Sistematika dan Teknik Identifikasi Karang



dokumen-dokumen yang mirip
A. Pendahuluan. Muhammad Syahrir S.Pi. Pengenalan Genus-Genus Karang. View more PowerPoint from Yayasan TERANGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. dan Karang Mayit tergolong buruk.

JURNAL KONDISI TERUMBU KARANG DI PANTAI TURELOTO KABUPATEN NIAS UTARA PROVINSI SUMATRA UTARA OLEH ROMEO

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM TENTANG

Kondisi Eksisting Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Dok II Kota Jayapura Provinsi Papua

Parameter Fisik Kimia Perairan

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Karang

KARYA ILMIAH. JENIS KARANG YANG DI JUMPAI DI PANTAI KUTA BALI Menggunakan Piranti Lunak Coral ID Australian Institute of Marine Science

2. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan karang yang dapat membentuk terumbu sedangkan kelompok

STUDI POTENSI BUDIDAYA KARANG HIAS EKONOMIS PENTING MENDUKUNG PERDAGANGAN KARANG YANG BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Lampiran 1. Panduan Kuisioner untuk Internal dan Eksternal Kelembagaan

KEANEKARAGAMAN KARANG DI ZONA LITORAL PERAIRAN IBOIH KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG

Juli 2012 Divisi Indo-Pasifik Indonesia Laporan No. 7/12

PERFORMA REKRUT KARANG HERMATIFIK PADA METODE FISH HOME DI TELUK PALU

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

APLIKASI PENGIDENTIFIKASI JENIS KARANG DI PERAIRAN PULAU PANJANG KABUPATEN JEPARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DAN STRUKTUR RANGKA KAPUR KARANG

Tutupan Terumbu Karang dan Kelimpahan Ikan Terumbu di Pulau Nyamuk, Karimunjawa

4. HASIL PENELITIAN Kondisi Fisika Kimia Perairan Teluk Lampung

KAJIAN POTENSI SUMBERDAYA KARANG HIAS DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1), Januari 2017 ISSN:

Sebaran spasial karang keras (Scleractinia) di Pulau Panjang, Jawa Tengah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jenis-Jenis Terumbu Karang yang Ditemukan Di Pantai Kondang Merak

KUOTA EKSPOR TUMBUHAN ALAM DAN SATWA LIAR YANG TERMASUK APPENDIX CITES UNTUK PERIODE TAHUN Nama Jenis Kuota ekspor Keterangan

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

HASIL PENELITIAN. 0" 50' 5" Lintang Utara dan 126" 30' 10" Bujur Timur sampai 0" 51 ' 3" Lintang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

KONDISI DAN DISTRIBUSI KARANG BATU (Scleractinia corals) DI PERAIRAN BANGKA

IDENTIFIKASI CITRA KARANG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN: KASUS FAMILY POCILLOPORIDAE RONI SALAMBUE

54 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1): ISSN: KONDISI DAN KEANEKARAGAMAN JENIS KARANG BATU DI PULAU NUSALAUT, MALUKU TENGAH

Kondisi Terumbu Karang dan Struktur Komunitas Karang Pantai Kelapa Tujuh Kota Cilegon Provinsi Banten

PENILAIAN EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN BONTANG KOTA BONTANG (Economic Valuation of Coral Reef Ecosystem in Bontang Sea Bontang City)

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG KERAS Acanthastrea echinata (DANA 1846) DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU HIKMAH CUT RAMADHANA SKRIPSI

REKRUTMEN KARANG PADA SUBSTRAT BETON DI PERAIRAN BATUI, LUWUK, SULAWESI TENGAH MOHAMAD ICHSAN RAYYAN

Struktur Komunitas Karang Keras (Scleractinia) di Perairan Pulau Marabatuan dan Pulau Matasirih, Kalimantan Selatan

