II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. ibu rumah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur.

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

METODE PENELITIAN. Komparatif Usaha Tambak Udang Pada Musim Hujan Dan Kemarau Di Desa

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

METODE PENELITIAN. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bertujuan untuk pemenuhan ketersediaan ikan melalui proses budidaya. Selain itu,

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. curcubitaceae dantermasuk dalam kelas biji berkeping dua. Tanaman melon

III KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di

sebagai sumber pendapatan masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sumber memberikan kontribusi yang besar bagi rakyatnya.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

II. LANDASAN TEORI A.

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. negara indonesia pada tahun 1750 dan mulai dikenal sebagai bahan makanan serta

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA PAGAK KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dipenuhi. Pangan dapat berasal dari hewan dan tumbuhan. Tanaman pangan

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya

I. PENDAHULUAN. karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BUNGA KRISAN PETANI ANGGOTA ASOSIASI TANAMAN HIAS BUNGA DAN DAUN DI KECAMATAN PAKEM, KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS USAHATANI KOMODITAS MELON SEMANGKA CABAI DI LAHAN PASIR. menjadi 2 yaitu biaya ekplisit (biaya yang bener-bener dikelurkan dalam kegitan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

IV. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Transkripsi:

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai selatan itu sangat tinggi, sekitar 50 km per jam. Angin dengan kecepatan itu mudah mencerabut akar dan merobohkan tanaman. Angin yang kencang di pantai bisa membawa partikel-partikel garam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu di kawasan pantai siang hari sangat panas. Ini menyebabkan proses kehilangan air tanah akibat proses penguapan sangat tinggi (Prapto dkk. 2000). Pemanfaatan lahan pasir pantai diharapkan akan dapat menambah areal tanam yang berkurang tiap tahun akibat alih fingsi lahan. Selain itu memberi alternatif pekerjaan lain bagi masyarakat pesisir pantai, memberdayakan masyarakat untuk mengolah lahan pasir, dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lokasi setempat. Kelebihan lahan pantai untuk pertanian adalah lahan yang masih tersedia luas, sumber air tanah dangkal, merupakan lahan terbuka, sinar matahari dan

6 temperatur bukan merupakan faktor pembatas. Sedangkan kelemahannya adalah kesuburan lahan sangat rendah, sumbangan tanah terhadap nutrisi tanaman dapat 6

7 dikatakan nol, kecepatan angin cukup tinggi, disertai hembusan garam sehingga bersifat racun bagi tanaman, sifat fisik tanah yang sangat jelek, kaitannya dengan kemampuan menahan nutrisi. Menurut penelitian Budi Setyono, Suradal (2006), yang berjudul kelayakan usahatani bawang merah di lahan pasir pantai dengan teknologi ameliorasi di Kabupaten Bantul, program pembangunan pertanian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka pemanfaatan lahan pasir pantai selatan Kabupaten Bantul bertujuan mewujudkan pertanian tangguh yang dapat mendukung industri yang kuat dan maju serta pola pembinaan komuditas sektor pertanian yang berorientasi agribisnis. Menurut hasil penelitian Reni Fatma Wilastinova yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Usahatani Semangka (Citrullus Vulgaris) Pada Lahan Pasir Di Pantai Kulonprogo, diketahui bahwa faktor produksi yang berupa luas lahan, dan pupuk NPK Mutiara tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada usahatani semangka lahan pasir pantai. Faktor produksi yang berupa tenaga kerja, pupuk kompos dan pupuk phonska mempunyai hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi semangka lahan pasir pantai. Faktor produksi yang paling berpengaruh dalam usahatani semangka pada lahan pasir pantai adalah pupuk kompos dan besarnya penerimaan usahatani semangka pada lahan pasir pantai adalah sebesar Rp 20.403.262,00/Ha/MT, sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani semangka pada lahan pasir pantai adalah sebesar Rp 12.444.940,00/Ha/MT atau sebesar 60,99% terhadap penerimaan. Pendapatan 7

