Diterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm.

dokumen-dokumen yang mirip
DEFINISI MANUSIA DAN FILSFAT MANUSIA

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

FILSAFAT MANUSIA. Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd. Pertemuan 4

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

PENGANTAR FILSAFAT MANUSIA. KBK Psikologi Klinis Untar

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. Program Studi : Pendidikan Agama Kristen

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

Definisi Filsafat. lahir. Super-sadar. bawah-sadar. tua. muda. dewasa. 1 Noh Pengantar Filsafat

FILSAFAT MANUSIA. Person dan Individu Manusia dan Review Materi Kuliah I s/d VI. Firman Alamsyah AB, MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DA ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2011

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Dasar Dasar Logika. Oleh: Novy Setya Yunas. Pertemuan 1 dan 2

FILSAFAT MANUSIA MANUSIA MENGAKUI DIRI DAN YANG LAIN SEBAGAI SUBSTANSI DAN SUBJEK OLEH; MASYHAR, MA. Modul ke: Fakultas Fakultas Psikologi

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

FILSAFAT MANUSIA. Intelek dan kehendak manusia. Masyhar Zainuddin. Modul ke: Fakultas Fakultas. Program Studi Pendidikan Psikologi

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

RUANG LINGKUP FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI OBJEK. Anggota kelompok:

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA. INTUISI dan AFEKTIFITAS. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Bahasan Kajian Filsafat

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Dr. Sri Anggraeni, MSi

BAB I Tinjauan Umum Etika

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

Filsafat Ilmu dan Logika

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

Deskripsi Mata Kuliah

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK & KEBEBASAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut di Terminal. tambahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 tahun 2015 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

FILSAFAT MANUSIA Sosialitas Manusia; Pandangan-pandangan mengenai Korelasi Manusia dengan yang-lain.

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU. Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan

M. Hamid Anwar, M. Phil.

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. FILSAFAT MANUSIA RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

DASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. (Bandung :

FILSAFAT ILMU & LOGIKA. Oleh : dr. Nur Indarawati Lipoeto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai apakah makna

RESPONS - DESEMBER 2009

FILSAFAT ILMU DAN PENGERTIAN LOGIKA. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Psikologi Modul ke: 12Fakultas PSIKOLOGI.

BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling

Transkripsi:

Filsafat Antropologi 1 Filsafat antropologi merupakan salah satu cabang dari filsafat teoritika. Selain itu filsafat antropologi juga dapat disebut sebagai ilmu. Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami apa yang disebut demitologisasi metafisis hingga mencapai tarafnya sebagai filsafat atau disebut evolusi filsafat hingga pencapaiannya yang tertinggi yakni ilmu pengetahuan. Sebab yang tahu adalah manusia, maka tahunya manusia tidak dalam taraf statis tetapi terus mengalami perkembangan sesuai tingkat dan luas tahunya manusia. Sebab dengan berkembangnya tahu manusia, maka berbagai disiplin ilmu satu persatu memisahkan diri dari filsafat. 2 Pemisahan diri tersebut, mengharuskan setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan objek formal. Misalnya: Psikologi sebagai science objek materialnya adalah manusia; dan objek formalnya psikis dan fisiologi. Antropologi dan Sosiologi sebagai science, objek materialnya adalah manusia; dan objek formalnya adalah gejala budaya dan pranata social. Demikian juga, filsafat antropologi sebagai ilmu, sebab memiliki objek material adalah manusia; dan objek formalnya adalah totalitas manusia. Meskipun demikian, perkembangan tahu manusia, bukan tidak mungkin (berarti mungkin) menimbulkan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Leenhouwers bahwa dengan munculya berbagai disiplin ilmu memaksa cara kerja ilmu menjadi fragmentaris. 3 Fragmentaristis membuat suatu keterbatasan metode observasi dan eksperimentasi tidak memungkinkan ilmu-ilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh. 4 1. Objek Kajian Filsafat Manusia Ada dua objek kajian filsafat manusia, yakni objek materil dan objek formal. Objek kajian materil filsafat manusia adalah pada gejala atau fenomena manusia sedangkan objek formalnya adalah strukturstruktur hakiki manusia yang sedalam-dalamnya yang berlaku selalu dan di mana-mana untuk sembarang orang. Anton Bakker mengatakan 1 Noh, Boiliu, Filsafat manusia, segera terbit 2 Jan, Hendrik, Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 33 3 Leenhouwers,P., Manusia dan Lingkungannya. Refleksi tentang Filsafat Manusia. Diterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm. 18 4 Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm. 4

