INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR POSISI RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG TIM NASIONAL PERSIAPAN PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-31/M.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI. KEBIJAKAN PROGRAM TINDAKAN KELUARAN TARGET PENYELESAIAN I. KELEMBAGAAN A. Memperkuat Kelembagaan Pelayanan Investasi.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2006

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENETAPAN UPAH MINIMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2006 TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN DI KAWASAN PERKOTAAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGHEMATAN ENERGI DAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2005 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG REVITALISASI INDUSTRI PUPUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KEPPRES 81/2001, KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI PENINGKATAN DAN PERLUASAN PROGRAM PRO-RAKYAT

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SOSIALISASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMERINTAH KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG

NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2006 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS PROVINSI MALUKU UTARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTG KEBIJAK PERCEPAT PENGEMBG SEKTOR RIIL D PEMBERDAYA USAHA MIKRO, KECIL D MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya untuk lebih mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan sebagai kelanjutan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Keuangan; 3. Perdagangan; 4. Dalam Negeri; 5. Energi dan Sumber Daya Mineral; 6. Perhubungan; 7. Hukum dan Hak Asasi Manusia; 8. Perindustrian; 9. Pekerjaan Umum; 10. Komunikasi dan Informatika; 11. Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 12. Pendidikan Nasional;

- 2-13. Kebudayaan dan Pariwisata; 14. Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 15. 15. Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 16. Negara Badan Usaha Milik Negara; 17. Negara Perumahan Rakyat; 18. Pendayagunaan Aparatur Negara; 19. Sekretaris Negara; 20. Sekretaris Kabinet; 21. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 22. Kepala Badan Pertanahan Nasional; 23. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 24. Para Gubernur; 25. Para Bupati/Walikota. Untuk : PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

- 3 - KEDUA : Dalam mengambil langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, berpedoman kepada program yang meliputi perbaikan iklim investasi, reformasi sektor keuangan, percepatan pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana tercantum dalam lampiran Instruksi Presiden ini. KETIGA... KETIGA : a. Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan kegiatan yang dilaksanakan oleh para /Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen. b. Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden ini sepanjang terdapat program yang berkaitan dengan kewenangan Bank Indonesia, yang terkait agar berkoordinasi dengan Gubernur Bank Indonesia. KEEMPAT : Koordinator Bidang Perekonomian : 1. Memantau pelaksanaan Instruksi Presiden ini dan melaporkan secara berkala kepada Presiden;

- 4-2. Membentuk Tim Pemantau dan menetapkan tugas, susunan organisasi, keanggotaan, tata kerja dan kesekretariatan Tim Pemantau. KELIMA : Para, Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, Gubernur dan Bupati/Walikota memantau pelaksanaan Instruksi Presiden ini sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing dan menunjuk seorang pejabat di lingkungan masing-masing untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Pemantau sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPAT Instruksi Presiden ini. KEENAM : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab. Instruksi... Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 2007 PRESIDEN INDONESIA, REPUBLIK

- 5 - ttd. DR. H. SUSILO BAMBG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, ttd. Lambock V. Nahattands

DAFTAR RCG PERATUR PERUNDG-UNDG YG TERKAIT BIDG PERBAIK IKLIM INVESTASI KEBIJAK PROGRAM TINDAK KELUAR PENGGUNG JAWAB I. KELEMBAGA A. Memperkuat Kelembagaa n Pelayanan Investasi. pe- dengan nanaman modal. 1. Penyusunan peraturan perundangundangan yang terkait a. Menyusun Tata Cara dan Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Peraturan Presiden (Perpres). Juni Tata Cara Penanaman Modal yang jelas dan sederhana bagi penanam modal. Perdagangan. R-Perpres masih dikoordinasikan penyelesaiannya di Departemen Perdagangan b. Menetapkan kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan sebagai dasar penetapan Daftar Bidang Usaha Ter-tutup dan yang Terbuka dengan Peraturan Presiden (Perpres). Juni Menjamin kepastian hukum dan transparansi pe-nyusunan Daftar Bidang Usaha Ter-tutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan bagi penanam modal. Perdagangan. Telah ditetapkan menjadi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal pada tanggal 3 Juli