Kondisi dan Keragaman Karang Hias di Perairan Pulau Sarang dan Sekitarnya, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercemar adalah plankton. Plankton adalah organisme. mikroskopik yang hidup mengapung atau melayang di dalam air dan

PEMANTAUAN KONDISI HIDROLOGI DI PERAIRAN RAHA P. MUNA SULAWESI TENGGARA DALAM KAITANNYA DENGAN KONDISI TERUMBU KARANG

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Panjang Jepara

GROWTH & REPRODUCTION

TELAAH STRUKTUR KOMUNITAS TERUMBU KARANG SEBAGAI STUDI AWAL PROGRAM REHABILITASI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO

PROPAGASI KARANG HIAS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI MORFOLOGI KARANG BERCABANG (BRANCHING) BERDASARKAN ZONA TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU BADI KABUPATEN PANGKEP SKRIPSI.

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) ALOR

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

PEMODELAN DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU SAPUDI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT DI PANTAI PASIR PUTIH SITUBONDO

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Bentuk Pertumbuhan Karang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Hewan Karang

Jl Soekarno-Hatta km6, Palu 94118, Sulawesi Tengah

Kondisi dan Keanekagaragaman Karang Batu di Perairan Sabang. Condition and Diversity of Stony Corals in Sabang Waters. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Karang Target

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

Komposisi dan Struktur Komunitas Karang (Scleractinia) di Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pantai Nirwana Padang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara makan dan sistem reproduksi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Jumlah penduduk di Kecamatan Derawan dan Maratua (Sumber: Hasil survei Program Bersama Kelautan, 2005)

KONDISI SUBSTRAT DASAR DAN IKAN KARANG DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PULAU SEBESI, LAMPUNG

THE CORAL REEF CONDITION IN CEROCOK BEACH WATERS OF PAINAN, WEST SUMATERA PROVINCE By : Khairil ihsan 1), Elizal 2), Thamrin 2)

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2) : 39-51, 2017

MORFOLOGI NEMATOSIT DARI DUA SPESIES KARANG SCLERACTINIA (Seriatopora hystrix dan Seriatopora caliendrum)

DAMPAK PENGANGKATAN ARTEFAK BAWAH LAUT TERHADAP KERUSAKAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN INDIKATOR TUTUPAN SUBSTRAT DAN PARAMETER LINGKUNGAN

PEMETAAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU TABUHAN KAB. BANYUWANGI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD. Reina Damayanti

kapur dari pembentukan terumbu karang (Barnes & Hughes 1999; Lalli & Parsons 1995; Sumich 1996). Karang dapat berproduksi secara seksual dan

4. HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang Karang pembentuk terumbu karang

SEBARAN KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU PANTAI PULAU PARI, PULAU.PULAUSERIBU, TELUK JAKARTA1) oleh ABSTRAK

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Terumbu Karang

BAB II RONA WILAYAH PESISIR

macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN

STUDI BASELINE TERUMBU KARANG DI LOKASI DPL KABUPATEN BUTON

MONITORING EKOSISTEM PESISIR KAWASAN TELUK BUNGUS - PADANG, SUMATERA BARAT. Coastal Ecosystem Monitoring In Bungus Bay Area - Padang, West Sumatra

SEBARAN SPASIAL KARANG KERAS (SCLERACTINIA) DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA S K R I P S I. Oleh : OKTIYAS MUZAKY LUTHFI

LAJU SEDIMENTASI PADA KARANG MASSIVE DAN KARANG BERCABANG DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA

KEANEKARAGAMAN DAN TUTUPAN TERUMBU KARANG DI PULAU GILIGENTING KABUPATEN SUMENEP - MADURA SKRIPSI. Oleh : FATHOR RAHMAN NIM.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang

NEMATOSIT DAN TIGA MACAM WARNA KARANG Galaxea fascicularis (Linnaeus) DITEMUKAN DI TERUMBU KARANG PANTAI MALALAYANG KOTA MANADO

LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN KARANG JENIS Montipora sp. HASIL TRANSPLANTASI DI GUGUSAN PULAU KARYA, KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tegal dan Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI BASELINE EKOLOGI

ANALISIS KECEPATAN PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KEBERHASILAN TRANSPLANTASI KARANG

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

TINJAUAN PUSTAKA. kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat dihasilkan oleh hewan karang bekerjasama

IDENTIFIKASI MORFOLOGI KARANG MASSIVE PORITES DI PERAIRAN LAUT SELATAN JAWA

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1), Januari 2017 ISSN:

LAJU PERTUMBUHAN KARANG Porites Sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP

Fenomena Bleaching Karang Tahun 2009 di Pulau Badi Selat Makassar (Coral Bleaching Event on 2009 in Badi Island Makassar Strait)

Kondisi terumbu buatan berbahan beton pada beberapa perairan di Indonesia 1. Munasik

Transkripsi:

Sistematika dan Teknik Identifikasi Karang (Oleh: Ofri Johan M.Si.) * Keahlian identifikasi karang hingga ke tingkat spesies masih tergolong langka di Indonesia. Berbeda dengan identifikasi pada ikan karang yang umumnya langsung ke tahap spesies, identifikasi karang dimulai secara bertahap, yakni dari pengenalan bentuk-bentuk pertumbuhan karang (coral life form) dan tipe-tipe koralit terlebih dahulu, kemudian memasuki tingkat marga, dan terakhir ke tingkat spesies. Identifikasi karang hingga ke tingkat spesies sangat sulit dilakukan, karena melibatkan analisa ciri taksonomi yang rumit dan seringkali ciri tersebut tidak kasat mata, bahkan pada beberapa kasus harus menggunakan teknik analisa DNA. Selain itu jumlah spesies karang di Indonesia tergolong sangat banyak. Perairan Indonesia terkenal memiliki keanekaragaman jenis karang tertinggi di dunia, disamping Filipina dan Australia. Hasil survei pada suatu kawasan di Raja Ampat, Papua, menemukan sekitar 480 spesies karang, sedangkan spesies karang yang ditemukan di dunia hingga saat ini ada sekitar 800. Dengan kata lain, lebih dari separuh spesies karang di dunia, dapat ditemukan di perairan Indonesia. 1. Teknik Identifikasi Karang Teknik identifikasi karang dapat dilakukan dengan empat cara: 1. Teknik visual, yakni pengamatan langsung di alam. Teknik visual ini memperhatikan warna karang hidup, bentuk koloni dan bentuk tentakel yang ada (untuk spesies karang tertentu dimana tentakelnya keluar di siang hari). Cara visual ini lebih mudah untuk spesies karang tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies karang. Identifikasi karang ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka kapurnya. Pengamatan secara langsung ini bisa gunakan bagi peneliti yang telah berpengalaman. 2. Teknik menelaah rangka kapur karang. Teknik ini memperhatikan bentuk rangka kapur karang, pada karang yang telah mati. Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni (apakah tergolong masif, bercabang, lembaran, dll.), bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) dan bagian-bagian koralit lainnya seperti septa, pali, columella dan coenostium. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar. 3. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni * Disampaikan pada acara Training Course: Karakteristik Biologi Karang, tanggal 7-12 Juli 2003, yang diselenggarakan oleh PSK-UI dan Yayasan TERANGI, serta didukung oleh IOI- Indonesia. 1