bahwa hakikat manusia sebagai objek filsafat manusia ini meliputi dua aspek: a. Manusia mau dipahami seekstensif atau seluas mungkin. Bukan berupa sifat atau gejala saja, seperti misalnya berjalan, bekerja, malu, rasa takut, cinta kasih. Pemahaman manusia harus meliputi dan melingkungi semua sifat, semua kegiatan, semua pengertian pokoknya semua aspeknya pada segala bidang. Semuanya dipandang sebagai satu keseluruhan. b. Manusia dipahami seintensif atau sepadat mungkin. Tidak diselidiki fungsi atau kegiatan manusia pada taraf tertentu saja, yaitu sejauh ia berupa dengan hal atau makhluk bukanmanusiawi lain 5 Dengan demikian gejala dan struktur-struktur hakiki manusia tidak dipahami secara parsial atau sebagian melainkan menyeluruh dan secara ekstensif bahkan meliputi seluruh taraf manusia secara intensif. Bila pemahaman kita terhadap manusia hanya parsial maka pandangan dan kesimpulan kita mengenai manusia pun akan parsial bukan menyeluruh. 2. Filsafat Manusia dan Ilmu-ilmu manusia Lain. Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami apa yang disebut demitologisasi metafisis 6 hingga mencapai tarafnya sebagai filsafat atau disebut evolusi filsafat hingga pencapaiannya yang tertinggi yakni ilmu pengetahuan. Sebab yang tahu adalah manusia, maka tahunya manusia tidak dalam taraf statis tetapi terus mengalami perkembangan sesuai tingkat dan luas tahunya manusia. Sebab dengan berkembangnya tahu manusia, maka berbagai disiplin ilmu satu persatu memisahkan diri dari filsafat. 7 Pemisahan diri tersebut, mengharuskan setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan objek formal. Manusia menjadi pusat kajian dari beberapa disiplin ilmu. Meskipun manusia menjadi objek tunggal namun setiap disiplin ilmu memiliki konsentrasi tertentu yang spesifik dalam area kajiannya. Filsafat manusia merupakan bidang kajian filsafat yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia yang pada dasarnya sama dengan disiplin ilmu yang lain seperti antropologi, kosmologi, etika, estetika, psikologi, dan lain-lain. Di antara disiplin ilmu yang ada antropologi dan psikologi memiliki kesamaan objek material dengan 5 Anton, Bakker, Antropologi Metafisik, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 12. 6 Stephen, Palmquis, Pohon Filsafat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 37-38. 7 Jan, Hendrik, Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 33

