Volume 14 No. 01 Maret 2013 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

BAB III DATA DAN ANALISA

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjelasan mengenai

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KAJIAN REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU. Birhami Akhir 1, Mas Mera 2 ABSTRAK

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG PADA RENCANA BANGUNAN PELABUHAN DI TANJUNG BONANG, KABUPATENREMBANG Radhina Amalia, Warsito Atmodjo, Purwanto*)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Wind speed data analysis for predictions of sea waves in Bitung Coastal Waters

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

KAJIAN PENJALARAN DAN TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN TANJUNG KELIAN KABUPATEN BANGKA BARAT

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 1 9 Online di :

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 September 2016 s/d 18 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

POLA TRANFORMASI GELOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RCPWave PADA PANTAI BAU-BAU, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PREDIKSI PARAMETER GELOMBANG YANG DIBANGKITKAN OLEH ANGIN UNTUK LOKASI PANTAI CERMIN

BAB IV ANALISIS DATA

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

STUDI PENGAMAN PANTAI DI DESA SABUAI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 18 Januari 2016 s/d 23 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG UNTUK ANALISA EFEKTIVITAS LAYOUTBREAKWATER DI PELABUHAN PENDARATAN IKAN LARANGAN, KABUPATEN TEGAL

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 07 Februari 2016 s/d 12 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS REFRAKSI GELOMBANG LAUT BERDASARKAN MODEL CMS- Wave DI PANTAI KELING KABUPATEN JEPARA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 September 2016 s/d 17 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di :

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data

STUDI POLA TRANSFORMASI GELOMBANG DI PERAIRAN KOTA TEGAL

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG DI PERAIRAN KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

SYSTEM PLANNING. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 4. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

LONGSHORE CURRENT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TRANSPORT SEDIMEN DI PERAIRAN PANTAI SENDANG SIKUCING, KENDAL

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut Jawa. - Sebelah Timur : Berbatasan dengan DKI Jakarta. Kabupaten Lebak.

VARIASI BULANAN GELOMBANG LAUT DI INDONESIA MONTHLY OCEAN WAVES VARIATION OVER INDONESIA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 06 Mei 2016 s/d 10 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 06 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Januari 2016 s/d 31 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 November 2016 s/d 03 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PREDIKSI GELOMBANG SIGNIFIKAN SEKITAR PANTAI MAKASSAR UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR PANTAI

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 30 Januari 2016 s/d 04 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KAJIAN PENGARUH BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG TIPE SAMBUNG PANTAI TERHADAP GELOMBANG LAUT DI PELABUHAN TAPAKTUAN, ACEH SELATAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 17 Februari 2016 s/d 22 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 04 Desember 2016 s/d 08 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 November 2016 s/d 18 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Januari 2016 s/d 27 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Ujian P3 Tugas Akhir. Oleh : RACHMAT HIDAYAH

DINAMIKA TRANSFORMASI GELOMBANG MENGGUNAKAN MODEL CMS-WAVE (COASTAL MODELLING SYSTEM - WAVE) DI PANTAI BOOM TUBAN, JAWA TIMUR

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 16 Januari 2017 s/d 20 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

III. METODE PENELITIAN. data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk. mengefektifkan waktu dan kegiatan yang dilakukan.

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

5. BAB V ANALISA DATA

Transkripsi:

