Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai selesai. Penelitian

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April Aplikasi Udara Dingin Vortex Tubepada Pembubutan Baja ST 41 Menggunakan Pahat HSS

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2, Juli 2017 P-ISSN : E-ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

KAJIAN PEMBENTUKAN GERAM AISI 4140 PADA PROSES PEMESINAN KERAS, KERING DAN LAJU TINGGI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB I PENDAHULUAN. ( Magnesium ditemukan dalam 60

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum.

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN BERTEKANAN TINGGI TERHADAP GAYA POTONG, KEAUSAN TEPI PAHAT, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT MATERIAL AISI 4340

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

ABSTRAK KARAKTERISTIK CACAT KOMPOSIT EPOXY BERPENGUAT HYBRID ANYAMAN SERAT KARBON DAN SERAT BASALT PADA PERMESINAN DRILLING

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

Bab IV Data Pengujian

OPTIMALISASI GEOMETRI PAHAT HSS PADA PROSES FINISHING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DI MESIN BUBUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

JURNAL. PENGARUH VARIASI MERK PAHAT HSS (High Speed Steel) TERHADAP KEAUSAN PAHAT PADA MATERIAL ST 37

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

benda uji dengan perlakuan alkali 2,5% dengan suhu 30 0 C dan waktu 1 jam,

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru,28293 Indonesia

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)

ANALISA PENGARUH METODE PENDINGIN TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL (HSS) PADA PROSES END MILLING

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

Dosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D.

BAB III METODOLOGI. sebagian besar digambarkan dalam diagram alir, agar mempermudah proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancang Bangun Alat Bantu Potong Plat Bentuk Lingkaran Menggunakan Plasma Cutting

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

Karakterisasi Material Sprocket

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

PROSES PERMESINAN BUBUT PADA KACA

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

Transkripsi:

Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung Arinal.hamni.yahoo.com Abstrak Perkembangan ilmu terapan di bidang industri manufaktur terus bergerak hingga kemajuan teknologinya, salah satu bidang yang mengalami perkengan pesat itu adalah bidang permesinan. Proses permesinan yang dilakukan secara terus menerus misalnya pada pengeboran akan menyebabkan aus nya mata bor yang digunakan, karena adanya peningkatan suhu pemesinan. Penggunaan beberapa jenis cairan pendingin seperti dan minyak kelapa diharapkan dapat menurunkan suhu permesinan sehingga mengurangi keausan yang terjadi pada mata bor HSS yang digunakan. Diaplikasikan dengan cara menyemprotkan cairan pelumas secara terus-menerus pada permukaan benda kerja yang bersinggungan dengan mata bor pada kecepatan putaran (n) konstan pada 443 rpm, sedangkan variasi pada gerak makan (f) sebesar mm/rev, 8 mm/rev serta.24 mm/rev. Umur pakai mata bor yang didapat pada pengujian tanpa pelumas dengan putaran (n) = 443, gerak makan (f) = mm/rev serta nilai keausan mata bor (vb) =.3 mm adalah 2.2 menit. Untuk penggunaan dengan kecepatan putaran dan gerak makan yang sama, didapat umur pakai mata bor selama 4.71 menit atau meningkat sebesar 54%. Peningkatan itu dibandingkan pada proses pengeboran tanpa menggunakan cairan pelumas. Sedangkan dengan penggunaan minyak kelapa, umur pakai mata bor selama 4.5 menit atau meningkat sebesar 48%. Dengan demikian nampak jelas bahwa penggunaan cairan pelumas mampu menurunkan tingkat keausan mata bor, terutama pada penggunaan oi sintetis. Kata kunci: aus, HSS, suhu, pengeboran, pelumas. PENDAHULUAN Proses pengeboran sangat diperlukan dalam proses pemesinan, terutama pada pembuatan bagian yang berlubang dan membutuhkan ketelitian atau presisi. Pada proses ini, keadaan mata bor harus selalu diperhatikan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Temperatur pengeboran mempunyai pengaruh besar terhadap umur mata bor dan permukaan benda kerja. Oleh karena itu, dalam proses pemesinan temperatur mempunyai korelasi terhadap laju keausan pahat [1]. Keausan mata bor juga menentukan ketelitian produk yang dihasilkan. Gaya normal pengeboran dipengaruhi oleh parameter-parameter pemesinan yaitu geometri alat potong, kondisi pemesinan dan keausan alat potong. Keberadaan pendingin sangat diperlukan, karena gesekan antara mata bor dan benda kerja akan menghasilkan temperatur yang tinggi. Dimana keadaan itu dapat meningkatkan laju keausan yang semakin cepat. Pendinginan itu sendiri dapat berupa pelumasan, yang dapat menggunakan buatan pabrik serta minyak hasil olahan rumah tangga, misalnya minyak tumbuhan (minyak kelapa). Cairan diatas mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga kemampuan pelumasan yang dihasilkan berbeda pula. Keausan mata bor juga dapat menurunkan efisiensi pengeboran serta meningkatkan biaya produksi karena penggunaan mata bor yang boros. Umur alat potong merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan perkerjaan permesinan yang presisi, akurat dan surface finish. Dalam proses pemesinan kondisi pekerjaan pengeboran khususnya pahat bor HSS lebih cepat mengalami keausan tanpa diberi pelumas. Hasil yang didapat pada penelitian sebelumnya dengan oli sintesis sebagai pelumasnya berhasil mengurangi tingkat keausan pahat. Dari itulah penulis ingin mencoba membandingkan dengan minyak tumbuhan. Oleh sebab itu, penelitian ini akan membahas tentang aplikasi pelumas cairan untuk mengurangi tingkat keausan mata bor pada pengeboran pelat ASTM A111 dengan mata bor HSS. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pelat ASTM A 111, secara detail spesifikasi bahan sebagamana yang ditunjukan pada Table 1 dan Tabel 2. Pemesinan dilakukan menggunakan mesin bor tipe duduk, sedangakan pahat potong digunakan adalah jenis pahat High Speed Steels (HSS) merupakan paduan dari,75%-1,5% Carbon (C), 4%-4,5% Chromium (Cr), 1%-2% Tungsten (W) dan Molybdenum (Mo), 5% lebih Vanadium (V), dan Cobalt (Co) lebih dari 12% [2]. 12

Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Spesifikasi material pelat ASTM A 111 Komposisi kimia (%) C :,25 maks Mn : - P :,4 maks S :,5 maks Si :,4 maks Cu :,2 maks Tensile (min) 58-6 min Yield (min) 36. min sumber : Material steel plan PTPN VII Natar, 21. Tabel 2 Sifat Mekanik hot rolled steel sheets ASTM A111 Berat Spesifikasi (γ) 26 KN/m 3 Sumber [3] Elongation (%min) 2% min Sifat Mekanis Hot rolled steel sheets ASTM A111 Tegangan luluh y) 24 Mpa Tegangan batas ( u) 28 Mpa Kekuatan tarik 245 N/mm 2 Kekerasan Modulus elastisitas (E) 117 BHN 7 Gpa Kerapatan massa (ρ) 27 Kg/m 3 Beberapa alat uji digunakan antaranya adalah alat pengukuran aus pahat yaitu mikroskop mudah alih (travelling) dan alat ukur dimensi berupa mikro meter. Pengujian dilakukan setelah setting peralatan dilaksanakan termasuk kalibrasi peralatan yang digunakan. Pengukuran aus pahat dilakukan setelah setiap satu kali pemotongan, hingga mata pahat dinyatakan mencapai nilai aus sebesar.3 mm. Penelitian dilakukan dengan menggunakan variasi cairan pelumas dengan mengatur kecepatan putaran spindel utama pada kecepatan 443 rpm. Pemilihan kecepatan ini berdasarkan keefektifan pelumasan. Hal ini dilakukan karena pelumasan dibanjirkan secara manual sehingga kecepatan ini dipilih untuk menghindari percikan pelumas kesekitar area kerja. Jika putaran terlalu cepat, maka banyak pelumas yang terbuang dan berceceran [6]. Kemudian variasi gerak makan yang digunakan juga bervariasi antara,1 mm/putaran,,18 mm/putaran serta,24 mm/putaran dengan kedalaman lubang 1 mm. Gerak makan itu sendiri mengikuti adanya pilihan variasi yang ada pada mesin bor yang digunakan. Pengeboran itu sendiri meliputi pengeboran tanpa cairan pelumas, dengan pelumas serta pengeboran dengan pelumas minyak kelapa. Untuk, digunakan merek Mesran produksi Pertamina dengan nilai kekentalan antara 15 5 w. Sedangkan untuk minyak kelapa diolah dari kelapa kering segar. Yang diproses dengan cara sederhana dan tradisional. Gambar 1 menunjukkan hubungan gerak pemakanan terhadap waktu keausan tanpa cairan pelumas pada kondisi pemotongan dengan parameter yang bervariasi. Grafik tersebut menunjukan bahwa semakin besar gerak makan pada proses pengeboran, semakin cepat mata bor akan mengalami keausan. Waktu yang dialami mata bor hingga mencapai titik aus pada tiap laju pemakanan terlihat berbeda. Perbedaan waktu yang diperoleh didapat dari hasil perbandingan pada tiap-tiap laju pemakanan, yaitu waktu pakai mata bor pada laju pemakanan (f) = dibagi dengan waktu pakai mata bor pada laju pemakanan (f) = 8 kemudian dikalikan dengan 1 %, sehingga didapat nilai sebesar 49 %. Begitu juga untuk laju pemakanan (f) = 8 dan f =.24 didapat nilai sebesar 43 %. Sedangkan pada laju pemakanan (f) = dan f =.24 terjadi penurunan umur pakai mata bor yang sangat signifikan, kurang lebih sebesar 79 %. Itu terjadi akibat perbedaan gerak makan yang cukup besar [4]..35.3.25.2.5 f =,24mm/rev f =,18mm/rev f =,1mm/rev 1 2 3 Gambar 1 Grafik progres keausan mata bor pada tingkat kadar pemakanan yang berbeda tanpa cairan pelumas..35.3.25.2.5 1 2 3 4 5 f =,24mm/rev f =,18mm/rev f =,1mm/rev Gambar 2 Grafik progres keausan mata bor pada tingkat kadar pemakanan yang berbeda dengan pelumas minyak kelapa. Dapar dilihat bahwa kondisi keausan yang terjadi pada hasil pengeboran dengan menggunakan cairan pelumas berupa minyak kelapa. 13

Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Pada laju pemakanan (f) = dan f = 8 dengan selisih f sebesar.8 mm/rev terjadi penurunan umur pakai mata bor sebesar 48 %. Untuk f = 8 dan f =.24 dengan selisih f sebesar.6 mm/rev didapat nilai sebesar 38 %. Sedangkan untuk f = dan f =.24 dengan selisih f sebesar 4 mm/rev terjadi penurunan umur pakai mata bor sebesar 82 %. Penurunan yang signifikan juga diakibatkan perbedaan gerak makan yang sangat besar. Akan tetapi umur pakai mata bor hingga mencapai titik aus terlihat meningkat atau lebih tahan lama. Dengan adanya minyak kelapa yang digunakan sebagai cairan pelumas terbukti mampu secara efektif meningkatkan kinerja dalam proses permesinan. Itu ditunjukkan dengan semakin lama waktu yang diperlukan mata bor hingga mengalami keausan sebesar 48% lebih tahan lama dibandingkan tanpa menggunakan cairan pelumas. Sehingga lubang yang diperoleh dari hasil permesinan pengeboran lebih banyak daripada pada pengeboran tanpa menggunakan cairan pelumas. Pada percobaan dengan laju pemakanan (f) menjadi sebesar,24 mm/rev, didapat nilai keausan sebesar,3 mm dengan waktu yang pakai mata bor selama,82 menit. Banyaknya lubang yang dihasilkan sebanyak 9 lubang dengan waktu rata-rata pada setiap lubang selama,1 menit. Hasil yang didapat pada proses pengeboran dengan menggunakan sebagai cairan pelumas menunjukkan hasil yang lebih baik dari pelumasan dengan minyak kelapa maupun pengeboran tanpa cairan pelumas. Hal ini disebabkan telah mengalami penambahan zat tertentu yang berfungsi melumasi komponen peralatan permesinan hingga dapat mengurangi gaya gesek antara mata bor dan benda kerja [5]..35.3.25.2.5 f =,24mm/rev f =,18mm/rev f =,1mm/rev 2 4 6 Gambar 3 Grafik progres keausan mata bor pada tingkat kadar pemakanan yang berbeda dengan pelumas. Waktu pakai mata bor pada laju pemakanan (f) =,1 mm/rev dengan pelumas menunjukkan nilai yang paling besar dibandingkan dengan hasil percobaan yang lain. Dalam persentase, perbandingan waktu pakai mata bor pada laju pemakanan (f) = mm/rev dan (f) = 8 mm/rev terjadi penurunan sebesar 44 %. Kemudian untuk perbandingan antara laju pemakanan (f) = 8 mm/rev dan (f) =.24 mm/rev, penurunan umur pakai sebesar 39 %. Sedangkan untuk laju pemakanan (f) = mm/rev dan f =.24 mm/rev nilai penurunan sebesar 83 %. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa pelumasan menggunakan oli sintetis dapat meningkatkan nilai efektifitas mata bor dengan mengurangi gesekan antara mata bor dan benda kerja sehingga umur pakai mata bor menjadi lebih panjang dan tahan lama serta mampu menekan tingginya biaya produksi yang diperlukan. Hasil ini juga dapat menjadi referensi pada pengerjaan pengeboran yang akan dilakukan selanjutnya. Gambar 4 menunjukan gambar geram yang dihasilkan pada proses pengeboran pelat ASTM A111. Yaitu pengeboran tanpa pelumas, pengeboran dengan pelumas serta pengeboran dengan pelumas minyak kelapa. Perbedaan ketiganya dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4 berikut adalah geram yang dihasilkan pada proses pengeboran Gambar pertama menunjukkan geram yang dihasilkan pada proses pengeboran tanpa pelumas. Geram tersebut berbentuk serpihan kecil putus-putus, getas dan mudah patah serta berwarna kehitamhitaman akibat adanya panas yang ditimbulkan gaya gesek antara benda kerja dan mata bor. Geram tersebut mengalirkan panas keluar dari lubang yang dihasilkan pada proses pengeboran. Gambar selanjutnya adalah geram hasil pengeboran dengan menggunakan minyak kelapa sebagai pelumasnya. Tampak lebih panjang dan tidak putus-putus, karena tingkat keausan mata bor yang kecil. Sedangkan gambar ketiga untuk geram yang dihasilkan pada pengeboran menggunakan mempunyai ciri-ciri yang lebih panjang dan lebih tipis daripada 14

Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 geram hasil permesinan tanpa menggunakan cairan pelumas. Tekstur permukaannya juga lebih halus serta berwarna sesuai dengan material induknya..35.3.25.2.5 minyak kelapa tanpa pelumas 1 2 3 4 5 Gambar 5 Grafik pengaruh variasi pelumas terhadap umur pakai mata bor dengan gerak makan f =,1 mm/rev. Dari Gambar 5 tampak penggunaan sebagai cairan pelumas mampu membuat mata bor lebih tahan lama digunakan. Hal ini terlihat dari waktu yang dialami mata bor hingga mencapai batas keausan hingga 5 menit. Untuk penggunaan minyak kelapa mencapai 4 menit. Sedangkan tanpa menggunakan pelumas hanya selama 2 menit. Penurunan umur pakai yang terjadi antara penggunaan dan minyak kelapa tidak terlalu besar, berkisar 12 %. Untuk penurunan umur pakai mata bor dengan menggunakan sebagai cairan pelumas dan tanpa cairan pelumas adalah sebesar 54 %. Sedangkan penggunaan minyak kelapa dan tanpa pelumas sebesar 48 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya cairan pelumas dapat menurunkan umur pakai mata bor yang digunakan. Gambar 6 menunjukan grafik pengaruh pelumas yang digunakan terhadap waktu pakai mata bor pada kondisi gerak makan sebesar 8 mm/rev. Telah dibahas sebelumnya pada laju pemakanan (f) = mm/rev, kesimpulan yang sama juga didapat pada f sebesar 8 mm/rev. Dimana tampak jelas penggunaan sebagai pelumas mampu memperpanjang umur pakai mata bor. Hal itu diikuti dengan penggunaan minyak kelapa yang juga mampu memperpanjang umur pakai mata bor..35.3.25.2.5 Gambar 6 Grafk pengaruh variasi cairan pelumas terhadap waktu pakai mata bor dengan gerak makan f sebesar,18 mm/rev..35.3.25.2.5 minyak kelapa tanpa pelumas.5 1 1.5 2 2.5 minyak kelapa tanpa pelumas.2.4.6.8 1 Gambar 7 Grafik pengaruh variasi pelumas terhadap waktu pakai mata bor dengan gerak makan f =,24 mm/rev. Gambar 7 menunjukan grafik persentase penurunan umur pahat antara penggunaan dan minyak kelapa sebesar 7 %. Oli sintetis dan tanpa pelumas sebesar 53 %, serta minyak kelapa dan tanpa pelumas sebesar 51 %. Pada Tabel 18 serta gambar 14 yaitu pada f =.24 mm/rev didapat nilai penurunan umur mata bor dengan cairan pelumas oli sintetis dan minyak kelapa sebesar 8 %. Oli sintetis dan tanpa pelumas sebesar 48 %, serta minyak kelapa dan tanpa pelumas sebesar 44 %. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan pelumas masih berada pada level yang terbaik dalam meningkatkan efektifitas mata bor HSS dalam percobaan yang dilakukan. Sedangkan untuk hasil dari penggunaan minyak kelapa juga cukup baik, hanya sedikit saja perbedaan yang terlihat dari penggunaan. Kekurangan minyak kelapa ini kemungkinan terjadi karena pengolahannya masih sangat sederhana dan tanpa adanya penambahan zat kimia lainnya. Tetapi berdasarkan perhitungan nilai ekonomis, maka minyak kelapa dapat dikatakan sebagai pelumas yang paling efektif digunakan. 15

Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Selain harganya murah juga tidak ada efek samping yang ditimbulkan. Jika menggunakan akan terbentuk kepulan asap yang dapat mengganggu kesehatan, hal itu tidak terjadi ketika menggunakan minyak kelapa sebagai pelumasnya. KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan, didapat beberapa kesimpulan antara lain: 1. Penggunaan cairan pelumas sangat berpengaruh terhadap keausan mata bor yang ditunjukkan pada umur pakai mata bor tersebut hingga mencapai batas kritis keausan. Dimana batas kritis yang dimaksud adalah sebesar.3 mm. Cairan pelumas dapat mengurangi panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara benda kerja dan mata bor. 2. Oli sintetis mempunyai daya pelumasan yang lebih baik daripada minyak kelapa. 3. Peningkatan umur pakai mata bor dengan menggunakan sebagai cairan pelumas mencapai 54 % atau 2,69 menit. Sedangkan dengan menggunakan minyak kelapa didapat peningkatan sebesar 48 % atau 2,3 menit. DAFTAR PUSTAKA [1] Kalpakjian, S. and Schmid R.S., 21,. Manufacturing Engineering and Technology. 4 rd edition. Prenctice Hall. London [2] Childs,T. and Maekawa, K., 2, Metal Machinning Theory and Aplications. New York - Toronto [3] Makmur. H, 21. Analisa Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Umur Pahat HSS pada pembubutanbaja Amutit K 46. Jakarta [4] Waluyo,.J., 21, Pengaruh Spindel Utama Mesin Bor Terhadap Keausan Pahat Bor dan Parameter Pengeboran pada Proses Pengeboran dengan Bahan Baja. Jakarta [5] Taufiq, T., 1993,. Proses Pemesinan. ITB. Bandung. [6] Asyari. D., 29, Proses Produksi II. Universitas Darma Persada. Jakarta. 16