SURAT KETERANGAN Nomor : '501K13.3.3rrU/2005

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT KETERANGAN Nomor : '501K13.3.3rrU/2005

KEANDALAN MODULUS OF ELASTICITY (MOE) UNTUK MENDUGA KEKUATAN KA YU BERCACAT AKIBAT LUBANG BOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

Metode pengujian lentur posisi tidur kayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu dengan pembebanan titik ke tiga

PENDUGAAN KEKAKUAN KAYU BORNEO DENGAN METODE GELOMBANG ULTRASONIK

Daftar Isi. Daftar Isi... i. Prakata... ii. Pendahuluan... iii

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS KAYU

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGUJIAN KEKAKUAN KAYU SECARA NON DESTRUKTIF GELOMBANG ULTRASONIK DAN KEKUATAN LENTUR SECARA DESTRUKTIF CONTOH KECIL KAYU JATI

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK

PENGUJIAN MODULUS ELASTISITAS KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO POINT LOADING

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction

SURAT KETERANGAN Nomor: I~ 1K13.3.3rrUI2005

Laboratorium Mekanika Rekayasa

BAB II TINJAIJAN PllSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rumah Kayu dari Norwegia yang Bergaya Klasik

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. KONTRAK PERKULIAHAN

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

INFO TEKNIK Volume 8 No. 1, Juli 2007 (15-18) PERILAKU GESER PADA PENGUJIAN KETEGUHAN LENTUR STATIK JENIS KAYU KELAS DUA

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

II. TEGANGAN BAHAN KAYU

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI Standar Nasional Indonesia

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK PANEL LAMINASI SILANG KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB V ANALISIS HASIL

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: SAMBUNGAN KAYU MANGIUM 17 TAHUN DAN APLIKASI PADA BALOK SUSUN

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KARAKTERISTIK, TEGANGAN IJIN DAN KELAS MUTU KAYU MANGIUM SEBAGAI BAHAN KAYU STRUKTURAL RUMAH PREFABRIKASI

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Dwi J Priyono 1), 2), Surjono Surjokusumo 3),Yusuf S Hadi 3), Naresworo Nugroho 3) Corresponding author: (Dwi J Priyono)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

LAPORAN AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DAN RIGIDITAS RANGKA BATANG PAPAN KAYU

Keteguhan Sambungan Kayu Resak (Vatica rassak BI) Berdasarkan Bentuk Sambungan dan Jumlah Paku

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN: SIFAT FISIK DAN MEKANIK KAYU MANGIUM 17 TAHUN

Transkripsi:

.;.. DEPARTEME PEDIDIKA ASIOAL FAKULTAS KEHUTAA ISTITUT PERTAIA BOGOR DEPIIIEIE HISIL HUli Kampus IPB Darmaga PO BOX 168 Bogor 161 Alamat Kawat FAHUTA Bogor Phone: (251) 621285, Fax: (251) 621 256-621 285, E-mail: jthh-ipb@indo.net.id SURAT KETERAGA omor : '51K13.3.3rrU/25 Yang bertanda tangan di bawah ini Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, menerangkan bahwa Hasil Penelitian dengan Judul "Keandalan MOE Apparent uotuk Menduga Kekuatan Kayu Bercacat akibat Lubang Bor" telah dicatat dan disimpan di Perpustakaan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan-IPB. Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Bogor, Ketua Dr. Ir. aresworo ugroho, MS IP. 131 849385

Keandalan MOE Apparent untuk Menduga Kekuatan Kayu Bercacat Akibat Lubang Bor oleh EFFEDI TRI BAHTIAR LABORATORIUM KETEKIKA KA YU FAKULTASKEHUTAA ISTITUT PERTAIA BOGOR 25