karang. Bagi peneliti muda dan penelitian kondisi terumbu karang, metode ini sudah sering digunakan. Kemudian kemampuan identifikasi karang akan terus meningkat sesuai dengan pengalaman seiring dengan berjalannya waktu dan seringnya melakukan survei karang. 4. Teknik analisa DNA. Teknik ini berskala laboratorium dan masih jarang dilakukan oleh peneliti. Teknik ini diperlukan untuk kasus-kasus tertentu, dimana kita mengalami kesulitan menentukan spesies dari suatu karang, jika hanya berdasarkan bentuk pertumbuhan koloni dan telaah rangka kapur. Bentuk pertumbuhan koloni karang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pola adaptasi karang terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu dapat saja terjadi bahwa satu jenis karang yang sama, memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda. Untuk membuktikan bahwa mereka masih tergolong satu spesies, diperlukan analisa pada DNA. 2. Sistematika Karang OUTLINE OF CLASSIFICATION Phylum Cnidaria (Coelenterata) Kelas Ordo Sub-Ordo Familia Genus Anthozoa Coenthecalia Helioporidae Heliopora Gorgonacea Corallidae Corallium Melithaeidae Melithaea Stolinifera Tubiporidae Tubipora Scleractinia Archaecoenina Astrocoeniidae Stylocoeniella Acroporidae Acropora Montipora Anacropora Astreopora Pocilloporidae Pocillopora Seriatopora Stylophora Palauastrea Madracis Fungiina Siderastreidae Psammocora Coscinaraea Pseudosiderastrea Siderastrea Anomastrea Horastrea Agariciidae Pavona Leptoseris Gardineroseris Coeloseris Pachyseris Agaricia 2

Fungiidae Cycloseris Diaseris Heliofungia Fungia Herpolitha Polyphyllia Halomitra Sandalolitha Lithophyllon Zoopilus Podabacia Micrabaciidae Letepsammia Fungiacyathidae Fungiacyathus Faviina Rhyzangidae Culicia Astrangia Pectiniidae Echinophyllia Oxypora Mycedium Pectinia Physophyllia Mussidae Blastomussa Cynarina Scolymia Australomussa Acanthastrea Lobophyllia Symphyllia Merulinidae Hydnophora Merulina Paraclaverina Scapophyllia Boninastrea Faviidae Caulastrea Favia Barabattoia Favites Goniastrea Faviidae Platygyra Australogyra Leptoria Oulophyllia Oulastrea Montastrea Plesiastrea Diploastrea Leptastrea Astreosmilia Arythrastrea Cyphastrea Echinopora Moseleya Trachyphylliidae Trachyphyllia 3

Wellsophyllia Caryophyllina Caryophylliidae Euphyllia Catalophyllia Plerogyra Physogyra Montigyra Nemenzophyllia Gyrosmilia Heterocyathus & Ahermatypic 20 Parasmillidae Turbinolidae Guyniidae Stenocyathus Flabellidae Flabellum Placotrochus Monomyces Gardineria Meandrina Oculinidae Galaxea Archelia Madrepora Cyathelia Meandrinidae Ctenella Dendrophyllina Dendrophylliidae Dendrophyllia Tubastrea Turbinaria Balanophyllia Duncanopsammia & Ahermatypic 7 Poritina Poritidae Porites Stylaraea Goniopora Alveopora Hydrozoa Milleporina Milleporidae Millepora Stylasterina Stylasteridae Stylaster Distichopora DAFTAR ACUAN Veron. J.E.N. 1986. Coral of Australia and The Indopasific. Angus & Robertos. Australia. 4

3. Beberapa Genus Karang yang Umum di Indonesia Berdasarkan survei karang yang pernah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia oleh beberapa ahli karang, ternyata genus karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia antara lain meliputi : 1. Genus Acropora (Familia Acroporidae) Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Karakteristik bentuk rangka kapur genus Acropora antara lain ialah: Koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif. Koralit dua tipe, axial dan radial. Septa umumnya mempunyai dua lingkaran. Columella tidak ada. Dinding koralit dan coenosteum rapuh. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. 2. Genus Montipora (Familia Acroporidae) Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah. Sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran. Karakteristik bentuk rangka kapur genus Montipora ini antara lain ialah: Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel ataupun bercabang. Ukuran koralit umumnya kecil. Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung (gigi) muncul keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam. 5