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 MODEL DISTRIBUSI KECEPATAN ANGIN DAN PEMANFAATANNYA DALAM PERAMALAN GELOMBANG DI WILAYAH TIMUR INDONESIA (PULAU SULAWESI, NUSA TENGGARA, MALUKU DAN PAPUA) Hendry Edy Staf Pengajar Teknik Sipil Universitas Gunung Kidul Yogyakarta (Email : hendry_edy@yahoo.com) ABSTRAK Suatu perencanaan bangunan pantai memerlukan data gelombang. Biasanya data gelombang sulit didapat dan tidak tersedia di lokasi pekerjaan, sehingga untuk mendapatkan tinggi gelombang diramalkan berdasarkan data angin. Data angin yang tersedia biasanya tidak lengkap, sehingga perlu di buat suatu model distribusi kecepatan angin untuk digunakan dalam peramalan tinggi gelombang. Pembuatan model distribusi kecepatan angin, memerlukan data angin yang dambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat di Jakarta. Data angin yang diambil adalah kecepatan dan arah angin setiap tiga jam di 5 lokasi di wilayah Timur Indonesia (Manado, Kupang, Ternate, Amahai dan Jayapura). Data ini kemudian dianalisis untuk dibuat model distribusi kecepatan angin di wilayah Timur Indonesia. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa peramalan tinggi gelombang menggunakan model distribusi kecepatan angin setara dengan menggunakan kecepatan angin maksimum untuk durasi 4-5 jam. Kata kunci : model distribusi, kecepatan angin, peramalan gelombang. PENDAHULUAN Data gelombang di Indonesia sulit didapat karena sangat minim, hal ini disebabkan karena lama proses pengukuran gelombang di lapangan dan biaya pengukuran mahal. Oleh karena itu banyak bangunan pantai direncanakan berdasarkan data angin. Data angin dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) ataupun stasiun meteorologi yang ada di sekitar lokasi pekerjaan. Namun data angin yang ada biasanya hanya meliputi kecepatan angin maksimum atau rerata dan arahnya.oleh karena itu banyak bangunan pantai direncanakan berdasarkan tinggi gelombang yang diramalkan berdasarkan data angin. Data angin dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) ataupun stasiun meteorologi yang ada di sekitar lokasi pekerjaan. Namun demikian biasanya data angin yang ada biasanya hanya meliputi kecepatan dan arahnya. Data itupun kadang tidaklah lengkap. Berangkat dari permasalahan tersebut maka disampaikan suatu gagasan untuk membuat model distribusi kecepatan angin yang dapat dipakai untuk peramalan tinggi gelombang di wilayah Indonesia, khususnya di wilayah timur Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat suatu model distribusi kecepatan angin di wilayah timur Indonesia, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan atau pedoman dalam peramalan gelombang sehingga lebih realistis dan akurat. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian model distribusi kecepatan angin pada peramalan gelombang yang akan dilakukan oleh Yuwono (1994), menunjukkan dengan adanya model distribusi kecepatan angin perencana akan lebih mudah untuk melakukan analisis tinggi gelombang, karena pola distribusi kecepatan angin setiap jam sudah dibakukan. Hasil dari analisis tinggi gelombang secara kualitatif Hendry Edy 1

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 lebih baik dibandingkan peramalan gelombang berdasarkan pada kecepatan angin maksimum atau kecepatan angin rerata selama satu hari. Penelitian yang dilakukan oleh Budi, B. S. (2) untuk mencari durasi angin rencana di Laut Jawa yang dihasilkan oleh metode pendugaan gelombang SMB. Dalam penelitian ini juga dilakukan pembandingan angin laut Jawa dengan durasi angin dari pengukuran pantai Utara Jawa. Penelitian ini juga dimaksud untuk pendugaan gelombang sea di Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi angin jawa dapat dihitung berdasarkan kecepatan angin maksimum yang bertiup di laut Jawa. Besarnya angin yang terjadi berkebalikan dengan besarnya kecepatan angin permukaan yang bertiup. Dari penelitian di dapatkan bahwa persamaan persamaan empiris dan grafik-grafik dari metode SMB dapat diterapkan untuk pendugaan gelombang sea di laut jawa. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan, S. (22) untuk mendapatkan model distribusi kecepatan angin di pulau Sumatera yang dapat dipakai untuk peramalan gelombang di wilayah tersebut menunjukkan bahwa bila peramalan gelombang mamakai kecepatan maksimum menghasilkan tinggi gelombang yang setara dengan menggunakan model distribusi kecepatan angin adalah pada durasi 4-5 jam. Sedangkan Thambas (23) melakukan penelitian untuk mendapatkan model distribusi kecepatan angin di wilayah timur Indonesia. Ada tiga macam model distribusi kecepatan angin yang diusulkan untuk digunakan dalam peramalan gelombang di wilayah tengah Indonesia, yaitu model distribusi kecepatan angin maksimum, minimum dan rata-rata. Perhitungan tinggi gelombang menggunakan kecepatan angin maksimum menghasilkan tinggi gelombang yang setara dengan model distribusi kecepatan asli dan model distribusi kecepatan angin rancangan, yaitu pada durasi 4-5 jam. LANDASAN TEORI Angin Permukaan Angin yang berhembus di atas permukaan air yang semula tenang, akan memindahkan energinya ke air sehingga menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, yaitu dengan timbulnya riak gelombang kecil di atas permukaan. Energi yang diperoleh bergantung pada lamanya angin bertiup, kecepatan angin dan jarak tempuh di atas air yang dilintasi angin selama berhembus. Semakin lama dan semakin kencang angin berhembus semakin besar gelombang yang terbentuk Daerah dimana gelombang dibentuk disebut daerah pembangkit/pembentukan gelombang (wave generating area). Kecepatan Angin Kecepatan angin adalah besaran vektor tiga dimensi. Biasanya untuk menggambarkan kecepatan angin ini, yang berdimensi dua, digunakan sistim koordinator polar. Oleh arena itu angin dinyatakan dengan besar dan arahnya, atau laju dan arahnya. Kecepatan angin dinyatakan dalam knot, dimana konversi dari knot ke meter per detik persamaannya adalah 1 knot =,5144 m/detik. Z = 1 m Geostropik Region Eijkman Region Z = 1 m Constant Shear Layer Surfaces Roughness (Z ) Gambar 1 : Distribusi kecepatan angin pada arah vertikal (CERC, 1984) 2 Hendry Edy

