BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor, baik itu berupa sepeda motor ataupun mobil. Masyarakat Indonesia

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Sesuai dengan undang undang dasar 1945 Alenia IV yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR V 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan majunya perkembangan yang sedang dilakukan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi pelayanan publik yang diselenggarakan oleh 3 instansi

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. infrastruktur negara yang lebih baik, membuat kelestarian lingkungan hidup dan

PEMERINTAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 56 TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Pada umumnya negara. pendapatan yang besar untuk kesejahteraan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penyerahan kewenangan ini bermaksud untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari penerimaan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri, dengan

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. swasta saat ini tengah berlomba untuk meningkatkan pelayanan agar lebih

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

Kata Kunci: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai daerah otonom, maka daerah berhak untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pembagian pajak menurut pemungutnya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) PADA KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB II PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 55 TAHUN 2001

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah dan dilandasi Peraturan Undang-Undang sebagai

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 076 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

TRI MUSTIKA SARI. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. Jl.Nakula, No Semarang PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN. terdapat berbagai fungsi yang saling terkoordinasi. Struktur organisasi tersebut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan suatu daerah. Pendapatan daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian pelaksanaan otonomi daerah. Pendapatan daerah dapat bersumber dari pendapatan asli daerah dan pendapatan dari pemerintah pusat. Sumber penerimaan asli daerah dapat berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Pemerintah daerah dalam meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian di daerah diperlukan penyediaan sumbersumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian tersebut dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan pajak, penyempurnaan dan penambahan jenis pajak, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dari sektor pajak daerah. Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak yang mengatur pajak daerah sesuai dengan pembagian

2 administrasi daerah, pajak daerah dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) dan Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten dan Kota). Pajak yang menjadi hak Pemerintah Daerah Tingkat I salah satunya adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dimana jenis Pajak Daerah Tingkat I terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh penulis akan lebih memfokuskan pada Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang merupakan salah satu Pajak Daerah Tingkat I. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat yang bergerak. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas pemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak pusat yang diserahkan kepada daerah yang diatur melalui Peraturan Pemerintah tentang pajak daerah. Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan keuangan, dimana dasar pengenaan ini selalu ditinjau kembali setiap tahun. Keputusan mengenai dasar pengenaan PKB selanjutnya ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Gubernur daerah Propinsi

3 juga dapat menetapkan dasar pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri. Pajak Kendaraan Bermotor dipungut di wilayah tempat kendaraan bermotor terdaftar. Sistem pemungutan PKB ini dilaksanakan dengan Si stem Administrasi Manunggal di Bawah Satu Atap yang dikenal dengan SAMSAT. SAMSAT Kota Yogyakarta merupakan Kantor Bersama yang terdiri dari tiga unsur penting yaitu Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah, Dinas Pendapatan Propinsi dan PT. Jasa Raharja. Perkembangan kendaraan bermotor yang sangat pesat dan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor, hal tersebut membuat keinginan masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor semakin meningkat. Jumlah kepemilikan kendaraan bermotor yang semakin meningkat di Kota Yogyakarta, mengakibatkan terjadinya peningkatan penerimaan di sektor Pajak Kendaraan Bemotor. Masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor diwajibkan untuk membayar pajak kendaraan bermotor. Masyarakat dalam hal ini disebut sebagai wajib pajak yang diharuskan melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta. Dalam pelaksanaan pembayaran PKB, wajib pajak harus mengetahui persyaratan dan prosedur pada saat pembayaran PKB. Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta terdapat berbagai aktivitas yang terjadi, seperti pembuatan dan perpanjangan STNK, pembayaran dan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), serta pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

4 Dalam pelaksanaan prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor, para petugas dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas administrasi dan operasional secara profesional. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan cepat bagi Wajib Pajak serta tetap dapat membuat laporan pendapatan pajak yang lebih baik dan akurat. Sistem pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor harus dilakukan dengan efektif agar tidak terjadi penyimpangan atau kesalahan terhadap prosedur maupun dokumen-dokumen dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor. Prosedur pemungutan PKB agar berjalan dengan lancar maka harus diimbangi dengan usaha yang lebih efektif, baik dalam sistem pencatatan atau pengolahan data, sistem administrasi maupun kebijaksanaan dalam prosedur pemungutan PKB itu sendiri, oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian internal agar dalam pelaksanaan prosedur pemungutan PKB dapat berjalan dengan baik dan efektif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta bahwa dengan bertambahnya jumlah wajib pajak yang melakukan pembayaran PKB, maka akan semakin banyak pula tugas yang dilakukan oleh para petugas dalam pelayanan pemungutan PKB. Hal tersebut memungkinkan adanya kendala atau masalah yang terjadi dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor. Misalnya kesalahan dalam pelaksanaan pemungutan PKB, kesalahan itu dapat disebabkan oleh faktor kelalaian atau kesengajaan yang dilakukan oleh petugas. Dengan demikian dalam pelaksanaan Pemungutan PKB diperlukan