PENGGUNG JAWAB Persyaratan. c. Menyusun Daftar Bidang Usaha yang Tertutup Dan yang Terbuka dengan Persyaratan bagi penanam modal. Peraturan Presiden (Perpres). Juni Tersedianya Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan yang jelas dan transparan. Perdagangan Telah ditetapkan menjadi Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal pada tanggal 3 Juli

PENGGUNG JAWAB d. Merumuskan pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai penjabaran Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Pena-naman Modal. Perubahan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Juni Pembagian urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang terarah dan tidak tumpang tindih. Dalam Negeri. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Deputi Sekretaris Negara Bidang Perundangundang-an, RPP dimaksud telah diajukan ke Presiden. e. Merumuskan kebijakan penanaman modal pada Kawasan Ekonomi Khusus. Penyampaian Rancangan Undang-Undang (RUU) Kawasan Ekonomi Khusus ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). November Peraturan yang jelas mengenai kebijakan penanaman modal pada Kawasan Ekonomi Khusus. Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

PENGGUNG JAWAB f. Mengubah PP Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. Perubahan PP Nomor 16 Tahun 1997. Juli Penertiban usaha waralaba. Perdagangan.

DAFTAR RCG PERATUR PERUNDG-UNDG YG TERKAIT BIDG REFORMASI SEKTOR KEUG KEBIJAK PROGRAM TINDAK KELUAR PENGGUNG JAWAB I. STABILITAS SISTEM KEUG A. Memperkuat mekanisme koordinasi sektor keuangan. Penyusunan Rancangan Undang- Undang (RUU) tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. Penyelesaian penyusunan RUU tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. Penyampaian RUU tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan ke DPR. Oktober Jaring pengaman sektor keuangan terbangun. Keuangan berkoordinasi dengan Gubernur Bank Indonesia. II. LEMBAGA KEUG BUK BK A.Memperkuat Kesehatan Industri Asuransi. Peningkatan efektifitas pengaturan dan pengawasan Perusahaan Perasuransian. a. Menyempurn akan UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Penyampaian RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Asuransi ke DPR. Januari 2008. Pengaturan dan pengawasan Perusahaan Perasuransian semakin efektif. Keuangan berkoordinasi dengan Hukum dan HAM dan Sekretaris Negara. b. Menyempurna -kan PP Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggara PP tentang Perubahan Kedua atas PP Nomor 73 Tahun 1992. Januari 2008. Keuangan.

-an Usaha Perasuransian. PENGGUNG JAWAB B. Memper kuat Kesehatan Industri Dana Pensiun. Peningkatan efektifitas pengaturan dan pengawasan Dana Pensiun. Menyempurnaka n UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Penyampaian RUU tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 kepada DPR. Januari 2008. Efektifitas pengaturan dan pengawasan Dana Pensiun meningkat. Keuangan berkoordinasi dengan Hukum dan HAM dan Sekretaris Negara. C.Mengembang -kan pembiayaan ekspor. Pembentukan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Menyusun RUU tentang LPEI. Penyampaian RUU tentang LPEI kepada DPR. Agustus LPEI terbentuk. Keuangan berkoordinasi dengan Hukum dan HAM dan Sekretaris Negara. III. PASAR MODAL A.Meningkatka n likuiditas dan stabilitas Pasar Obligasi (Surat Pengembangan Produk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Menyiapkan dan menyusun peraturan pelaksanaan UU SBSN. PP mengenai perusahaan penerbit SBSN. Setelah disahkannya UU tentang Surat Berharga Syariah Produk Surat Berharga Syariah Negara semakin berkembang. Keuangan.

