Pasal RKUHP Analisis Permasalahan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian

dokumen-dokumen yang mirip
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XV/2017 Pidana bagi Pemakai/Pengguna Narkotika

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Bab XXV : Perbuatan Curang

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Pengaturan terkait Pedoman Pemidanaan dan Ancaman Hukuman Maksimum dan Minimum dalam RKUHP

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

KETENTUAN PIDANA DALAM UU NO. 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

P E R K A R A P I D A N A

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pelaksanaan Pidana Mati kemudian juga diatur secara khusus dalam Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB II TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI KEJAHATAN TERORGANISIR DILIHAT DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang,

BAB III HASIL PENELITIAN KESEIMBANGAN SANKSI PIDANA KURUNGAN SEBAGAI SANKSI PENGGANTI SANKSI PIDANA DENDA

Bab XII : Pemalsuan Surat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Transkripsi:

Analisis dan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Tinggi dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian dan Narkoba serta Implikasinya Pada Keadilan dan Overcapacity Lapas 1. Pengantar Sebagian pengaturan ancaman pidana dan ancaman minimum dalam RKUHP, khususnya terkait perkara pencurian dan narkoba, dinilai terlalu berlebihan sehingga dapat menimbulkan ketidakadilan dan semakin memperburuk overcapacity Lapas. Contoh: pencuri ternak ayam diancam pidana minimum 2 tahun (dan maksimum 7 tahun). Demikian pula pencurian yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih atau dilakukan di pekarangan (misalnya mencuri spion di tempat parkir). Pengguna narkoba, dengan bahasa yang karet dalam RKUHP ini, dapat diancam hukuman minimum 2-5 tahun. Kriteria bagi pencurian ringan terlalu rendah, yakni pencurian dengan nilai Rp. 500.000 (bandingkan dengan Perma 2/2012 yang menggunakan standar Rp. 2.500.000). 2. Analisis Terperinci Pasal RKUHP Analisis Permasalahan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian Pasal 607 (1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, setiap orang yang mencuri: a. ternak atau barang yang merupakan sumber mata pencaharian atau sumber nafkah utama seseorang; b. pada waktu ada kebakaran,. c. pada waktu malam dalam suatu rumah atau dalam pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak; atau d. yang untuk masuk ke tempat melakukan tindak pidana atau untuk dapat sampai pada barang yang akan diambil, dilakukan dengan membongkar, memecah, memanjat, memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu. (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Perumusan dalam Pasal 607 (1) berpotensi membuat terdakwa pelaku pencurian dengan nilai kecil dapat dihukum di atas 5 tahun (sehingga dapat dilakukan penahanan dan tidak mungkin mendapat prioritas untuk tidak dijatuhkan hukuman penjara sebagaimana dimaksud Pasal 72 (1), misalnya: Terdakwa pencuri ternak dengan nilainya kecil (misal beberapa ayam, bebek atau kambing). Di sisi lain belum tentu korban adalah orang yang tidak mampu (peternak kelas kecil). Terdakwa pencurian sumber nafkah seseorang dengan nilai kecil (meski kerugian bagi korban bisa jadi cukup besar, ketercelaan pencurian sumber nafkah seseorang [misal ternak atau barang dalam warung] sanat mungkin terjadi bukan karena mereka sengaja menyasar kelompok tersebut, namun keniscayaan (misal karena pelaku memang tinggal di kampung/daerah tersebut dimana harta yang bernilai untuk dicuri sangat terbatas). Pencurian dengan nilai kecil yang dilakukan waktu malam, dalam suatu rumah atau dalam pekarangan tertutup yang ada rumahnya. Tidak selamanya pelaku menimbulkan dampak besar bagi, misalnya privasi/rasa aman korban Opsi: 1 Penghapusan klausul terkait pidana minimum 2 tahun dalam Pasal 607. Opsi 2: Perubahan kondisi yang memungkinkan adanya pidana minimum (misal 1 tahun) bagi pencurian dalam kategori tertentu, misal: (a) bagi pencuri - bukan dengan nilai kecil- yang recidivist; (b) pencuri dilakukan dengan kekerasan (mengacu ke Pasal 609, bukan 607); (c)

