SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /SEOJK.05/2017

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /SEOJK.05/2017

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/2018 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN BAGI PERUSAHAAN ASURANSI BERBENTUK BADAN HUKUM USAHA BERSAMA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Direksi Perusahaan Reasuransi; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

) program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) 4) program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu)

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/11/PBI/2013 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - pengurus sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan mengenai perkoperasian;

TENTANG LAPORAN AKTUARIS TAHUNAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH

penerimaan atau penolakan pertanggungan dan/atau klaim

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/SEOJK.05/2016 TENTANG

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31/SEOJK.05/2015 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PRODUK DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

-5- Laporan Bulanan paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak. ditetapkannya sanksi administratif berupa teguran tertulis ketiga.

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan.

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /SEOJK.05/2015 TENTANG PELAPORAN DATA RISIKO ASURANSI

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

Yth. Pengurus Dana Pensiun di tempat.

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MELALUI KERJA SAMA DENGAN BANK

c. Penjelasan mengenai deviasi atas realisasi Rencana Bisnis, seperti penyebab dan kendala yang dihadapi.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas.

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PELAKSANAAN PENEMPATAN REASURANSI/RETROSESI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

Bagian I Laporan Realisasi Rencana Bisnis dan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Komisaris Untuk Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi

-2- pada Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan, atau Perusahaan Penjaminan.

Transkripsi:

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; 3. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah; dan 4. Direksi Perusahaan Reasuransi Syariah, di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PERSETUJUAN PENEMPATAN INVESTASI DAN BUKAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN REASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH Sehubungan dengan amanat ketentuan: 1. Pasal 16 ayat (5) dan Pasal 21 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor.../POJK.05/2016 tanggal... tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, dan 2. Pasal 19 ayat (5) dan Pasal 23 ayat (4) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor.../POJK.05/2016 tanggal... tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Prinsip Syariah, perlu diatur ketentuan mengenai tata cara pengajuan dan persetujuan: 1. penempatan investasi yang melebihi batasan; dan 2. penempatan atas aset yang diperkenankan dalam bentuk bukan investasi pada: a. aset reasuransi yang bersumber dari perjanjian kontrak jangka panjang (longterm contract) program reasuransi dukungan modal (capital oriented reinsurance); atau b. pada biaya akuisisi yang ditangguhkan (deferred acquisition cost); bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut:

I. KETENTUAN UMUM Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi baik yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas maupun bukan perseroan terbatas, termasuk yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. 2. Pihak adalah orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 3. Pihak Yang Terafiliasi adalah adalah Pihak yang memiliki hubungan dengan satu atau lebih Pihak lain, sedemikian rupa sehingga salah satu Pihak dapat mempengaruhi pengelolaan atau kebijakan dari Pihak yang lain atau sebaliknya 4. Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi yang selanjutnya disingkat disebut PAYDI adalah produk asuransi yang paling sedikit memberikan perlindungan terhadap risiko kematian dan memberikan manfaat yang mengacu pada hasil investasi dari kumpulan dana yang khusus dibentuk untuk Produk Asuransi baik yang dinyatakan dalam bentuk unit maupun bukan unit. 5. Investee adalah Pihak Terafiliasi tempat Perusahaan menempatkan investasi. 6. Tingkat Solvabilitas adalah selisih antara jumlah Aset Yang Diperkenankan dikurangi dengan jumlah liabilitas. 7. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. II. PENEMPATAN INVESTASI YANG WAJIB MENDAPAT PERSETUJUAN DARI OTORITAS JASA KEUANGAN Perusahaan wajib mendapat persetujuan dari OJK apabila Perusahaan akan melakukan penempatan investasi yang melebihi batasan. Adapun jenis investasi yang dimaksud adalah penempatan seluruh investasi pada: 1. penyertaan langsung yang melebihi 10% (sepuluh per seratus) dari