5 pengendalian internal yang baik dalam Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta agar dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai sistem pengendalian internal atas pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor sehingga mengambil judul Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah sistem pengendalian internal yang telah dilaksanakan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sudah berjalan dengan baik? 2. Apakah sistem pengendalian internal yang telah dilaksanakan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sudah dilaksanakan dengan efektif? 1.3.Batasan Masalah Untuk menghindari permasalahan pengujian pengendalian yang terlalu luas, maka penulis memberikan batasan dalam penelitian sebagai berikut:

6 1. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta. 2. Penelitian ini menggunakan unit sampel dan populasi pada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor, khususnya Perpanjangan STNK 5 Tahunan dan Penerimaan PKB. Dokumen yang digunakan untuk Perpanjangan STNK 5 Tahunan adalah SPPKB, SKPD dan STNK. Dokumen yang digunakan untuk Penerimaan PKB adalah Rekapitulasi Penerimaan PKB, BBNKB, SWDKLLJ, dan Tunggakan (Harian), Tanda Bukti Penerimaan (PU), Tanda Bukti Penerimaan (BN), Surat Tanda Setoran (PKB dan BBNKB), dan Surat Tanda Setoran (SWDKLLJ). Unit sampel dan populasi yang digunakan pada periode 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2006. 3. Kriteria sistem pengendalian internal yang baik dipenuhi apabila hasil penilaian terhadap setiap unsur pengendalian internal menunjukkan bahwa (Mulyadi 1992 : 87-91; Indra Bastian, 2006:450): a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.

7 c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap bagian organisasi. d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. 4. Apabila sistem pengendalian internal yang ada di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta sudah baik, maka dilakukan pengujian pengendalian terhadap pelaksanaan sistem pengendalian internal pemungutan PKB khususnya terhadap Perpanjangan STNK 5 Tahunan dan Penerimaan PKB. Sistem pengendalian internal dikatakan efektif apabila setelah dilakukan pengujian pengendalian dengan attribut sampling hasil yang diperoleh AUPL (achired upper precision limit) DUPL (decired upper precision limit). Jika hasil yang diperoleh AUPL > DUPL maka sistem pengendalian internal dikatakan tidak efektif. 1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengevaluasi sistem pengendalian internal pemungutan PKB khususnya terhadap prosedur Perpanjangan STNK 5 Tahunan dan Penerimaan PKB yang diterapkan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta sudah berjalan baik atau belum dan sudah dilaksanakan dengan efektif atau belum. Hal ini dimaksudkan untuk memberi masukan bagi Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta apabila ditemukan adanya kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian yang diterapkan.

8 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta Memberikan masukan dan informasi bagi Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta guna meningkatkan pengendalian internal atas pemungutan PKB. 2. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk mempelajari dan mengetahui tentang sistem pengendalian internal dalam pemungutan PKB. 3. Bagi Pembaca Memberikan gambaran tentang praktik pemungutan PKB khususnya penerapan Pemungutan PKB di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta. 1.6. Metodologi Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta di Jalan Tentara Pelajar No 13 Yogyakarta. 2. Jenis Data Data yang digunakan adalah data primer yang berupa hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian dan data sekunder dengan mempelajari dan mengolah

9 data yang diperoleh dari dokumentasi dan catatan yang ada di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta. 3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi lapangan dengan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada orang yang diberi wewenang untuk memberikan data. b. Observasi Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan pemungutan PKB khususnya terhadap prosedur Perpanjangan STNK 5 Tahunan dan Penerimaan PKB. c. Kuesioner Untuk mempelajari sistem pengendalian internal objek yang diperiksa, digunakan daftar pertanyaan yang diisi oleh pihak yang berwenang. d. Inspeksi Inspeksi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dokumendokumen yang terkait dengan penelitian. 4. Metode Analisis Data a. Analisis Kualitatif