Utang). Negara. PENGGUNG JAWAB B. Menyusun Kebijakan perpajakan dalam mendorong aktivitas pasar modal. 1. Pemberian insentif pajak untuk perusahaan terbuka. Menyusun peraturan insentif Pajak Penghasilan (PPh). Peraturan Perundangundangan mengenai insentif PPh untuk perusahaan terbuka. Agustus Jumlah perusahaan terbuka dan kepemilikan publik meningkat. Keuangan. 2. Penegasan perlakuan perpajakan terhadap produk-produk pasar modal yang berbasis sekuritas. Menyusun ketentuan perpajakan yang menegaskan perlakuan pajak atas produkproduk pasar modal yang berbasis sekuritas. Peraturan Perundangundangan mengenai penegasan perlakuan perpajakan atas produk-produk pasar modal yang berbasis sekuritas. Agustus Jenis produk pasar modal meningkat. Keuangan.

PENGGUNG JAWAB IV. LAIN-LAIN A.Mengharmon isasikan peraturan per-undangundangan di sektor keuang-an. Evaluasi peraturan perundang-undangan di sektor keuangan. a. Membentuk tim untuk melakukan evaluasi atas semua UU dan peraturan di sektor keuangan. Keputusan Koordinator Bidang Perekonomian. Juni Semua peraturan perundangundangan di sektor keuangan harmonis. Koordinator Bidang Perekonomian. b. Melakukan inventarisasi, review dan menyusun rekomendasi. Rekomendasi. Juni 2007 dan berlanjut. B.Mengembang -kan Diversifikasi Sumber Pembiayaan Pembanguna. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan APBN. Menyusun regulasi tentang pinjaman dalam negeri. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pinjaman Dalam Negeri. Juli Alternatif sumber pembiayaan APBN berkembang. Keuangan berkoordinasi dengan Perencanaan Pembangunan Nasional /Kepala Bappenas.

DAFTAR RCG PERATUR PERUNDG-UNDG YG TERKAIT PERCEPAT PEMBGUN INFRASTRUKTUR KEBIJAK PROGRAM TINDAK KELUAR PENGGUN G JAWAB A. Penyempurnaan Peraturan Perundangundangan. Percepatan penyelesaian Peraturan Perundangundangan di bidang infrastruktur. a. Mereformasi kerangka peraturan perundangundangan di sektor transportasi darat, laut, dan udara untuk mencerminkan desentralisasi dan meng-hilangkan monopoli oleh BUMN melalui 1) RUU tentang Pelayaran sebagai pengganti UU Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran. Pembahasan dengan DPR. Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor pelayaran/transportasi laut untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. Perhubungan.

pemisahan regulator operator. peran dan 2) RUU tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan sebagai pengganti UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Angkutan Jalan. Pembahasan dengan DPR. Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor transportasi darat dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. PENGGUN G JAWAB Perhubungan. 3) RUU tentang Penerbangan sebagai pengganti UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan Pembahasan dengan DPR Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor penerbangan/transportasi udara untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. Perhubungan.

PENGGUN G JAWAB b. Menyusun Peraturan Pemerintah pelaksanaan UU sektor transportasi. 1) PP pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian: a) PP tentang Prasarana Perkeretaapian; b) PP tentang Sarana Perkeretaapian; c) PP tentang Lalu Lintas & Angkutan Kereta Api; d) PP tentang Pembinaan dan Penyelenggaraa n Perkeretaapian. Desember Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor perkeretaapian untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. Perhubungan 2) RPP pelaksanaan UU tentang Pelayar-an, yang meliputi antara lain mengenai: Kepelabuhanan, Angkutan di Perairan, Perkapalan, Kepelaut-an, Segera setelah UU tentang Pelayaran disahkan. Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor pelayaran/transportasi laut untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan Perhubungan.