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 Pada constant shear layer (Gambar 1) distribusi kecepatan angin pada arah vertikal dapat diformulasikan sebagai berikut : * U k z z U z = ln ψ.. (1) dengan : U * : kecepatan gesek, k : koevisien Von Karman (=,4), z : elevasi terhadap permukaan air, z : tinggi kekasaran permukaan, L : panjang campur yang tergantung pada perbedaan temperatur antara air dan udara, ψ : menunjukkan efek stabilitas kolom udara pada kecepatan angin tertentu. Untuk keperluan peramalan tersebut diperlukan informasi kecepatan angin pada ketinggian 1 m. Apabila data kecepatan angin tidak pada ketinggian 1 m maka perlu dilakukan koreksi, sebelum dipergukan untuk peramalan tinggi gelombang dengan menggunakan rumus : 1 7 1 U1 = U z z untuk z < 2.. (2) dengan : U 1 = kecepatan angin pada ketinggian 1 m U z = kecepatan angin pada ketinggian z m. Z = elevasi terhadap permukaan air Arah Angin Tabel 1 : Pengelompokan Arah Angin Arah Simbol Kelas (derajat ) Angin Utara Timur Laut Timur Tenggara Selatan Barat Daya Barat Barat Laut U TL T TG S BD B BL 337,6 22,5 22,6 67,5 67,6 112,5 112,6 157,5 157,6 22,5 22,6 247,5 247,6 292,5 292,6 337,5 z L Jenis Peramalan Gelombang Ada 2 jenis pendugaan gelombang (wave prediction) berdasarkan data meteorologi yaitu : metode prakiraan (forecasting) dan metode pasca kiraan (hind casting). Metode forecasting adalah : pendugaan gelombang berdasarkan pada kondisi meteorologi pada masa yang akan datang, sedangkan metode hindcasting adalah pendugaan gelombang berdasarkan pada kondisi meteorologi di masa lalu. Metode forecasting dan metode hindcasting memakai prosedur yang sama pokoknya, hanya terletak pada data meteorologi. Beberapa ahli memberikan metode untuk pendugaan gelombang di antaranya : 1. Metode Sverdrup, Munk dan Bretschneider (SMB). 2. Metode Pierson, Neuman dan James (PNJ) 3. Metode Pierson dan Moskowitz (PM) 4. Metode Darbyshire. Peramalan Tinggi Gelombang Dalam peramalan tinggi gelombang berdasarkan data angin, perlu diketahui beberapa parameter berikut : a. kecepatan angin (U) dan arah angin, b. panjang fetch (F), c. lama hembus (t d ). Untuk keperluan peramalan tinggi gelombang, telah disediakan grafik untuk merubah data angin menjadi tinggi gelombang oleh beberapa peneliti. Coastal Engineering Research Centre (1997, 1998) telah menyediakan grafik pada buku Shore Protection Manual yang langsung dapat digunakan untuk keperluan peramalan gelombang pada laut dalam. Di samping itu Darbyshire dan Draper (1963) juga telah menyediakan grafik yang serupa untuk peramalan tinggi gelombang di daerah pantai. Untuk menjadikan data gelombang dari data angin, maka perlu dilakukan peramalan gelombang untuk mengalihragamkan (transformasi) data angin tersebut. Pada keadaan fetch limited, parameterparameter yang dibutuhkan adalah panjang fetch F dan faktor tegangan angin U A. Tinggi Hendry Edy 3