filsafat manusia. Baik filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia, pada dasarnya bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia. 8 berarti mau menangkap phainomenon (Yunani: phainomai). Meskipun antropologi dan psikologi memiliki kesamaan objek material dengan filsafat manusia namun filsafat manusia tetap memiliki perbedaan dan perbedaan itu menjadi ciri dari disiplin filsafat manusia. Letak perbedaan adalah pada area kajian masing-masing disiplin ilmu. Pertama, ilmu-ilmu tentang manusia memiliki keterbatasan objek kajian yakni hanya pada fenomena atau gejala yang difenomenakan atau digejalakan manusia. Misalnya psikologi hanya terbatas pada gejala psikis dan fisiologis. Fenomena atau gejala tersebut kemudian diinterpretasi. Kedua, ilmu-ilmu tentang manusia memiliki ruang lingkup yang sangat terbatas. Dimana kajian-kajian yang dilakukan hanya terbatas pada dimensi-dimensi tertentu dari manusia yakni sejauh yang tampak secara empiris dan dapat diselidiki secara observasional dan/atau eksperimental. 9 Sedangkan dimensi-dimensi non inderawi tidak mendapat tempat kajian dalam ilmu-ilmu tentang manusia. Ketiga, bahwa kajiannya hanya seputar hal-hal empiris dan observasional sehingga hal-hal yang mendasar dari manusia tidak dikaji seperti apa hakekat atau esensi manusia, baik material maupun spiritual, bagaimana manusia sebagai subjek membangun hubungan dengan subjek yang lain (intersubjektif) atau dengan dunia infrahuman. Seperti yang dikatakan oleh Leenhouwers bahwa cara kerja ilmu pun (terpaksa) menjadi fragmentaris. 10 Fragmentaristis membuat suatu keterbatasan metode observasi dan eksperimentasi tidak memungkinkan ilmu-ilmu tentang manusia untuk melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh, 11 bukan parsial. Contoh yang diungkapkan ini, hanya merupakan sekelumit persoalan di sekitar batasan operasi tiap disiplin ilmu yang memisahkan diri dari filsafat menjadi ilmu mandiri. Boleh dikatakan bahwa kajiannya adalah kajian yang parsial, artinya totalitas gejala manusia tidak tersentuh dalam pengkajian. Ilmu-ilmu tentang manusia seperti yang dikatakan oleh Ernest R. Hilgard dalam tulisan Zainal Abidin, bahwa psikologi sebagai suatu 8 Zainal, Abidin, Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 3 9 Ibid 10 Leenhouwers, P. Manusia dan Lingkungannya: Refleksi Filsafat Tentang Manusia, (Jakarta: Gramedia, 1988), hlm. 18 11 Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm. 4

ilmu, misalnya lebih menekankan pada aspek psikis dan fisiologis manusia sebagai suatu organisme. 12 Pokok-pokok tentang manusia yang eksistensial tidak terkaji. Di sinilah letak perbedaan atau ketidaksamaan ilmu-ilmu tentang manusia dengan filsafat manusia. Filsafat manusia tidak hanya terbatas pada phainomena psikis dan fisis melainkan merambah masuk pada noumenon manusia. Melalui fenomena yang difenomenakan manusia akan ditangkap fenomena tertentu oleh panca indra. Fenomena atau gejala yang ditangkap indra manusia kemudian di-aproach dengan disiplin ilmu tentang manusia. Untuk mencapai tujuan pencapaian penangkapan noumenon tidak mudah. Ketidakmudahan tersebut terletak pada metode dan step-step dalam metode (bandingkan metode fenomenologi Edmun Huserl dan Martin Heideger). Filsafat manusia mau menyelidiki dan mentematisir kesadaran tentang inti itu. Filsafat manusia juga berusaha untuk menguraikannya sebagai objek langsung dan eksplisit. 13 Maksudnya adalah mengungkapkan yang tidak nyata menjadi nyata. Maka dari itu objek formal bagi filsafat manusia ialah struktur-struktur hakiki manusia yang sedalam-dalamnya, yang berlaku selalu dan di manamana untuk sembarang orang. 14 Artinya dalam objek formal ini manusia harus dipahami seefektif mungkin dalam seluruh sifat dan kegiatan. Dan seintensif mungkin dalam seluruh fungsi sesuai dengan keunikannya atau ke-aku-nya. 3. Metode Filsafat Manusia. Mengenai metode filsafat manusia sebelum lebih jauh menjelaskannya tentu sangat wajar untuk ditanyakan apa tujuan filsafat manusia? Setiap metode yang digunakan dalam penyelidikan tentu memiliki tujuan tertentu dalam hal ini untuk memperoleh sesuatu yang berbeda atau yang baru. Namun, sekalipun menggunakan metode, filsafat manusia tidak mampu menemukan fakta-fakta baru mengenai manusia. 15 Lalu seperti apakah sumbangsih yang akan diberikan filsafat manusia? Memang filsafat manusia tidak menemukan atau memberikan informasi baru tentang manusia namun melalui filsafat manusia, manusia dibantu untuk membuat suatu refleksi atas pengalaman azasinya (yang khas). 12 Ibid, hlm. 5. 13 Bakker, op.cit. Hlm. 12. 14 Ibid 15 Ibid