I. PEDAHULUA A. LATAR BELAKAG Hampir semua bahan hasil produksi alam maupun buatan manusia memilik,i keragaman dalam sifatnya. Kayu sebagai salah satu bahan yang diperoleh dari proses biologis bersama dengan interaksi berbagai faktor ekologis yang berbeda-beda antara lain dapat menyebabkan keragaman dalam sifat-sifatnya, meskipun pada contoh kecil bebas cacat sekalipun. Sifat-sifat kayu bervariasi tidak hanya antar pohon tetapi juga dalam sebatang pohon, pada arah horisontal maupun sepanjang batang pohon. Menurut Panshin dan De Zeew (197) keragaman antar pohon dapat mencapai sepuluh kali lebih besar dibandingkan dalam sebatang' pohon, atau sedikit lebih besar, atau kadang-kadang malah lebih kecil. Dikemukakan keragaman ini timbul dari kenyataan bahwa perbedaan sifat pohon di dalam jenis yang sarna tidak hanya disebabkan oleh perbedaan genetik tetapi juga oleh perbedaan lingkungan tempat tumbuhnya. Proses mengkonversi kayu bulat (log) menjadi kayu gergajian juga berpengaruh terhadap struktur kayunya. Contohnya serabut mungkin terpotong menjadi miring serat dan te~adi distorsi di sekitar mata kayu. Ini menyebabkan te~adinya keragaman yang lebih besar pada sifat-sifat mekanis kayu gergajian daripada kayu bulat. Umumnya makin kecil bidang aksial, keragamannya akan semakin besar. Selama pertumbuhannya pohon penghasil kayu mengalami pengaruh lingkungan sehingga menimbulkan kelainan berupa cacat-cacat kayu. Cacat kayu memberikan sumbangan yang besar terhadap keragaman sifat mekanis kayu karena dapat menurunkan atau menaikkan kekuatan kayu. Salah satu cacat yang memberikan pengaruh besar terhadap kekuatan kayu adalah mata kayu. Kayu yang sehat dan terikat kuat pada serabut di sekitarnya dapat menyebabkan kenaikan keteguhan tekan tegak lurus serat, kekerasan, dan keteguhan geser, tetapi dapat mengurangi keteguhan lentur dan tarik. Besarnya pengaruh mata kayu terhadap keteguhan kayu terutama disebabkan oleh perubahan arah orientasi serat di samping lokasi, ukuran, jumlah, bentuk, dan keadaannya. Mata kayu lepas (loose kno~ memberikan pengaruh lebih besar daripada mata kayu sehat (tight kno~ akibat pengurangan luas penampang kayu. Cacat-cacat kayu sering digunakan sebagai salah satu dasar penentuan kelas mutu kayu. Pemilahan visual memanfaatkan konsep ini dengan mengkonversi cacat-cacat kayu menjadi strength ratio sehingga dapat digunakan untuk mereduksi kekuatan kayu bebas cacat. Sementara itu pemilahan secara masinal dianggap sudah memasukkan pengaruh cacat sehingga pengukuran cacat-cacat kayu tidak diperlukan lagi.

B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk : 1. mengetahui pengaruh besamya mata kayu lepas terhadap kekakuan dan keteguhan lentur. 2. mengetahui' hubungan antara MOE Apparent yang diukur dengan Panter dan UTM Shimadzu, dan MOE true kayu 3. menentukan efektifitas MOE Apparent yang diukur dengan Panter dan UTM Shimadzu, dan MOE true dalam menduga keteguhan lentur kayu.

II. BAHA DA METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah papan kayu berukuran 9 x 2 x 17 em3. Sedangkan peralatan yang dipergunakan antara lain : Mesin Pemilah Panter, Universal Testing Machine merk Shimadzu, Kaliper, Mistar, Bor dengan mata bor berdiameter 1em dan 1.5 em. B. Metode Tahapan kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah : 1. Pembuatan sampel Sampe'l kayu berukuran 9 x 2 x 17 em3 dibor tepat di tengah bentang. Tiga buah sampel dibor dengan mata bor berukuran diameter 1 em, dan tiga buah dengan ukuran 1'.5 em. Sedangkan tiga buah sampellainnya berfungsi sebagai kontrol. 2. Pengujian dengan mesin pemilah Panter Modulus Elastisitas Apparent diukur dengan mesin pemilah Panter. Posisi kayu pada saat pengukuran MOE Panter adalah posisi tidur (flat wise) dengan beban tunggal di tengah bentang. (Gambar 1) MOE Panter dihitung dengan rumus : E f PI 3 4dhb =--3...(1) _ h b 3. Pengujian dengan UTM merk Shimadzu Gambar 1. Skema Pengujian dengan mesin pemilah panter UTM merk Shimadzu selain digunakan untuk mengukur MOE Apparent juga digunakan untuk mengukur MOE true dan Keteguhan Lentur (MaR). Metode yang digunakan adalah two point loading sebagaimana diatur dalam ASTM -198. (Gambar 2). MOE Apparent dihitung dengan rumus : P' a(3l2-4a 2 ) = 3...........(2) E f 4bh t!