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 dan periode gelombang signifikan ditentukan dengan persamaan yang diberikan oleh metode SMB berikut (CERC, 1984), gh mo = 1 2 U gt U gt U A d A A m = 1 2 3 gf 1.6x 2 U A 1 3 1 gf 2.857x1 2 U A gf = 6.88x1 2 U A 2 3 (3) (4) (5) dengan : H mo = tinggi gelombang signifikan (m) T m = periode puncak dari spektrum gelombang (detik) F = panjang fetch (km) t d = durasi (jam) = faktor tegangan angin (m/det) U A METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. mempelajari materi-materi yang berhubungan dengan penelitian seperti : iklim, angin, metode-metode peramalan gelombang yang ada dan penelitianpenelitian yang berkaitan dengan Model Distribusi Angin, 2. memilih lokasi penelitian, dimana lokasi yang diambil adalah daerah yang mempunyai data kecepatan angin dan arah angin yang lengkap serta bisa mewakili distribusi kecepatan angin di wilayah Timur Indonesia, 3. pengambilan data yang representatif berupa data sekunder kecepatan dan arah angin di wilayah Timur Indonesia yang berasal dari Badan Meteorologi dan Geofisika Pusat Jakarta di 5 lokasi berbeda, yaitu : Manado, Kupang, Ternate, Amahai dan Jayapura selama 3 tahun pengamatan, lokasi pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 4.1., 4. menganalisis distribusi arah angin dilakukan dengan cara meninjau arah dan kecepatan angin yang terjadi pada titiktitik observasi dari berbagai arah dengan bantuan software SPSS 11, 5. membuat distribusi kecepatan angin dan Mawar Angin (Wind Rose) untuk masing-masing lokasi serta menentukan durasi angin yang digunakan, 6. membuat model distribusi angin rencana untuk masing masing daerah, 7. membuat aplikasi model distribusi kecepatan angin untuk peramalam gelombang di pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (wilayah Timur Indonesia). Gambar 2 : Peta lokasi pengambilan data di wilayah Timur Indonesia 4 Hendry Edy

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 Deskripsi Data Data arah dan kecepatan angin berasal dari 5 lokasi (stasiun) pengamatan, yaitu : Manado 1 32 LU 124 55 BT (Elevasi 8 m di atas permukaan laut) Kupang 1 1 LS 123 4 BT (Elevasi 18 m di atas permukaan laut) Ternate 47 LU 127 23 BT (Elevasi 23 m di atas permukaan laut) Amahai 3 21 LS 128 53 BT (Elevasi 1 m di atas permukaan laut) Jayapura 2 34 LS 14 29 BT (Elevasi 92 m di atas permukaan laut) Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 arah angin dinyatakan dalam bentuk derajat dihitung menurut azimuth dengan acuan Utara, yaitu : Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat Laut. Kecepatan disajikan dalam satuan knot. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Model Distribusi Kecepatan Angin Untuk mendapatkan model distribusi kecepatan angin relatif di Pulau sebagian Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini. a. Menyaring data angin maksimum harian setiap lokasi titik observasi setiap tahunnya yang diambil dari data harian kecepatan angin per 3 jam di 5 lokasi yang sudah ditentukan untuk diambil data yang mewakili sebagai data distribusi kecepatan angin. b. Setelah data distribusi kecepatan angin di masing-masing lokasi tersaring dan dijadikan model distribusi kecepatan angin relatif sesuai dengan skala Beaufort, yaitu untuk angin sedang dengan kecepatan 11-16 knots dan angin agak kuat dan kuat dengan kecepatan 17-27 knots maka dibuat persen relatif ratarata tiap tahun dari model distribusi kecepatan angin relatif tersebut. Untuk keperluan perencanaan maka distribusi kecepatan angin relatif tersebut dijadikan persen relatif total dari rata-rata pada 3 tahun pengamatan dan dijadikan Model Distribusi Kecepatan Angin Relatif untuk kondisi angin sedang dan penggabungan antara kondisi angin agak kuat dan angin kuat, seperti pada Gambar 3. 12 1 8 6 4 2 12 1 8 6 4 2 (Kondisi Angin Sedang) 37.21 69.98 1. 6.86 36.9 3 6 9 12 (Angin Agak Kuat dan Kuat) 2.95 39.48 1. 48.74 25.5 3 6 9 12 Gambar 3 : Model Distribusi Kecepatan Angin 11 16 Knot dan 17 27 Knot lokasi Manado Untuk lokasi lainnya, yaitu Kupang, Ternate, Amahai dan Jayapura dilakukan langkah-langkah seperti di atas sehingga mendapatkan model distribusi kecepatan angin relatif di masing-masing lokasi tersebut seperti yang disajikan dalam Gambar-gambar berikut ini. Hendry Edy 5

