BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR $0 TAHUN 2015 TENTANG TATANAN TRANSPORTASI IOKAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

angkutan umum missal merupakan system angkutan umum yang efektif dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. oleh keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016, No Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian negara ke negara bagian lainnya. Peranan transportasi amat sangat

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

BAB III LANDASAN TEORI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RENCANA UMUM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT TAHUN

VISI SISTEM PERKERETAAPIAN NASIONAL (Kajian Implementasi UU No 23 Tahun 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional disatu sisi telah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai tujuan nasional bangsa Indonesia. Salah satu sektor yang paling penting dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa ini adalah transportasi. Menurut Zulfiar sani,transportasi berasal dari 2 kata yaitu (Trans = Perpindahan dan Port = tempat asal dan tujuan) adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya atau dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia, hewan atau mesin.jadi yang dimaksud dengan transportasi yaitu perpindahan barang atau penumpang darisuatu tempat ke tempat lain dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Sudah tidak diragukan lagi bahwa transportasi merupakan tulang punggung perekonomian suatu bangsa. Buruknya sistem transportasi akan merugikan dari segi ekonomi secara menyeluruh. Negara yang maju ditandai oleh tanah yang subur, kerja keras dan transportasi yang lancar (Schummer, 1974), hal ini dapat digambarkan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia (Zulfiar Sani, 2010:1).

2 Transportasi merupakan hal yang sangat penting untuk mengadakan hubungan antar wilayah, karena akan menunjang pemerataan pembangunan. Juga untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat diseluruh sektor kehidupan dan sebagai sarana untuk menghubungkan kepentingan antar daerah-daerah di Indonesia. Selain itu transportasi akan sangat diperlukan oleh setiap orang karena pada dasarnya setiap orang pasti akan melakukan aktivitasnya masing-masing dimana untuk menunjang segala aktivitasnya itu akan sangat memerlukan moda transportasi. Kegiatan transportasi bukan merupakan suatu tujuan melainkan mekanisme untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai pergerakan yang cepat, aman, nyaman dan sesuai dengan kebutuhan akan kapasitas angkut maka diperlukan suatu fasilitas atau prasarana yang mendukung pergerakan tersebut. Penyediaan fasilitas untuk mendukung dari pergerakan tersebut menyesuaikan dengan jenis moda yang digunakan. Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ketempat lain. Moda yang biasanya digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda yang berjalan didarat, berlayar di perairan laut dan pedalaman serta moda yang terbang di udara. Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dengan tujuhbelas ribuan lebihpulau hanya bisa terhubungkan dengan baik dengan sistem transportasi multi moda, tidak ada satu modapun yang bisa berdiri sendiri, saling mengisi. Masingmasing moda mempunyai keunggulan dibidangnya masing-masing. Pemerintah berfungsi untuk mengembangkan keseluruh moda tersebut dalam rangka

3 menciptakan sistem transportasi yang efisien, efektif dan dapat digunakan secara aman dalam menempuh perjalanan dengan cepat dan lancar. Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi yang saling berhubungan danterangkai dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Masing-masing moda transportasi memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan. Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai, danau, dan penyeberangan, transportasi laut serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis. Moda yang didarat juga masih bisa dikelompokkan atas moda jalan, moda kereta api dan moda pipa. Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus, terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut, baik orang maupun barang secara massal, menghemat energi, menghemat penggunaan ruang, memiliki tingkat pencemaran yang rendah, serta lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintasnya, seperti angkutan perkotaan.dengan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, peran perkeretaapian perlu lebih

4 ditingkatkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi nasional secara terpadu. Kereta Api sebagai alat pengangkutan darat merupakan pendorong dan penggerak pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan rakyat. Usaha perkeretaapian dikuasai oleh pemerintah dan pelaksanaannya diserahkan kepada badan penyelenggara yang dibentuk untuk itu. Badan penyelenggara usaha perkeretaapian adalah PT. (Persero) Kereta Api Indonesia selanjutnya disebut (PT. KAI) yang berada di bawah Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan selanjutnya disebut (Kemenhub). Penyelenggaraan perkeretaapian yang dimulai dari pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga dapat terselenggara angkutan kereta api yang menjamin keselamatan, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, efisien, serta terpadu dengan moda transportasi lain. Dengan demikian, terdapat keserasian dan keseimbangan beban antarmoda transportasi yang mampu meningkatkan penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas angkutan orang dan barang. Penyelenggaraan perkeretaapian telah menunjukkan peningkatan peran yang penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memperlancar kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Dengan adanya perkembangan teknologi perkeretaapian dan perubahan lingkungan strategis yang semakin kompetitif dan tidak terpisahkan dari sistem perekonomian nasional yang menitikberatkan pada asas keadilan, keterbukaan, dan tidak diskriminatif, dipandang perlu melibatkan