(1) berlaku juga terhadap pencurian yang dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih secara bersama-sama. (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disertai dengan salah satu cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan ayat (2), maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun. karena tidak jarang pencurian semacam itu terjadi di garasi (misal hanya mencuri spion/bensin mobil/ayam) ATAU ke dalam rumah yang sudah diketahui/intai terdakwa dalam keadaan kosong (pemilik rumah tidak ada ditempat). Pencurian dengan cara membongkar dst. Pencurian ayam kerap melibatkan kegiatan membongkar kandang (yang lokasinya bukan di dalam pekarangan yang ada rumahnya) yang dibuat dari bambu (kerusakannya tidak material). Pencurian bersama-sama. Apa pertimbangan memperberat dalam konteks ini? Bukankah tidak jarang tindak pidana yang dilakukan bersama-sama dilakukan karena pelaku takut/khawatir jika melakukannya sendiri, hanya untuk memudahkan kejahatan (ada yang membantu), dst yang seluruhnya tidak meningkatkan kadar ketercelaan individu pelaku? 2. Dalam konteks kasus-kasus di atas, pidana minimum 2 tahun (dalam Pasal 607 [3]) menjadi semakin tidak proporsional lagi. pencurian yang dilakukan sebagai kebiasaan atau pekerjaan bagi terdakwa. Pasal 608 1 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 605 (pencurian biasa) dan Pasal 607 ayat (1) huruf d dan ayat (2) (dengan memanjat dst dan dilakukan oleh 2 orang atau lebih), dilakukan TIDAK dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dan harga barang yang dicurinya tidak lebih dari Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), maka pembuat tindak pidana dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Kategori II. Hal-hal di atas akan berkontribusi pada meningkatnya rasa ketidakadilan di masyarakat dan berpengaruh pada over capacity lapas (apalagi mengingat kasus pencurian adalah kasus dengan jumlah terbesar yang ditangani oleh pengadilan). 1. Nilai barang yang dicuri (untuk dapat dikategorikan pencurian ringan) relatif rendah, yakni hanya Rp. 500.000 (bandingkan dengan PERMA No.2/2012 yang menetapkan nilai pencurian ringan Rp.2.500.000). Implikasi dari hal ini adalah banyak pencurian yang saat ini dianggap ringan oleh PERMA (antara Rp. 500.000 Rp. 2.500.000) akan dianggap pencurian biasa (meski nilainya tidak seberapa) sehingga pelakunya diancam maksimum 5 tahun sehingga dapat ditahan. Dalam praktek, banyak sekali pencurian misalnya ternak, hasil sawit, barang dalam toserba yang nilainya di bawah Rp. 2.500.000 2. Pengecualian hukuman ringan dalam Pasal 608 bagi pelaku pencurian ringan yang dilakukan di dalam rumah/pekarangan tertutup akan mengakibatkan pelaku kasus-kasus pencurian ringan di dalam rumah/pekarangan yang tidak terlalu tercela menjadi tidak dapat diproses sebagai pelaku pencurian ringan (lihat diskusi di atas). Perlu pengaturan ulang Pasal 608 hingg amencakup pencurian dengan nilai rendah (misal di bawah Rp. 2.500.000) meski: terkait ternak, nafkah seseorang, di waktu malam, dalam rumah/pekarangan tertutup yang ada rumahnya (kecuali jika di dalam rumah yang ada orangnya), dengan cara membongkar dst, bersama-sama. 1 Catatan: Masalah serupa ditemui Pasal 617 tentang penggelapan (meski ukurannya, entah kenapa, berbeda, yakni Rp. 1.000.000), Pasal 624 (perbuatan curang ringan), 625 (penipuan ringan), 658 (perusakan barang nilai kecil), 770 (penadahan).