Refleksi yang dimaksud bukan refleksi non rasional melainkan suatu refleksi atas pengalaman yang dilaksanakan dengan rasional, kritis serta ilmiah, dan dengan maksud untuk memahami diri manusia dari segi yang paling asazi. 16 Dalam ber-reflkesi (Inggris: reflection, Latin: reflectere artinya melengkungkan kembali ke belakang) manusia melengkungkan diri sendiri atas pengalaman asazi yang telah dialaminya dan memahami diri sendiri secara mendalam (membalikkan itu ke dalam pusat kesadaran / batin) untuk menemukan suatu makna baru atas pengalaman asaziah itu. Refleksi sendiri menunjuk pada esensi sesuatu (misalnya apa esensi iman, bagaimana menanggapi hal yang esensial itu), dan kepada proses pemahaman diri. Berarti bahwa filsafat manusia memberi perhatian pada eksistensi manusia. Istilah ini merupakan gabungan dari dua akar kata (Latin) yakni ex artinya keluar dan sistentia atau sistere artinya berdiri. Eksistentia berarti keluar dari diri atau tampil keluar. Di dalam tampil keluar inilah manusia dapat mengambil atau membuat distansi sehingga dapat mengevaluasi diri ataupun merefleksi diri. Mengenai esensi sesuatu dan proses pemahaman diri hanya dapat dilakukan oleh manusia dalam pengalamannya yang asazi seperti contoh berikut: Seekor anjing menderita dan kelaparan namun penderitaan karena kelaparan berbeda dengan penderitaan dan kelaparan manusia. Manusia akan berusaha menemukan makna atas penderitaan yang dialami. Pengalaman itu sangat asazi. Anjing dalam contoh di atas tidak akan menemukan makna baru atas penderitaan yang dialami. Melalui pengalaman yang asazi itu aku mendapatkan insight atau ada sesuatu yang memasuki diri dalam pengalamanku sehingga aku dapat menerima atau menghadapi penderitaan itu dengan legawa. Tanpa aku menyalahkan siapapun. Aku menemukan makna atas penderitaanku karena aku dapat membuat distansi dan merefleksi diri. Kembali pada metode filsafat manusia. Ada beberapa metode yag dipergunakan dalam filsafat manusia: a. Metode Kritis 17 Titik tolak metode ini adalah pada pendapat para filsuf, teoriteori ilmu lain, atau keyakinan-keyakinan sehari-hari yang agak sentral. Di dalam metode inipun dipergunakan metode eleminasi. 16 Adelbert, Snijders, Antropologi Filsafat: Manusia Paradoks dan Seruan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 18. 17 Baker, op. Cit, hlm. 14

Artinya jawaban yang tidak sesuai dieleminir atau bahkan diperbandingkan sehingga yang cocok itulah yng dipergunakan. b. Metode Analitika Bahasa. 18 Maksud dari metode analisa bahasa adalah untuk melepaskan istilah-istilah yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari dari kekaburan arti atau menghindari unsur dwi arti sehingga istilahistilah atau bahasa yang dipergunakan sehari-hari jika tidak benar maka dibekukan. c. Metode Fenomenologis. 19 Metode ini memiliki kaitan dengan Edmun Husserl. Maksudnya adalah untuk mengembalikan kepada apa adanya. Metode ini berusaha untuk menemukan kembali pengalaman asli dan fundamental melalui reduksi. Metode ini kemudian dikembangkan kembali oleh Martin Heideger. d. Metode Transendental. 20 Titik tolak dari metode ini adalah pada kegiatan berbicara dan berpikir dalam manusia. Setiap pernyataan dan kegiatan termuat pengandaian-pengandaian yang ikut menentukan secara operatif. Artinya pengandaian-pengandaian (kemungkinan-kemungkinan) itu tidak dihadirkan secara pasif melainkan aktif bekerja meskipun kehadirannya hanya secara implicit. Pengandaian-pengandaian tersebut (saya) pahamai sebagai alternative-alternatif atau kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja kita pilih. Di sini analisis transcendental hendak menyelidiki pengandaian-pengandaian operatif yang implicit dan mencari syarat-syarat apriori. Tahap ini disebut reduksi transcendental. Tahap selanjutnya g adalah pemutarbalikan atau retortion sebagai pembuktian keharusan mutlak yang berlaku untuk syarat-syarat apriori tadi. Tahap terakhir adalah tahap deduksi transendental. 18 Ibid 19 Ibid 20 Ibid