jumlah investasi; 2. pihak terafiliasi dengan Perusahaan yang melebihi 25% (dua puluh lima per seratus) dari jumlah investasi; dan/atau 3. pihak terafiliasi namun pihak tersebut tidak terafiliasi dengan Perusahaan yang melebihi 25% (dua puluh lima per seratus) dari jumlah investasi. III. TATA CARA PENGAJUAN DAN PERSETUJUAN PENEMPATAN INVESTASI YANG WAJIB MENDAPAT PERSETUJUAN OJK 1. Perusahaan mengajukan permohonan kepada OJK terhadap penempatan investasi perusahaan yang melebihi batasan pada: a. penyertaan langsung; b. pihak yang terafiliasi dengan Perusahaan; dan/atau c. pihak yang terafiliasi namun pihak tersebut tidak terafiliasi dengan Perusahaan; paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sebelum penempatan investasi dilakukan. 2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a paling kurang memuat: a. kondisi dan proyeksi keuangan Perusahaan termasuk proyeksi kecukupan permodalan sebelum dan sesudah penempatan investasi; b. hasil analisis profil risiko Perusahaan, sebelum dan sesudah penempatan investasi, baik secara individual maupun konsolidasi; c. sumber pendanaan Perusahaan untuk melakukan penempatan investasi; d. surat pernyataan dari direksi Perusahaan yang menyatakan bahwa penempatan investasi yang dilakukan adalah dalam rangka investasi jangka panjang dan tidak dimaksudkan untuk jual beli saham; e. sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh Perusahaan berupa standar prosedur operasional atau dokumen lainnya; f. hasil analisis mengenai profil Investee, termasuk dukungan dan manfaat Investee tersebut terhadap perkembangan Perusahaan; g. laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit dan laporan keuangan 3 (tiga) bulan terakhir, serta proyeksi keuangan 3 (tiga) tahun ke depan dari Investee;

h. struktur kepemilikan dan kepengurusan terakhir Investee; i. identitas dari pemegang saham mayoritas atau pihak yang melakukan pengendalian terhadap Investee atau pihak lain yang akan melakukan penempatan investasi bersama-sama dengan Perusahaan; j. perjanjian dan/atau konsep perjanjian: 1) antar pemegang saham Investee; dan/atau 2) antara Perusahaan dengan pemegang saham Investee yang menjual saham kepada Perusahaan k. fotokopi akta pendirian badan hukum dan anggaran dasar Investee; 3. Dalam hal Investee merupakan perusahaan yang didirikan belum mencapai 1 tahun periode laporan keuangan, dokumen sebagaimana angka 2 huruf g tidak diperlukan namun Perusahaan wajib menyampaikan dokumen lainnya sebagai berikut : a. tujuan pendirian perusahaan; b. studi kelayakan mengenai perkiraan usaha (business forecasting) dan peluang pasar Investee; c. akte pendirian dan anggaran dasar Perusahaan; dan d. dokumentasi persetujuan pendirian atau izin usaha Investee dari otoritas yang berwenang. 4. Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b dan huruf c paling kurang memuat: a. kondisi dan proyeksi keuangan Perusahaan termasuk proyeksi kecukupan permodalan 1 (satu) tahun sebelum dan 3 (tiga) tahun sesudah penempatan investasi; b. hasil analisis profil risiko Perusahaan, sebelum dan sesudah penempatan investasi, baik secara individual maupun konsolidasi; c. sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh Perusahaan berupa standar prosedur operasional atau dokumen lainnya; d. identitas dari pemegang saham mayoritas atau pihak yang mempengaruhi pengelolaan atau kebijakan terhadap Investee atau pihak lain yang akan melakukan penempatan investasi bersamasama dengan perusahaan; dan e. daftar jenis investasi yang ditempatkan pada pihak terafiliasi sebelum dan sesudah penempatan investasi beserta persentase dan nominalnya. 5. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 2, angka 3

dan/atau angka 4, apabila dianggap perlu, OJK dapat meminta agar Perusahaan menyampaikan hasil uji tuntas (due dilligence) dan/atau dokumen pendukung lainnya. 6. Perusahaan wajib menyampaikan surat pernyataan yang menjamin kebenaran dokumen dan data sebagaimana dimaksud dalam angka 2, angka 3, dan/atau angka (4) yang disampaikan dalam rangka permohonan persetujuan penempatan investasi. 7. Persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan penempatan investasi akan diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja dihitung sejak tanggal diterimanya dokumen permohonan secara lengkap. 8. Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan diberikan oleh OJK, Perusahaan tidak merealisasikan penempatan investasi maka persetujuan OJK menjadi tidak berlaku. 9. OJK berdasarkan permohonan Perusahaan, dapat memperpanjang jangka waktu pelaksanaan penempatan investasi. 10. Perusahaan wajib menyampaikan laporan realisasi penempatan investasi paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah penempatan investasi dilakukan. 11. OJK dapat mencabut persetujuan atau memerintahkan Perusahaan untuk menunda penempatan investasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 apabila sebelum pelaksanaan realisasi penempatan investasi tersebut terdapat perubahan struktur kepemilikan dan kepengurusan, penurunan kondisi keuangan perusahaan, atau adanya keputusan instansi terkait yang berpengaruh terhadap Perusahaan. IV. ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK BUKAN INVESTASI YANG WAJIB MENDAPAT PERSETUJUAN DARI OTORITAS JASA KEUANGAN Perusahaan wajib mendapat persetujuan dari OJK apabila Perusahaan akan menggunakan aset yang diperkenankan dalam bentuk bukan investasi yaitu untuk jenis dan ketentuan sebagai berikut: 1. aset yang bersumber dari perjanjian kontrak jangka panjang (longterm contract) program reasuransi dukungan modal (capital oriented reinsurance), dengan ketentuan: a. hanya untuk setiap PAYDI baru yang biaya akusisinya dibayarkan terlebih dahulu oleh Perusahaan (back end loading);