Tidak memiliki columella. Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki beberapa tipe: Papillae bila coenosteum lebih kecil dibandingkan dengan ukuran koralit, dan tuberculae jika sebaliknya. Apabila berkelompok mengelilingi koralit disebut thecal papillae dan juga ada thecal tuberculae. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. o Karang yang struktur rangka kapurnya mirip dengan genus Montipora adalah genus Porites, dan kadangkala sulit untuk membedakannya. Namun pada pengamatan bawah air, struktur internal pada koralit karang genus Porites lebih jelas terlihat dibandingkan dengan karang genus Montipora, dan sebagian besar Montipora memiliki coenosteum yang lebar, sementara Porites tidak memiliki coenosteum. 3. Genus Pocillopora (Familia Pocilloporidae) Karakteristik bentuk rangka kapur genus Pocillopora antara lain ialah: Koloni umumnya berbentuk submasif, bercabang, ataupun bercabang dengan bentuk pipih. Koloni ditutupi oleh verrucae. Koralit cekung ke dalam pada verrucae. Koralit mungkin tidak memiliki struktur dalam atau memiliki columella yang kurang berkembang. Memiliki dua lingkaran septa yang tidak sama. Coenosteum biasanya ditutupi oleh granules (butiran). Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari Genus Pocillopora merupakan satu-satunya genus pada karang yang memiliki verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakannya dengan genus-genus karang yang lain. 4. Genus Seriatopora (Familia Pocilloporidae) Karakteristik genus Seriatopora antara lain ialah: Ciri khas koloninya berbentuk compact bushes dengan cabang yang halus. Koralit tersusun rapi (neat rows) sepanjang cabang. 6

Koralit sebagian besar tenggelam (immerse) dan struktur internal tidak begitu berkembang kecuali columella. Septa umumnya berjumlah satu, namun kadangkala terdiri atas dua lingkaran, dan telah berkembang dan menyatu hingga ke columella. Coenosteum ditutupi oleh spinules (duri-duri) yang halus. Struktur rangka kapur genus Seriatopora hampir mirip dengan genus Stylophora, tetapi dapat dibedakan, dimana percabangan genus Seriatopora lebih halus (kecil) dibandingkan dengan genus Stylophora. 5. Genus Favia (Familia Faviidae) Karakteristik bentuk rangka kapur genus Favia antara lain ialah: Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. Koralit sebagian besar monocentric (satu columella dalam satu corallite) dan plocoid. Memperbanyak koralit melalui pembelahan intratentacular. Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari. Struktur rangka kapur genus Favia mirip dengan genus Favites tapi dapat dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang. tergolong ceroid, sedangkan tipe koralit Favia tergolong plocoid. Tipe koralit Favites 6. Genus Favites (Familia Faviidae) Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Favites : Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. Koralit berbentuk monocentric dan ceroid, beberapa berbentuk subplocoid. Pada koloni karang ini, antar dua koralit dibatasi oleh satu dinding koralit. 7. Genus Porites (Familia Poritidae) Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites : Bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau bercabang. 7

Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni masif yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped, dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m. Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni dengan lebar Calice kurang dari 2 mm. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Genus Porites ini mirip dengan genus Montipora dan Stylaraea, namun memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan antara Porites dengan Montipora ialah bahwa Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam, koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal (perpanjangan dinding koralit). Genus Montipora mempunyai dua tipe coenosteum, yaitu reticulum papillae dan tuberculae. Selain itu, Porites memiliki koralit yang umumnya selalu terlihat septanya, sementara Montipora hanya memiliki perpanjangan gigi septa yang menonjol keluar sehingga terasa runcing dan kasar bila tersentuh. 8. Genus Goniopora (Familia Poritidae) Bentuk koloni columnar, masif dan encrusting. Koralit tebal tapi berdinding keropos dan calice memiliki septa yang kokoh dan memiliki columella. Polip genus Goniopora berukuran panjang dan keluar baik pada malam maupun siang hari. Polip genus Goniopora memiliki 24 tentakel. 8