masalah pokok yang timbul secara jelas dan sistematis. Perumusan masalah dimaksudkan untuk lebih menegaskan masalah yang akan diteliti, sehingga dapat ditentukan suatu pemecahan masalah yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka dapat dikemukakan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang melatarbelakangi timbulnya disparitas putusan hakim dalam tindak pidana perkosaan? 2. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya disparitas putusan hakim dalam menangani tindak pidana perkosaan? C. TUJUAN PENELITIAN Dalam setiap kegiatan pada dasarnya pasti memiliki suatu tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah hal-hal yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian. Melalui penelitian ini yang berhubungan dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Obyektif a. Mengetahui latar belakang timbulnya disparitas putusan hakim dalam tindak pidana perkosaan. b. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya disparitas putusan hakim dalam tindak pidana perkosaan. 2. Tujuan Subyektif a. Sebagai bahan utama dalam penyusunan penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan wajib setiap mahasiswa dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Mengembangkan dan memperluas wacana pemikiran dan pengetahuan penulis, khususnya dalam bidang hukum pidana dengan harapan dapat bermanfaat di kemudian hari. D. MANFAAT PENELITIAN Tiap penelitian harus dipahami dan diyakini manfaatnya bagi pemecahan masalah yang diselidikinya. Untuk itu perlu dirumuskan secara jelas tujuan penelitian yang bertitik tolak dari permasalahan yang diungkap. Suatu penelitian setidak-tidaknya harus mampu memberikan manfaat praktis pada kehidupan masyarakat tertentu. Manfaat penelitian dapat di tinjau dari dua

segi yang saling berkaitan yaitu segi teoretis dan praktis. Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dibidang hukum pada umumnya dan khususnya terhadap hukum pelaksanaan pidana. b. Hasil pemikiran ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan referensi dan data sekunder bagi penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum pidana khususnya pemidanaan pada tindak pidana perkosaan. b. Sebagai perbandingan bidang keilmuan yang selama ini didapatkan dari teori dengan kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. c. Untuk mencocokkan bidang keilmuan yang selama ini diperoleh dalam teori di bangku kuliah dengan kenyataan dalam praktek. E. METODOLOGI PENELITIAN Suatu penelitian ilmiah merupakan usaha dalam rangka memperoleh informasi melalui pengamatan-pengamatan secara empiris yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara sistematis dan menetapkan dalil yang berkaitan secara logis untuk menetapkan sebab dan akibat dari suatu permasalahan, kualitas suatu penelitian ditentuakan oleh ketepatan dalam pemilihan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitan Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif Yaitu :

Dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya, maksudnya terutama adalah mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama atau didalam kerangka menyusun teoriteori baru (Soeryono Soekanto, 1986 : 10). Sedangkan dalam penelitian hukum ini jenis termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif yang mana akan memberikan data seteliti mungkin tentang syarat dan prosedur terjadinya disparitas putusan hakim. 2. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul dan permasalahan dalam penelitian ini, lokasi penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Surakarta. 3. Jenis dan Sumber Data Jenis data penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu : a. Jenis Data 1) Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara langsung kepada responden. Dalam hal ini data primer didapat dari para hakim di Pengadilan Negeri Surakarta yang pernah menangani perkara perkosaan. 2) Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literaturliteratur, putusan-putusan hakim dalam menangani perkara perkosaan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul dan pokok permasalahan. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini juga ada dua macam sumber data yaitu sebagai berikut : 1) Sumber Data Primer Sumber data primer diperoleh penulis dari keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari para hakim

di Pengadilan Negeri Surakarta, khususnya yang pernah mengadili tindak pidana perkosaan. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai kepustakaan, literatur, putusan hakim dan berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 4. Tehnik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data yang relevan dan sesuai sasarannya, maka penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara komunikasi secara langsung dan lisan antara peneliti dengan pihak-pihak yang berkompeten atau responden guna mendapatkan informasi atau keterangan-keterangan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan para hakim di Pengadilan Negeri Surakarta yang pernah mengadili perkara perkosaan. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen, buku-buku literatur, putusan hakim serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah penelitian dan data lain yang berkaitan dengan masalah atau hal yang diteliti. 5. Tehnik Sampling Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta. Dikarenakan tidak semua hakim dijadikan

sample maka diambil hakim yang pernah memeriksa kasus tindak pidana perkosaan. Tehnik pengambilan sample dengan menggunakan tehnik purposive sampling. 6. Tehnik Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis data kualitatif dan tehnik analisis data isi atau content analysis. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini dalam tehnik analisis data kualitatif adalah pada saat pengumpulan data, penulis membuat reduksi data dan sajian data yang berupa field note yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang dikumpulkan. Dari situ penulis menyusun pengertian singkatnya dengan memahami inti peristiwanya, yang disebut reduksi data selanjutnya adalah penyusunan sajian data. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dengan verifikasi berdasarkan pada hal yang terdapat dalam reduksi dan sajian data. Pengumpulan data Reduksi data Sajian data Penarikan kesimpulan verifikasi Selanjutnya untuk content analysis atau analisis isi penulis menganalisis dua putusan hakim. Penulis membedakan beberapa putusan yang dijatuhkan hakim kemudian memberikan uraian-uraian pendapat penulis apakah dua putusan tersebut mengakibatkan disparitas pidana.

F. SISTEMATIKA SKRIPSI Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis dalam pembahasannya membagi dalam sub-sub yang disesuaikan dengan luasnya permasalahan. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penalitian serta sistematika penulisan skripsi. Bab II merupakan Bab Tinjauan Pustaka. Bab ini akan dibagi dalam dua sub bab yaitu : Sub bagian pertama merupakan Kerangka Teori. Sub bab ini akan dibagi dalam tiga topik, yaitu : Pertama tinjauan tentang tindak pidana, pada bab ini akan mengulas perihal pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana, tempat dan waktu terjadinya tindak pidana. Kedua tinjauan tentang tindak pidana perkosaan, yang mengulas perihal pengertian tindak pidana perkosaan; perkosaan dalam rumusan KUHP dan unsur-unsurnya; macam-macam,karakteristik dan modus operandi perkosaan. Ketiga tentang pidana, pemidanaan dan pengertian disparitas pidana yang meliputi pengertian pidana; teori-teori pemidanaan; aliran-aliran dalam hukum pidana; jenis-jenis pidana dalam KUHP; pengertian disparitas pidana dan faktor-faktor penyebab disparitas pidana. Sedangkan pada sub bagian yang kedua akan memaparkan tentang Kerangka Pemikiran yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian. Bab III merupakan Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini akan menyajikan hasil-hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasannya terhadap hasil penelitian tersebut. Pada sub bab penyajian hasil penelitian akan memaparkan perihal disparitas pidana dan hasil wawancara hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang menangani kasus perkosaan. Sub bagian kedua tentang pembahasan yang mengulas mengenai latar belakang timbulnya disparitas pidana dalam tindak pidana perkosaan dan upaya-upaya untuk

mengatasi timbulnya disparitas putusan hakim dalam menangani tindak pidana perkosaan. Bab IV sebagai Bab Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran sebagai masukan bagi pembangunan hukum pidana nasional dan disiplin ilmu hukum terutama hukum pidana.