8 usahatani semangka sebesar Rp 7.958.32,00/Ha/MT atau sebesar 39% terhadap penerimaan. 2. Komoditas Cabe Merah Cabai merah merupakan salah satu bumbu masakan sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh sebagian besar ibu rumah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Tanaman cabai merah sebagai salah satu tanaman hortikultura, merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang sejak lama telah dibudidayakan di Indonesia. Kebutuhan cabai merah di Indonesia sangat berfluktuatif dari tahun ke tahun. Jumlah konsumsi cabai tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya, serta sebagian besar penduduk Indonesia yang merupakan penggemar masakan pedas. Jika kebutuhan perkapita cabai merah Indonesia adalah 1,38 kg dan jumlah penduduk tahun 2010 sekitar 230 juta orang maka kebutuhan cabai merah Indonesia adalah 317.400.000 kg per tahun. Kebutuhan cabai yang sangat besar harus diimbangi dengan produksi cabai yang tinggi agar tidak terdapat lag, sehingga kebutuhan cabai lokal juga dapat dipenuhi oleh petani lokal tidak melalui impor. Cabai merupakan salah satu produk hortikultura utama sektor pertanian diindonesia. Produksi cabai merah nasional pada tahun 2012 mencapai 935.557 ton dimana terjadi kenaikan produksi sebesar 7,28% dibandingkan tahun 2011 yang produksi cabainya sebesar 888.852 ton. Sedangkan produksi cabai rawit 8

9 nasional pada tahun 2012 mencapai 697.274 ton sekarang produksi mengalami peningkatan sebesar 17,34 % (Kementerian Pertanian, 2013). Tanaman cabe merah cocok dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0 1000 m dpl. Tanah yang baik untuk tanaman cabe merah adalah yang berstruktur gembur, subur, kaya akan bahan organik, ph tanah antara 6 7. Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Hal tersebut berhubungan dengan tempat tumbuh tanaman cabai. Menurut hasil penelitian Dimas Setiyaji Galih Sasongko (2014) yang berjudul Analisis Kelayakan Usahatani Cabai Merah Lahan Pantai Di Desa Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul, menunjukkan bahwa usahatani cabai merah lahan pantai layak untuk diusahakan dengan rata-rata lahan usahatani 0,129 hektar dibutuhkan biaya sebesar 2,8 juta, dan menghasilkan penerimaan sebesar 6,1 juta, pendapatan sebesar 3,9 juta, dan keuntungan sebesar 3,25 juta. Artinya usahatani cabai merah tersebut menghasilkan pendapatan (Rp 3,9 juta) yang lebih besar dari nol; mampu menjual produk senilai hampir Rp 13.000 yang lebih tinggi dari BEP harga (Rp 6,075) dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (472,5kg) dari BEP produksi (221,3kg); serta nilai BCR 2,1 lebih besar dari 1. Menurut hasil penelitian Maharani Triwidiyaningsih (2011) yang berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Cabai Merah Di Kabupaten Bantul 2011, menunjukkan bahwa dengan rata-rata luas lahan 0,11 Ha. Biaya usahatani cabai merah sebesar Rp. 9

10 84.547.518,51/Ha/MT, penerimaan usahatani cabai merah sebesar Rp. 136.291.717,00/Ha/MT dan pendapatan usahatani cabai merah sebesar Rp. 51.744.918,49/Ha/MT. 3. Usahatani Menurut Soekartawi (2002) ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang disukai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Sedangkan menurut Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan seumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar memperoleh hasil maksimal. Perlunya analisis usahatani tentunya memang bukan untuk kepentingan petani saja, tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani. 4. Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan, dan Kelayakan a. Biaya Menurut Soekartawi (2006) biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang diperlukan dalam usahatani. Sedangkan menurut sumber lain menjelaskan bahwa biaya adalah semua pengorbanan dalam proses produksi, dinyakatakan dalam 10

11 bentuk uang menurut harga pasar yang berlaku (Gilarso, 1993). Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi : 1) Biaya Tetap (fixed cost) Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi dan jumlahnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, seperti penghasilan tetap para pekerja, penyusutan alat atau pemeliharaan mesin. 2) Biaya Tidak Tetap (variable cost) Biaya tidak tetap yaitu semua biaya yang dikeluarkan jumlahnya tergantung pada besar kecilnya skala produksi (bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya untuk penggunaan mesin-mesin seperti pembelian bahan bakar dan lain-lain). 3) Biaya Implisit Biaya implisit adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, seperti upah tenaga kerja dalam keluarga, nilai modal sendiri, dan nilai sewa lahan sendiri. 4) Biaya Eksplisit Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani dalam melaksanakan usahatani selama proses produksi. Seperti pembelian pupuk, benih, pestisida, dan lain-lain. 5) Biaya Total Biaya total adalah penjumlahan antara biaya implisit dan biaya eksplisit, dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TEC + TIC 11