Pasal 609 (1) Setiap orang yang melakukan pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan pembuat tindak pidana melarikan diri atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun. (2) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun jika perbuatan tersebut dilakukan: a. pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, di dalam kendaraan angkutan umum yang sedang berjalan; b. untuk masuk ke tempat melakukan tindak pidana dilakukan dengan membongkar, memanjat, menggunakan anak kunci palsu, menggunakan perintah palsu, atau memakai pakaian jabatan palsu; atau c. yang mengakibatkan luka berat bagi orang. (4) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih secara bersama-sama. 1. Apakah ancaman kekerasan semata (tanpa alat berbahaya) cukup menjadi alasan pemberatan ancaman pidana menjadi 9 tahun? 2. Apakah pencurian dengan kondisi dalam Pasal 609 (3) butir a dan b (malam hari, dipekarangan, dengan membokar, dst) serta (3) (bersama-sama) cukup menjadi dasar pemberatan ancaman pidana menjadi 12 tahun, dan disejajarkan dengan jika perbuatan tersebut mengakibatkan luka berat (huruf c) atau tidak terlalu jauh berbeda jika perbuatan tersebut mengakibatkan kematian (Pasal 609 [5] yang ancaman hukuman maksimumnya 15 tahun). Perlu dipertimbangkan kembali pengaturan ancaman pidana dalam Pasal 609.

Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Narkoba (Khususnya bagi Pengguna) Pasal 507-522 Pasal pidana minimum bagi mereka yang memiliki, menyimpan, menguasai, menerima, memberikan narkoba golongan tertentu, yang serupa dengan Pasal, misal 111, 112, 117 UU No. 35/2009 tentang Narkoba (yang awalnya dimaksudkan untuk memudahkan menjerat penjual, pihak yang membantu penjualan atau bandar narkoba kelas tertentu) dalam praktek kerap digunakan untuk menghukum (atau memeras) pengguna narkoba (karena untuk dapat menggunakan narkoba, mereka pasti harus memiliki, menyimpan, menguasai, menerima narkoba (atau memberikan kepada rekan pengguna lain). Perlu dipertimbangkan kembali pengaturan ancaman pidana dalam Pasal 507-522. Sebagian pengaturan Pasal 507-522 memuat pidana minimum antara 2-5 tahun bagi mereka yang, misalnya memiliki, menyimpan, menguasai, menerima, memberikan narkoba golongan tertentu. Pasal 523 Setiap Penyalah Guna: a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun; b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun; dan c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun. (2) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut diwajibkan menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Dampak dari pasal-pasal yang bersifat karet tersebut antara lain: Jumlah narapidana narkoba menjadi sangat besar di Lapas yang memiliki keterbatasan daya tampung (mencapai sekitar 50% populasi lapas, terutama karena mereka dipenjara untuk waktu yang cukup lama). Merusak institusi penegak hukum (karena besarnya permainan oknum penegak hukum dalam penanganan perkara pengguna narkoba). Karena Lapas tidak mampu merehabilitasi mereka, keberadaan napi pengguna dalam jumlah besar membuat Lapas menjadi target pembuatan dan peredaran narkoba (merusak integritas petugas dan pembinaan Lapas) Pemidanaan pengguna tidak mampu merespon akar masalah pidana pengguna, yang seharusnya di rehabilitasi. B Penekanan ancaman pidana badan semata, terutama dengan ancaman maksimum yang tinggi, perlu dipertimbangkan kembali karena alasan-alasan yang diutarakan di bagian sebelumnya, yakni dampak pidana penjara bagi overcapacity lapas; dampak penjara bagi pengguna yang sebagian adalah pelajar/mahasiswa/pekerja yang tidak memiliki sikap tercela (selain sebagai korban dari ketergantungan); penjara tidak mampu merespon akar masalah tindak pidana (karena kebutuhan mereka adalah rehabilitasi), dst.