MOE true dihitung dengan rumus : dan MOR dihitung dengan rumus : E = 3P'aL/..................(3) 4bh 3 /l Lb 3Pa SR = - - 2 bh.....................(4) PI2 PI2 Gambar 2. Skema Pengujian MOE Apparent dan MOE true dengan UTM merk Shimadzu

A. HASIL III. HASIL DA PEMBAHASA Berdasarkan praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel1. Hasil Pengukuran MOE Apparent, MOE True, dan MaR kayu Borneo Kode MOE Apparent (kg/cm2) MOE True MaR Panter Shimadzu (kg/cm2) (kg/cm2) A1 159,866 99,131 91,84 315, A2 135,374 13,952 1,2,479 593 A3 259,72 127,25 I 265,84 618 Rataan 184,987 11,36 153,122 59 B1 181,394 112,4 111,231 524 B2 164,578 79,337 88,532 461 B3 289,425 137,15 225,828 719 Rataan 211,799 19,497 141,863 568 C1 I 27,153 17,513 267,392 615 C2 298,426 126,689 197,91 645 C3 175,25 86,668 83,373 57 Rataan 247,943 16,957 182,892 61 B. PEMBAHASA Sebagai produk alam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal selama pembentukannya, kayu memiliki variasi yang sangat tinggi. Variasi tidak hanya terjadi antar species, tetapi juga antar pohon dalam satu species, bahkan antar bagian dalam satu batang pohon. Variasi kekuatan kayu antar bagian dalam satu batang pohon sebagian besar disumbangkan oleh cacat-cacat kayu selain posisinya di sebatang pohon. Salah satu cacat yang memberikan pengaruh sangat besar terhadap kekuatan kayu adalah mata kayu lepas (loose kno~. Gloss (1983) melaporkan bahwa mata kayu mempengaruhi keteguhan lentur sebesar.5, keteguhan tarik sejajar serat sebesar.6, dan keteguhan tekan sejajar serat sebesar.4. Dalam berbagai standar, mata kayu sering digunakan sebagai pembatas kelas mutu kekuatan kayu. PKKI I-5 tahun 1961 menyatakan bahwa diameter mata kayu untuk kelas mutu A maksimum 1/6 tinggi dan lebarnya atau 3.5 cm, sedangkan untuk kelas mutu Bdiameter mata kayu maksimum adalah y.. tinggi dan lebamya atau 5 cm. Apabila diameter mata kayu lebih besar dari y.. tinggi dan lebamya, atauilebih dari 5cm, maka kayu tersebut tidak layak digunakan untuk keperluan struktural'. Mata kayu mati mempengaruhi kekuatan kayu karena mengurangi luas permukaan yang menerima beban. Pengaruh mata kayu jauh lebih besar akibat perubahan arah serat di sekeliling' mata kayu. Miring serat di sekehiing mata kayu bisa sangat besar hingga mencapai 9. Salah satu pendekatan untuk menduga pengaruh mata kayu mati terhadap kekuatan adalah melalui pengeboran kayu dengan diameter tertentu sehingga memenuhi kriteria kelas mutu A, kelas mutu B, atau kelas mutu O. amun pengeboran memiliki keterbatasan karena :