Kenavigasian, Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, dan Pengawasan di Perairan. swasta. PENGGUN G JAWAB 3) RPP pelaksanaan UU tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, yang meliputi antara lain mengenai: Kendara-an dan Pengemudi, Angkutan Jalan, Pemeriksaan dan Penyidikan, dan Prasarana dan Lalu Lintas. Segera setelah UU tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan disahkan. Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor transportasi darat dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. Perhubungan. 4) RPP pelaksanaan UU tentang Penerbangan, antara lain mengenai: Kebandarudaraan, Angkutan Udara, Kenavigasian, dan Pesawat Udara. Segera setelah UU tentang Penerbangan disahkan. Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor penerbangan /transportasi udara untuk meningkatkan: a. mutu pelayanan, keamanan dan keselamatan; Perhubungan.

PENGGUN G JAWAB b. peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. b. Menyusun Peraturan Perundangundangan Energi. sektor 1) RUU tentang Kelistrikan. 2) Peraturan Perundang-undangan pelaksanaan UU tentang Kelistrikan. Pembahasan dengan DPR. Segera setelah UU tentang Kelistrikan disahkan. Terdapat percepatan tersedianya infrastruktur pada sektor ketenagalistrikan untuk meningkatkan peran serta masyarakat, Pemerintah Daerah dan swasta. Energi dan Sumber Daya Mineral. 3) RUU tentang Energi. 4) Peraturan Perundangundangan pelaksanaan tentang Energi. UU Pembahasan dengan DPR. Segera setelah UU Energi disahkan. Terwujudnya pemanfaatan sumber energi alternatif dalam rangka peningkatan efisiensi pemanfaatan energi yang tidak terbarukan. Energi dan Sumber Daya Mineral. c. Menyusun peraturan pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. 1) Perubahan atas PP Nomor 28 Tahun 2005 tentang Tarif atas Jenis Penerima-an Negara Bukan Agustus Penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari sektor komunikasi me-ningkat. Komunukasi dan Informatika.

Pajak yang Berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informasi. PENGGUN G JAWAB 2) Peraturan Komunikasi dan Informatika tentang Rencana Dasar Teknik Penyiaran (RDTP). Agustus Terwujudnya pemahaman spesifikasi penyiaran. terhadap peralatan Komunukasi dan Informatika. d. Menyusun peraturan pelaksanaan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. PP tentang Waduk dan Bendungan. Desember Pedoman yang mengatur tanggung jawab pengelola-an Waduk dan Bendungan tersedia. Pekerjaan Umum. B. Memperkua t Kelembagaa n. 1. Pembagian urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyediaan infrastruktur. Merumuskan pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai penjabaran UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyedia-an infrastruktur. Perubahan atas PP Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Juni Pelaksanaan penyediaan infrastruktur oleh Pemerin-tah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat dan swasta yang sinkron dan optimal. Dalam Negeri. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Deputi Sekretaris Negara Bidang Per-undangundangan, RPP dimaksud telah diajukan ke Presiden

PENGGUN G JAWAB 2. Pengaturan mengenai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperjelas fungsi, kedudukan, dan peran BUMD dalam pembangunan infrastruktur. Menyusun RUU tentang BUMD. RUU tentang BUMD untuk disampaikan kepada DPR. November Peran BUMD dalam pembangunan infrastruktur meningkat. Dalam Negeri. 3. Pembentuka n Kelembagaan Keuangan non Bank untuk Infrastruktur. Menyusun kerangka institusi mengenai lembaga keuangan non bank untuk mendukung percepatan pembangun-an infrastruktur. 1) Peraturan Presiden mengenai pembiayaan infrastruktur. Juli Terlaksananya pembangunan infrastruktur yang semakin cepat. Keuangan.