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 Tabel 2 : Contoh Data Angin Permukaan di Manado Nama Stasiun : DR. Sam Ratulangi, Manado Lintang : 1 32 LS No. Stasiun : 9714 Bujur : 124 55 BT Tahun : 2 Elevasi : 8 m dpl Bulan : Juni 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 JAM Dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff 27 6 3 32 4 27 3 27 2 34 5 3 4 27 3 36 5 6 6 5 18 7 34 3 32 5 15 6 26 5 27 6 35 4 36 5 36 5 9 34 4 24 3 12 2 12 3 9 5 35 4 12 12 3 15 5 2 5 15 32 2 18 21 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 JAM Dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff 9 3 12 4 18 1 18 12 6 4 18 7 18 7 15 5 3 35 2 1 5 15 5 18 15 18 14 18 15 18 13 17 7 17 8 6 32 6 18 6 18 8 18 16 15 12 18 15 18 8 34 8 32 6 9 3 5 11 3 18 1 18 1 18 15 18 7 36 4 9 4 24 3 12 12 5 18 18 12 18 12 18 12 2 4 17 6 18 12 15 16 5 17 6 18 5 12 5 18 12 4 17 6 18 7 9 9 12 3 21 15 5 18 6 18 1 9 9 9 4 9 3 JAM 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 Dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff dd ff 15 5 9 6 17 4 12 3 7 1 9 2 3 17 8 9 3 15 7 15 1 7 5 2 1 17 3 15 6 17 8 6 32 6 11 5 18 7 17 7 9 2 32 6 22 4 18 2 17 7 15 2 9 3 5 11 5 17 1 17 6 24 3 18 6 18 5 12 12 5 18 7 18 5 15 3 18 4 18 4 15 17 3 22 4 36 3 18 18 3 3 1 21 15 4 Keterangan : dd = Arah Angin ( ) searah jarum jam dari arah utara ff = Kecepatan Angin ( Knot ) = Calm 6 Hendry Edy

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 (Kondisi Angin Sedang) (Angin Agak Kuat dan Kuat) 12 1 1. 12 1 1. 8 6 4 2 19.55 7.74 62.78 14.39 8 6 4 2 22.92 62.72 59.46 29.27 3 6 9 12 3 6 9 12 Gambar 4: Model Distribusi Kecepatan Angin 11 16 Knot dan 17 27 Knot lokasi Kupang (Kondisi Angin Sedang) (Angin Agak Kuat dan Kuat) 12 1 1. 12 1 1. 8 6 4 34.47 64.7 49.95 26.41 8 6 4 33.7 41.8 35.36 29.7 2 2 3 6 9 12 3 6 9 12 Gambar 5 : Model Distribusi Kecepatan Angin 11 16 Knot dan 17 27 Knot lokasi Ternate. M ode l Dis tribus i Ke ce patan Angin Re latif (Kondisi Angin Sedang) (Angin Agak Kuat dan Kuat) 12 1 8 6 4 2 1. 6.98 58.27 35.67 14.77 3 6 9 12 w ak tu (jam ) 12 1 8 6 4 2 1. 25. 1.71.. 3 6 9 12 w aktu (jam ) Gambar 6 : Model Distribusi Kecepatan Angin 11 16 Knot dan 17 27 Knot lokasi Amahai. Hendry Edy 7