1. Miring serat sebagai efek keberadaan mata kayu, tidak terwakili oleh pengeboran. 2. Pengeboran memotong serat-serat kayu. Hal ini tidak te~adi pada mata kayu. Dengan keterbatasan seperti itu, praktikum ini mencoba mencari pengaruh diameter bar pada kayu terhadap kekakuan dan keteguhan lentur kayu. Pada kayu tanpa lubang bor, MOE Apparent yang diukur dengan Universal Testing Machine merk Shimadzu rata-rata 11,36 kg/cm2, sedangkan pada kayu yang dibor dengan diameter 1 cm, dan 1.5 cm berturut-turut sebesar 19,497 kg/cm2 dan 16,957 kg/cm2. Sernakin besar cacat kayu akibat pengebaran, MOE Apparent semakin kecil. Hal ini dapat dimengerti karena lubang bar mengurangi penampang kayu yang menerima beban sehingga defleksi yang te~adi akan semakin besar. Defleksi ini bukan hanya diakibatkan oleh momen lentur tetapi juga oleh gaya geser. Gaya geser pada pengukuran MOE Apparent dengan mesin Shimadzu memberikan pengaruh cukup besar terhadap defleksi karena perbandingan tinggi dan bentang yang cukup besar. Gaya geser memberikan tambahan defleksi pada batang sehingga sesuai dengan persamaan 1 yang dimodifikasi menjadi persamaan 2, MOE Apparent selalu lebih kecil daripada MOE truenya. PL 3 PL 3 PL --=--+...(5) 48E f l 48El 4KGA _I =~+_I_(h/ LY...(6) E f E KG MOE true diukur dengan pengukuran defleksi dengan cara Two Point Loading, dan deflektometer diletakkan dengan jarak tepat pada dua titik beban, maka tidak ada pengaruh gaya geser. Defleksi yang terjadi mumi disebabkan oleh momen lentur. Akibatnya MOE true lebih tidak dipengaruhi cacat kayu lubang bar daripada MOE Apparent. MOE true pada kayu tanpa lubang bar, kayu dibor 1 cm dan 1.5 cm adalah 153,122 kg/cm2, 141,863 kg/cm2, dan 182,892 kg/cm2. MOE yang diukur dengan cara Panter temyata sangat mengherankan. MOE Panter justru semakin besar dengan meningkatnya diameter lubang bor. MOE Panter pada kayu tanpa lubang bor sebesar 184,987 kg/cm2, sedangkan yang dibor 1 cm dan 1.5 cm, sebesar 211,799 kg/cm2 dan 247,943 kg/cm2. Hal ini te~adi karena kesalahan pengambilan contoh karena kayu yang terambil untuk dibar dengan diameter besar temyata lebih kuat daripada yang tidak dibor. Hal ini terbukti pada Gambar 2. Akibat kesalahan dalam pemilihan contoh uji, kayu tanpa lubang bor memiliki kekuatan yang lebih rendah daripada kayu dengan lubang bor 1 cm maupun 1.5 cm. MOR kayu tanpa lubang bar adalah 59 kg/cm2, sedangkan yang berlubang bor 1 em adalah 568 kg/cm2 dan yang berlubang bor 1,5 cm adalah 61 kg/cm2.

('f) 3, (J) (j; (J) t- t- (J) 25, (J).. ('f) o:i - co 13 2, ('f) t oo t.. ~ (J).. 1-1 "<:t "<:t (J) ~ 15, ai.. cd w.... 1, ::Ill 5, 1.5 Diameter Lubang Bor (cm) Im MOE Apparent MOE True 8 MOE Panter I Gambar 1. Modulus Elastisitas Apparent, Modulus Elastisitas True, dan Modulus Elastisitas Panter kayu Borneo yang dibor dengan diameter 1cm, 1.5 cm, dan tanpa lubang bor. o.. 62 co 6 58 1 56 u C, 54.lI: - 52 a:: ~ 5 48 46 44 +---~~~~--~--~~~~~--~--~~~~--~ o 1 1.5 Diameter Lubang Bor (cm) Gambar 2. Modulus Patah (MOR) kayu Borneo yang dibor dengan diameter 1cm, 1.5 cm, dan tanpa lubang bor. Meskipun hubungan antara MOE Apparent baik yang diukur dengan cara Panter ataupun dengan UTM merk Shimadzu dengan MOE true sesuai dengan persamaan 5 yang dimodifikasi menjadi persamaan 6 tidaklah linier tetapi pada selang yang diukur (antara 1, kg/cm2 sampai 3, kg/cm2) persamaan linier cukup memadai. MOE Panter dapat menduga MOE true dengan koefisien determinasi sebesar 78%. Persamaan regresi antara MOE Panter dengan MOE true adalah : Etrue =1.1 MOE Panter -7771.................. (7) I

Dengan koefisien determinasi yang lebih rendah (54%) MOE Shimadzu dapat digunakan untuk menduga MOE true. Hubungan antara MOE true dan MOE Shimadzu dapat dinyatkan dengan persamaan : MOE Shimadzu =.1788E true + 8344...(8) Panter dapat pula digunakan untuk menduga MOE Apparent yang diukur dengan UTM mer1< Shimadzu meskipun dengan ketelnian yang lebih kasar. Persamaan regresi antara MOE Panter dan MOE Shimadzu adalah: MOE Shimadzu =.2338MOE Panter + 58575...... (9) dengan koefisien determinasi sebesar 6%. 3, w :E 25, Q) 2 ~ 2, c III " = 15, 'i 1, E :c U) w :E 5, Y =1.998x - 7771 R2 =.7797 1, 2, 3, 4, MOE Panter MOE Shimadzu MOE True - Linear (MOE Shimadzu) - Linear (MOE True) Gambar 3. Garis regresi antara MOE Panter dengan MOE Apparent dan MOE True yang diukur dengan UTM Shimadzu = 35, ~ 3, MOE Panter ~ 25,()()()' =.79x + 11977 I i w R2 =.7797 MOE Shimadzu 2, c III 15, - Linear (MOE Panter) " ~ S c 1, ~ - Linear (MOE III Q. Shimadzu) w 5, y =.1788x + 8344 :IE R2 =.5424 1, 2, 3, MOE True Gambar 3. Garis regresi antara MOE True dengan MOE Apparent yang diukur dengan UTM Shimadzu dan Panter