10 Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi apakah sistem pengendalian internal pemungutan PKB di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta sudah berjalan baik atau belum. Analisis ini dilakukan dengan mengevaluasi bukti dengan cara mengevaluasi setiap unsur yang ada pada sistem pengendalian internal dengan sistem pengendalian internal yang telah dilaksankan oleh Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta, yang meliputi: 1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. 3) Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tiap bagian organisasi. 4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. b. Analisis Kuantitatif Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan sistem pengendalian internal pemungutan PKB yang ada telah dilaksanakan dengan efektif. Jika hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal yang diterapkan telah berjalan dengan baik. Maka langkah

11 selanjutnya adalah melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian yang dilakukan dengan metode statistik yaitu attribut sampling untuk mendapatkan keyakinan bahwa sistem pengendalian internal benar-benar telah dilaksanakan secara efektif. Metode sampling yang digunakan adalah stop-or-go sampling, karena menurut informasi yang didapatkan dari hasil wawancara, sebagai contoh dalam pelaksanaan sistem pemungutan PKB pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta. Misalnya, pada saat wajib pajak melakukan perpanjangan STNK akan mendapatkan Resi Pembayaran setelah kelengkapan syarat dipenuhi. Resi pembayaran diisi oleh petugas di Loket Penetapan Kantor Bersama SAMSAT. Resi Pembayaran yang terdiri dari dua bagian, salah satu bagian akan dipotong dan diberikan kepada wajib pajak dan untuk petugas itu sendiri. Resi pembayaran harus diperiksa oleh petugas dan wajib pajak apabila terjadi kesalahan dalam pengisian data. Misalnya, dalam pengisian data terjadi kesalahan seperti pada identitas kendaraan bermotor, merk kendaraan bermotor yang benar adalah Honda tetapi yang tercetak dalam resi pembayaran adalah Suzuki. Maka wajib pajak harus melaporkan kesalahan tersebut kepada petugas penetapan. Sehingga kesalahan yang terjadi dalam pengisian

12 data dapat dihentikan. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya kesalahan. Dalam stop-or-go sampling ini, jika akuntan tidak menemukan jumlah penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan sampelnya (Mulyadi, 1992: 173) Langkah-langkah dalam stop-or-go sampling sabagai adalah berikut (Mulyadi, 2002 : 261) : a. Menentukan atribut-atribut yang diperiksa b. Menentukan Desired Upper Precision Limit (DUPL) dan tingkat keandalan. Tingkat keandalan yaitu probabilitas benar dalam mempercayai sistem pengendalian internal sebesar 95%, karena sistem pengendalian yang ada di Kantor Bersama SAMSAT sudah baik dan penentuan batas ketetapan atas yang diinginkan sebesar 5% karena kepercayaan terhadap pengendalian internal cukup besar. c. Menggunakan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk pengujian kepatuhan guna menentukan sampel yang pertama yang harus diambil pada tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian kepatuhan dengan tingkat keandalan 95% dan DUPL 5%. Besarnya sampel minimum adalah 60.

13 d. Membuat Tabel stop-or-go decision Pengendalian sampel dihentikan apabila AUPL DUPL. Jika dari pemeriksaan AUPL > DUPL, maka perlu penambahan jumlah sampel yang diperoleh karena kriteria sampling belum tercapai. e. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel, meliputi: - Menghitung jumlah kesalahan atau penyimpangan dalam sampel - Menghitung batas kesalahan maksimal dalam sampel - Menganalisis penyimpangan yang terjadi Analisis dilakukan dengan membandingkan antara AUPL dengan DUPL untuk menilai apakah sistem pengendalian efektif atau tidak. Jika AUPL DUPL maka sistem pengendalian efektif, sebaliknya jika AUPL > DUPL maka sistem pengendalian internal tidak efektif. 1.7. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah,

14 tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Pajak Kendaraan Bermotor dan Sistem Pengendalian Internal Bab ini berisi uraian dan teoritis studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian yang akan digunakan sebagai landasan berpikir bagi penulis dalam menganalisis data yang diperoleh dan permasalahan yang akan diteliti Bab III Gambaran Umum Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta Bab ini berisi tentang gambaran umum Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta dan Sistem Pemungutan PKB di Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta Bab IV Hasil Penelitian Bab ini berisi hasil penelitian dan analisis data mengenai sistem pengendalian internal yang telah dilakukan oleh Kantor Bersama SAMSAT Kota Yogyakarta dalam pemungutan PKB. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang diperlukan.