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 M ode l Dis tribus i Ke ce patan Angin Re latif (Kondisi Angin Sedang) M ode l Dis tribus i Ke ce patan Angin Re latif (Angin Agak Kuat dan Kuat) 12 1 1. 12 1 1. 8 6 4 2 23.29 67.49 54.25 21.42 8 6 4 2 32.47 66.71 27.21 17.55 3 6 9 12 3 6 9 12 w ak tu (jam ) w ak tu (jam ) Gambar 7 : Model Distribusi Kecepatan Angin 11 16 Knot dan 17 27 Knot lokasi Jakarta. Berdasarkan model distribusi kecepatan angin tersebut di atas dapat diramalkan tinggi gelombang di lokasi tersebut dan disekitarnya. Untuk dapat meramalkan tinggi gelombang, model distribusi kecepatan angin relatif tersebut dianalisis menjadi distribusi kecepatan angin berdasarkan kecepatan angin maksimum dalam satuan meter per detik. Peramalan gelombang berdasarkan durasi angin 6 jam dan 12 jam. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : Kecepatan angin maksimum di Manado yang tercatat dan diambil untuk model distribusi kecepatan angin maksimum pada ketinggian 1 m adalah 22 knots, Kolom 4 menyajikan % relatif total rata-rata dari keseluruhan data, kemudian dihitung menjadi kecepatan dalam mil/jam (kolom 5) dan diubah dalam satuan meter/detik (kolom 6). Contoh : 29,47 % x 24 = 7,1 mil/jam 7,2 mil/jam =,5144 x 7,1 = 3,64 m/det. Setelah didapat kecepatannya dilakukan pembagian sesuai dengan durasi rencana yang akan dihitung, dapat dilihat pada kolom 7, 8. Tabel 3 : Perhitungan kecepatan angin berdasarkan model distribusi kecepatan angin di Manado (Umaks = 22 knots) % Relatif Rata-rata % Relatif Kecepatan Kecepatan Durasi Rencana Tahun Total (mil/jam) (m/det) 6 jam 12 jam 2 21 22 1 2 3 4 5 6 7 8. 5. 12.84 2.95 4.6 2.37 2.37 27.27 67.65 23.53 39.48 8.7 4.47 4.47 4.47 1. 1. 1. 1. 22. 11.32 11.32 11.32 36.36 8.29 29.56 48.74 1.7 5.52 5.52 5.52 9.9 52.21 13.86 25.5 5.5 2.84 2.84 Berdasarkan perhitungan pada tabel tersebut, dengan bantuan garfik dari Darbyshire dan Draper (1963) tinggi gelombang dapat diramalkan. Untuk perhitungan tinggi gelombang berdasarkan kecepatan maksimum dengan metode SMB digunakan persamaan 3 dan persamaan 4 Untuk lokasi lainnya dilakukan perhitungan yang sama dan hasilnya dapat dilihat dalam Tabel berikut ini. 8 Hendry Edy