PENGGUN G JAWAB 2) Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan Modal Negara untuk pendirian Indonesia Infrastructure Fund. Agustus Keuangan. 4. Pembentukan institusi untuk mempercepat pembanguna n infrastruktur. Membentuk badan pengelola Rumah Susun Sewa (Rusunawa) yang dibiayai Pemerintah. Peraturan Perundang-undangan mengenai badan pengelola Rusunawa. November Rusunawa terbangun dan terkelola dengan baik. Negara Perumahan Rakyat. C. Peningkatan Manajemen Pembanguna n Infrastruktur. 1. Percepatan penyediaan perumahan. Mempercepat operasionalisasi dan pengembangan Secondary Mortgage Facility (SMF). 1) Tersedianya fasilitas fiskal untuk sekuritisasi dalam UU Pajak. Segera setelah RUU Pajak Per-tambahan Nilai disahkan. Berkurangnya hambatan dalam pelaksanaan pembangunan di sektor perumahan serta biaya yang membebani konsumen. Keuangan.

PENGGUN G JAWAB 2) PP tentang Pendaf-taran Hak Tanggu-ngan dalam Rangka Pembiayaan Sekun-der Perumahan. Agustus Kepala Badan Pertanahan Nasional. 2. Peningkatan manajemen pemeliha-raan infrastruktur dan keselamat-an transportasi. Merancang dan menetap-kan Program Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan (Road Safety Management). PP mengenai manajemen keselamatan transportasi jalan. November Tingkat kecelakaan di sektor transportasi jalan menurun. Perhubungan.

DAFTAR RCG PERATUR PERUNDG-UNDG YG TERKAIT BIDG PEMBERDAYA USAHA MIKRO, KECIL D MENENGAH (UMKM) KEBIJAK PROGRAM TINDAK KELUAR PENGGUN G JAWAB I. PENINGKAT AKSES UMKM PADA SUMBER PEMBIAYA Memperkuat Sistem Penjaminan Kredit bagi UMKM Pengembangan sistem resi gudang sebagai instrumen pembiayaan bagi UMKM. Finalisasi penyiapan RPP dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. PP tentang Pelaksanaan Sistem Resi Gudang. Juni 1. Tersedianya aturan pelaksanaan yang je-las tentang pemanfaatan resi gudang sebagai instrumen penjaminan kredit bagi UMKM. 2. Semakin banyak UMKM yang dapat memanfaatkan resi gudang sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit. Perdagangan. Telah ditetapkan menjadi PP Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang pada tanggal 22 Juni II. PENINGKAT PELUG PASAR PRODUK UMKM Mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan. Pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran peritel modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM. a. Menata dan membina pasar tradisional. b. Menata dan membina pusat perbelanjaan dan toko modern. c. Menata dan membina hu-bungan Peraturan Presiden mengenai pemberdayaan pasar tradisional dan penataan pusat perbelan-jaan dan toko Oktober 1. Pasar tradisional dikelola dengan lebih baik, nyaman dan modern. 2. Tata hubungan dagang antara peritel dan pemasok UMKM berlangsung berdasarkan azas kemitraan. 3. Terjadi sinergitas antar Perdagangan.

antar pelaku pasar melalui pengaturan persyarat-an perdagangan (trading terms). modern. pelaku pasar yang mendorong peningkatan peluang pasar produk UMKM. PENGGUN G JAWAB III. REFORMASI REGULASI A. Menyediakan insentif perpajakan untuk UMKM. Reformasi Pajak untuk UMKM. Penyediaan insentif perpajakan untuk UMKM. Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan UU Pajak Penghasilan. Segera setelah pengesahan RUU Pajak Penghasilan. 1. Tersedianya kejelasan mengenai jenis insentif per-pajakan yang dapat diberikan kepada UMKM. 2. Tersedianya aturan yang jelas mengenai tata cara, prosedur dan persyaratan pemberian insentif perpajakan yang mudah di-pahami oleh UMKM. Keuangan. B. Menyusun kebijakan di bidang UMKM. Menata kembali kebijakan di bidang UMKM, termasuk meredefinisi Usaha Mikro, Menuntaskan penyiapan naskah RUU tentang UMKM. Penyampaian RUU ke DPR. Desember Tersedianya kebijakan di bidang UMKM, termasuk definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang jelas. Negara Koperasi dan UKM.

Kecil dan Menengah. PENGGUN G JAWAB