Ketiga macam MOE (MOE Panter, MOE Shimadzu, dan E true) memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda untuk menduga keteguhan patah kayu. Persamaan regresi antara MOE Panter, MOE Shimadzu, dan Etrue dengan MaR adalah sebagai berikut : MaR =.13 MOE Panter + 286.2... R2 =48% (1) MaR =.4 MOE Shimadzu + 125.52... R2 = 43% (11) MaR =.1 Etrue +46.68... R2 = 43% (12) Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Lab Keteknikan Kayu Fakultas Kehutanan IPS dan Puslitbang Pemukiman yang menghasilkan hubungan MOE Panter dengan MaR: MaR =18.56 +.31 MOE Panter...(13) Dan hubungan antara MOE Shimadzu dan MaR untuk kayu jenis campuran : MaR =-53.28 +.468 MOE Shimadzu...(14) I I 8 7-6 E 5 u- ~ 4 :: 3 :ii: 2 1 Y =.13x + 286.62 R2 =.4758 5, 1, 15, 2, 25, 3, 35, MOE Panter (kg/cm 2 ) Gambar 4. Garis Regresi antara MOE Apparent yang diukur dengan Panter dengan MaR

8 7 y =O.4x + 125.52 R~=..4259-6 5 5 i 4 - ~ 3 ::::I!i 2 1 O +-------.-------.-------.-------~------~ 5, 7, 9, 11, 13, 15, I MOE Shimadzu (kg/cm 2 ) Gambar 5. Garis Regresi antara MOE Apparent yang diukur dengan UTM Shimadzu dengan MOR 8 7 y =.1x + 41t48 ~R2~=~nA4~~9~ar-----~. - - 6 E 5 -.E ~ 4 ~ 3 ::::I!i 2 1 o +-------.-------.-------.-------~------~ 5, 1, 15, 2, 25, 3, MOE True (kgcm 2 ) Gambar 6. Garis Regresi antara MOE True yang diukur dengan UTM Shimadzu dengan MOR Praktikum ini memperlihatkan bahwa meskipun kayu mengalami cacat akibat lubang bor, MOE panter, MOE Shimadzu, dan MOE true masih dapat menduga MOR dengan baik. Dengan demikian MOE dapat digunakan dengan baik sebagai variabel pemilah kayu karena cacat-cacat kayu yang terkandung sekaligus dapat dideteksi dan kekuatan yang diduga adalah kekuatan kayu termasuk cacatnya. Pada prakteknya hal ini sangat menguntungkan karena cacat-cacat kayu tidak perlu diukur sehingga menghemat waktu pengukuran.

IV. KESIMPULA Pada praktikum ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh diameter lubang bor pada kayu belum dapat diketahui akibat ketidakseragaman contoh uji. 2. MOE Panter, MOE Shimadzu, dan MOE true saling berkorelasi erat pada selang 1. kg/cm2 sampai 3. kg/cm2, meskipun hubungan MOE true dengan MOE Apparent seharusnya tidak linier. 3. MOE Panter, MOE Shimadzu, dan MOE true secara terpisah dapat digunakan untuk menduga kekuatan kayu tanpa cacat maupun dengan cacat lubang bor.

Daftar Pustaka American Society for Testing and Materials. 22. Standard Test Methods of Static Test of Lumber in Structural Sizes. ASTM D 198-99. Easton, USA. Glos, P. 1994. Strength Grading. Dalam: Timber Engineering Step 1. Editor: HJ Bias, et.al/. Centrum Heut. etherland. Tjoa, P.H., FH Djokowahyono. Konstruksi Kayu. Penerbit Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Yap, F. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit Binacipta. Jakarta