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 Tabel 4 : Hasil perhitungan peramalan tinggi gelombang di wilayah tengah Indonesia Durasi (jam) LOKASI TINGGI GELOMBANG (m) Model Distribusi Kecepatan Angin Maksimum Kecepatan Angin SMB Darbyshire Kecepatan Maksimum Manado 1,4 1,9 1,7 22 knots Kupang 1,8 2, 1,9 23 knots 6 Ternate 1,2 1,8 1,5 2 knots Amahai 2,7 2,4 2,7 28 knots Jayapura 1,4 1,8 1,5 2 knots Manado 1,9 3,2 2,1 22 knots Kupang 2,1 3,3 2,2 23 knots 12 Ternate 1,5 2,9 1,9 2 knots Amahai 2,7 4, 3,1 28 knots Jayapura 1,6 2,9 1,9 2 knots Tabel 5 : Hasil perhitungan peramalan tinggi gelombang di wilayah tengah Indonesia untuk durasi 2-5 jam Durasi (jam) Manado (Umaks = 22 knots) Kupang (Umaks = 23 knots) Ternate (Umaks = 2 knots) SMB Darbyshire SMB Darbyshire SMB Darbyshire 2,8,7,9,8,7,6 3 1,1 1,1 1,2 1,3 1,,9 4 1,4 1,3 1,5 1,5 1,3 1,2 5 1,7 1,6 1,7 1,8 1,5 1,4 Durasi (jam) Amahai (Umaks = 28 knots) Jayapura (Umaks = 2 knots) SMB Darbyshire SMB Darbyshire 2 1,1 1,2,7,6 3 1,4 2, 1,,9 4 1,8 2,4 1,3 1,2 5 2,1 2,6 1,5 1,4 Rekapitulasi Model Distribusi Kecepatan Angin dan Peramalan Gelombang Penelitian tentang distribusi kecepatan angin di Indonesia telah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Untuk wilayah barat Indonesia penelitian dilakukan oleh Hermawan (23), wilayah tengah Indonesia penelitian dilakukan oleh Thambas (23). Wilayah barat Indonesia lokasi penelitian dilakukan di 5 stasiun pengamatan di wilayah barat Indonesia khususnya di pulau Sumatera (Bengkulu, Tanjung Karang, Tanjung Pandan, Pangkal Pinang, Jambi). Untuk wilayah Timur Indonesia juga dilakukan di 5 stasiun pengamatan di wilayah Timur Indonesia (Manado, Kupang, Ternate, Amahai dan Jayapura). Berdasarkan dari hasil analisis yang sudah diperoleh tentang model distribusi kecepatan angin relatif, maka akan dibandingkan dengan peneliti-peneliti sebelumnya (wilayah Barat dan Timur Indonesia). Wilayah barat Indonesia yang dicakup adalah sekitar selat Malaka, wilayah tengah Indonesia yang Hendry Edy 9

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 dicakup adalah sekitar laut Jawa, sedangkan untuk wilayah Timur Indonesia yang dicakup adalah sekitar laut Banda. Adapun perbandingan model distribusi kecepatan angin dari peneliti-peneliti sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 8 Sebagai perbandingan hasil peramalan gelombang dari penelitian-penelitian sebelumnya untuk semua wilayah Indonesia, maka disajikan gambar hasil perhitungan peramalan gelombang dengan menggunakan grafik Darbyshire dan Draper memakai model distribusi kecepatan angin dari penelitian wilayah Barat dan Tengah Indonesia serta wilayah timur Indonesia, diperoleh hasil seperti terlihat pada Gambar 8, sedangkan untuk melihat model distribusi kecepatan angin di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Model Distribusi Kecepatan Angin di Indonesia 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 Waktu (jam ) Hermaw an (Wil. Barat Ind, sekitar Selat Malaka), 22 Thambas (Wil. Tengah Ind, sekitar laut Jaw a), 23 Hendry (Wil. Timur Ind, sekitar laut Banda), 24 U (knots) 4 5 4 3 5 3 2 5 2 1 5 1 5 P e rb a n d in g a n P e ra m a la n G e lo m b a n g 1 2 3 4 5 6 T in g g i G e lo m b a n g Hs ( m ) Hermaw an (W il. Barat Ind),22 Thambas (Wil. Tengah Ind ), 23 Hendry (Wil. Timur Ind ), 24 B u d i B. S. ( L a u t Ja w a ), 2 Y uw ono (Ujung Pandang ), 1994 Gambar 9 : Perbandingan Perhitungan Peramalan Tinggi Gelombang di Indonesia. Dari Gambar 9. perhitungan tinggi gelombang penelitian Yuwono (1994) didapat tinggi gelombang yang besar bila dibandingkan dengan tinggi gelombang yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti lain. Hal yang menyebabkannya adalah distribusi angin yang digunakan oleh Yuwono (1994) merupakan prosentase kecepatan angin maksimum sedangkan peneliti lainnya menggunakan prosentase kecepatan maksimum jam-jaman. Gambar 8 : Perbandingan Model Distribusi Kecepatan Angin di Indonesia 1 Hendry Edy