b. Perusahaan yang telah mengakui aset yang timbul dari perjanjian program reasuransi dukungan modal (capital oriented reinsurance) untuk satu PAYDI maka tidak diperkenankan mengakui aset biaya akuisisi yang ditangguhkan (deferred acquisition cost) atas PAYDI yang sama; dan c. untuk setiap perjanjian program reasuransi dukungan modal (capital oriented reinsurance) harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari OJK; dan/atau 2. biaya akuisisi yang ditangguhkan (deferred acquisition cost), dengan ketentuan: a. hanya dapat dilakukan untuk PAYDI yang biaya akuisisinya dibayarkan terlebih dahulu oleh Perusahaan (back-end loading); b. Perusahan yang telah mengakui aset biaya akuisisi yang ditangguhkan atas PAYDI maka tidak diperkenankan mengakui aset yang timbul dari perjanjian program reasuransi dukungan modal (capital oriented reinsurance) untuk satu produk PAYDI yang sama; dan c. Setiap pembentukan biaya akuisisi yang ditangguhkan (deferred acquisition cost) untuk masing-masing produk PAYDI harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari OJK. V. TATA CARA PENGAJUAN DAN PERSETUJUAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK BUKAN INVESTASI YANG WAJIB MENDAPAT PERSETUJUAN OTORITAS JASA KEUANGAN 1. Perusahaan mengajukan permohonan untuk memperoleh persetujuan atas: a. aset yang bersumber dari perjanjian kontrak jangka panjang (longterm contract) program reasuransi dukungan modal (capital oriented reinsurance); dan/atau b. biaya akuisisi yang ditangguhkan (deferred acquisition cost). kepada OJK paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum transaksi dilakukan. 2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a paling kurang memuat: a. Konsep perjanjian antara Perusahaan Asuransi dengan pihak lain

beserta mekanisme implementasi dari perjanjian tersebut yang paling kurang memuat: 1) risiko asuransi yang terkait dengan polis-polis yang direasuransikan dialihkan kepada perusahaan reasuransi; 2) kemungkinan yang wajar bahwa sejak tanggal mulainya pertanggungan, perusahaan reasuransi dapat mengalami kerugian berdasarkan syarat dan ketentuan Perjanjian; dan 3) kondisi yang menyebabkan terjadinya pengalihan risiko asuransi yang signifikan. b. Hasil analisis perhitungan Tingkat Solvabilitas sebelum transaksi dan proyeksi setelah berlakunya perjanjian c. Hasil analisis aktuaris Perusahaan terhadap proyeksi kinerja produk asuransi yang akan didukung modal reasuransi termasuk proyeksi tingkat solvabilitas setelah berlakunya perjanjian termasuk dampak produk yang didukung perjanjian reasuransi terhadap solvabilitas atau modal Perusahaan 3. Permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b paling kurang memuat: a. hasil analisis perhitungan Tingkat Solvabilitas sebelum pembentukan biaya akuisisi yang ditangguhkan dan proyeksi setelah pembentukan biaya akuisisi yang ditangguhkan; dan b. hasil analisis aktuaris Perusahaan terhadap proyeksi kinerja produk asuransi yang akan dilakukan pembentukan biaya akuisisi yang ditangguhkan. 4. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan/atau angka 3, apabila dianggap perlu, OJK dapat meminta agar Perusahaan menyampaikan dokumen pendukung lainnya. 5. Persetujuan atau penolakan akan diberikan waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja dihitung sejak tanggal diterimanya dokumen permohonan secara lengkap. 6. Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan diberikan oleh OJK, Perusahaan tidak merealisasikan program sebagaimana angka 1 huruf a atau b maka persetujuan OJK menjadi tidak berlaku. 7. Perusahaan wajib menyampaikan laporan realisasi program paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah program dilakukan. 8. OJK dapat mencabut persetujuan atau memerintahkan Perusahaan

untuk menunda program sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a atau b apabila sebelum pelaksanaan realisasi program tersebut terdapat perubahan struktur kepemilikan dan kepengurusan, penurunan kondisi keuangan perusahaan, atau keputusan instansi terkait yang berpengaruh terhadap perusahaan. VI. KETENTUAN PENUTUP Ketentuan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS PERASURANSIAN, DANA PENSIUN, LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA OTORITAS JASA KEUANGAN, FIRDAUS DJAELANI