12 TC = Total biaya (Total Cost) TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explicit Cost) TIC = Total Biaya Implisit (Total Implicit Cost) b. Penerimaan Menurut Soekartawi (2002) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jualnya. Pernyataan ini dapat dituliskan dengan rumus : TR = P x Q TR = Penerimaan (Total Revenue) P = Harga jual Q = Produksi yang dihasilkan c. Pendapatan Menurut Soekartawi (2002) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dapat pula dirumuskan sebagai berikut : NR = TR - TEC NR = Total Pendapatan (Net Revenue) TR = Total Penerimaan (Total Revenue) TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Explcsit Cost) d. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana yang diperhitungkan adalah seluruh biaya 12

13 yang dikeluarkan dalam proses prduksi, baik berupa biaya ekplisit maupun biaya implisit, secara sistematis dapat pula dirumuskan sebagai berikut : Π = TR TC Π = Keuntungan TR = Penerimaan (Total Revenue) TC = Biaya total (Total Cost) e. Kelayakan Menurut Soekartawi (2006) Kelayakan usahatani dapat diukur dengan cara melihat nilai R/C (Revenue Cost Ratio). Sedangkan menurut sumber lain kelayakan usahatani adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Kasmir dan Jakfar (2008). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : R/C = TR = Total penerimaan TC = Total biaya Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila R/C >1, dan apabila nilai R/C <1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Produktivitas lahan adalah perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit selain sewa lahan milik sendiri dengan luas lahan. Apabila produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usaha tersebut layak diusahakan, namun apabila produktivitas lahan lebih rendah dari sewa lahan, 13

14 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus : Produktivitas lahan : NR = Pendapatan Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara pendapatan yang dikurangi dengan biaya implisit (selain biaya tenaga kerja dalam keluarga) dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Apabila produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah harian tenaga kerja, maka usaha tersebut layak diusahakan, namun apabila produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari upah harian tenaga kerja, maka usaha tersebut tidak layak unutk diusahakan. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus : Produktivitas tenaga kerja = NR = Pendapatan TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKO) HKO = Hari Kerja Orang Produktivitas modal merupakan pendapatan dikurangi dengan sewa lahan sendiri dikurangi nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dibagi dengan biaya total eksplisit dan dikalikan seratus persen. Secara matematis dapat dirumuskan dengan rumus : 14

15 Produktivitas modal : NR = Pendapatan TKDK = Tenaga kerja dalam keluarga TEC = Total biaya eksplisit B. Kerangka Pemikiran Usahatani cabai merah lahan pantai adalah kegiatan dalam menghasilkan cabai merah dilahan pantai. Dalam usahatani cabai merah input yang dibutuhkan berupa lahan, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Untuk mendapatkan input pada usahatani cabai merah dibutuhkan biaya yang terdiri dari biaya implisit dan biaya eksplisit. Biaya implisit terdiri dari sewa lahan sendiri, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan biaya modal sendiri. Sedangkan biaya eksplisit terdiri dari bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Produksi cabai merah dikalikan harga pada konsumen cabai merah akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan dikurangi biaya eksplisit maka akan diperoleh pendapatan. Penerimaan dikurangi biaya eksplisit dan implisit maka akan diperoleh keuntungan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani cabai merah lahan pantai maka digunakan analisis R/C dengan kriteria usahatani layak apabila R/C bernilai lebih besar dari satu (R/C > 1). Selain R/C, kelayakan usahatani dapat dianalisis dengan produktivitas lahan, modal dan tenaga kerja. Usahatani dikatakan layak jika produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, produktivitas modal lebih besar 15

16 dari tingkat suku bunga bank, produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah harian tenaga kerja, dan untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut : Usahatani cabe merah Input : Lahan Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja Produksi cabai merah Peralatan Biaya Produksi Harga output Eksplisit Implisit Penerimaan Pendapatan Keuntungan Kelayakan : 16 R/c Produktivitas lahan Produktivitas kenaga kerja Produktivitas modal

17 Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran 17

18 C. Hipotesis Diduga usahatani cabe merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu layak diusahakan, ditinjau dari R/C, produktivitas lahan, produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal. 18