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 1 15 15 11 11 115 12 12 125 125 13 135 14 14 Model Distribusi Kecepatan Angin Wilayah Tengah Indonesia 12 1 8 6 4 2 Maksimum Rata-rata Minimum SAMUDERA PASIFIK 3 6 9 12 SULAWESI Model Distribusi Kecepatan Angin Wilayah Barat Indonesia LAUT BANDA Model Distribusi Kecepatan Angin Wilayah Timur Indonesia PAPUA 12 1 8 6 4 2 L A U T I N D O N S 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 I A 1 o 15 o 11 o o o o 13 o 135 14 o 1 15 11 115 12 125 13 135 14 12 1 8 Maksimum 6 Rata-rata 4 Minimum 2 3 6 9 12 O Gambar 1 : Peta Model Distribusi Kecepatan Angin di Indonesia KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Model distribusi kecepatan angin yang diusulkan untuk digunakan dalam peramalan gelombang di wilayah Timur Indonesia, yaitu model distribusi kecepatan angin maksimum, minimum dan rata-rata. 2. Peramalan gelombang dengan menggunakan kecepatan maksimum akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih besar dari model distribusi, baik menggunakan metode SMB dengan cara perhitungan menggunakan persamaan-persamaan empiris (CERC, 1984) maupun metode Darbyshire dengan cara menggunakan grafik dari Darbyshire dan Draper (1963). 3. Perhitungan tinggi gelombang menggunakan kecepatan angin maksimum menghasilkan tinggi gelombang yang setara dengan model distribusi kecepatan asli dan model distribusi kecepatan angin rancangan, yaitu pada durasi 4-5 jam. 4. Dari hasil perbandingan tinggi gelombang dari wilayah Barat, Tengah dan Timur Indonesia, gelombang terbesar terjadi pada wilayah Timur Indonesia yang mecakup pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (sekitar laut Banda). Sedangkan gelombang yang terkecil terjadi pada wilayah Barat Indonesia yang meliputi pulau Sumatera (sekitar selat Malaka) Saran Dari hasil penelitian dapat disampikan saransaran sebagai berikut ini. 1. Data yang didapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat Jakarta perlu diuji ketelitiannya dengan data-data yang lain yang diambil langsung dari BMG di lokasi/ daerah pengamatan. 2. Perlu dikaji lebih lanjut lagi apabila diperoleh data angin per jam di lima lokasi pengamatan karena untuk penelitian ini data yang di pakai per tiga jam sesuai dengan data yang ada di BMG Pusat Jakarta. Hendry Edy 11

Volume 14 No. 1 Maret 213 ISSN : 977 197997 DAFTAR PUSTAKA Budi,B. S., 2, Durasi Angin Rencana untuk Pendugaan Gelombang Sea di Laut Jawa dengan metode Sverdup, Munk, Bretschneider (SMB), Tesis S-2 Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. CERC., 1984, Shore Protection Manual, US Army Engineers Waterways Experiment Station, Washington DC, USA. Dean, R. G., and R.A., Dalrymple., 1984, Water Waves Mechanics for Engineers and Scientist, Prentice Hall Inc. Englewood, New Jersey. Glenn T. Trewartha and Lyle H. Horn., 1993, An Introduction To Climate, Mc Graw- Hill, Inc, University of Wisconsin, Madison. Hermawan, S., 22, Model Distribusi Kecepatan Angin dan Pemanfatannya dalam Peramalan Gelombang di Wilayah Barat Indonesia, Tesis S-2, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hutabarat, S., Steward, M., Evans, 1985, Pengantar Oseanografi, Penerbit Universitas Indonesia, UI Press, Jakarta. Nizam, 1999, Ilmu Kelautan, Diktak Kuliah, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prawiro, S., 1996, Meteorologi, Penerbit ITB, Bandung. Triatmodjo, B., 1993, Teknik Pantai, Cetakan Pertama, Beta Offset, Yogyakarta. Triatmodjo, B., 1993, Pelabuhan, Cetakan Pertama, Beta Offset, Yogyakarta. Yuwono, N., 1994, Model Distribusi Kecepatan Angin Pada Peramalan Tinggi Gelombang, Media Teknik No.1 Tahun XVI Edisi April No. ISSN 216-312, PAU Ilmu-ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Yuwono, N., 1994, Teknik Pantai, Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Yuwono, N., 1998, Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pantai, PAU- IT UGM, Yogyakarta. 12 Hendry Edy