5 peran pemerintah daerah dan swasta guna mendorong kemajuan penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Untuk itu dalam hal penyelenggaraan moda transportasi perkeretaapian haruslah diimbangi dengan pengaturan dan pengawasan yang baik serta terpadu mengingat semakin meningkatnya kebutuhan transportasi bagi mobilitas dalam berkehidupan sehari-hari. Dengan adanya penyelenggaraan transportasi yang baik dan sesuai maka berperan sebagai penunjang aktivitas masyarakat. Penyelenggaraan dan pembinaan transportasi yang baik dimaksudkan sebagai suatu sistem pengaturan transportasi secara terpadu sehingga mampu mewujudkan mode transportasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan mobilitas masyarakat yang aman, cepat, lancar, teratur, dan nyaman. Dalam hal pengaturan untuk moda transportasi perkeretaapian terdapat pranata hukum yang mengaturnya yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian selanjutnya disebut (UU No. 13/1992) yang diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian selanjutnya disebut (UU No. 23/2007), Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian selanjutnya disebut (PP No. 56/2009), Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998tentangPrasarana Dan Sarana Kereta Api selanjutnya disebut (PP No. 69/1998) dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain selanjutnya disebut (PM No. 36/2011). Faktor keselamatan dalam penyelenggaraan perlintasan kereta api tidak hanya dengan pengaturan yang baik saja, namun haruslah didukung dengan prasarana

6 yang memadai, untuk itu perlu diciptakan sistem yang dilengkapi oleh alat pengaman. Sistem itu harus dapat menjamin perjalanan rangkaian kereta api, diantaranya di setiap perlintasan kereta api dilengkapi dengan rambu-rambu berupa peringatan, sirine, palang pintu perlintasan, dan petugas penjaga keamanan palang pintu perlintasan. Akan tetapi pada kenyataannya banyak perlintasan antara rel kereta api dan jalan umum sarat dengan permasalahan yakni sering terjadi kecelakaan diperlintasan, yaitu berupa benturan antara kereta api dengan pengguna jalan umum yang akibatnya banyak jatuh korban dan timbul kerugian, baik bagi pihak pengguna jalan umum maupun pihak (PT. KAI). Kecelakaan diberbagai perlintasan pada umumnya disebabkan karena kelalaian para pengguna perlintasan dan atau minimnya kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum berlalu lintas serta kurangnya prasarana pendukung perlintasan kereta api. Seperti diketahui, kecelakaan kereta api dengan kendaraan pribadi marak terjadi di Kota Bandar-Lampung. Namun begitu, belum tampak komitmen dan upaya serius pihak terkait mengantisipasi terjadinya kecelakaan di perlintasan kereta api. Pihak Dinas Perhubungan selanjunya disebut (Dishub) Kota Bandar Lampung dan PT. KAI terkesan saling lempar tanggung jawab. PT. KAI bersikeras pembangunan portal di perlintasan kereta api adalah tugas pemda. Sedangkan Dishub, menilai PT. KAI kurang kooperatif membantu pemerintah Kota Bandar Lampung membangun portal rel kereta api dan prasarana penunjang lainnya.

7 Melihat permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk membahas tentang Wewenang Pengadaan Fasilitas Keamanan Perlintasan Kereta Api di Kota Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaturan wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung? 2. Bagaimanakah pelaksanaan wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang hukum administrasi negara pada umumnya dan hukum lalulintas dan angkutan jalan pada khususnya mengenai wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di kota Bandar Lampung. 1.4 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini, adalah: 1. Untuk mengetahui pengaturan wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung.

8 2. Untuk mengetahui pelaksanaan wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung. 1.4.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan di bahas kegunaan penelitian ini yaitu : 1. Kegunaan teoritis, yaitu berguna sebagai upaya pengembangan wawasan dibidang Ilmu Hukum Administrasi Negara, khususnya Hukum Lalulintasdan Angkutan Jalan yang berkaitan dengan wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar- Lampung. 2. Kegunaan praktis: a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengkaji secara objektif mengenai wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai wewenang pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung. c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi strategis bagi penyelenggara dalam pengadaan fasilitas keamanan perlintasan kereta api di Kota Bandar Lampung.

9 d. Sebagai pemenuhan salah satu syarat akademik bagi peneliti untuk menyelesaikan studi S1 Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.