PENGKAJIAN SISTEM BUDIDAYA SAPI POTONG PADA EKOREGIONAL PADANG PENGEMBALAAN PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Di susun oleh : Wahyu. Aji Siswanto S1-TI- Transferr AMIKOM

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

PROSPEK SAPI PESISIR SEBAGAI TERNAK LOKAL YANG MENJANJIKAN Shari Asmairicen

PROSPEK PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI DI LAHAN MARGINAL UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SAPI BAKALAN DI NUSA TENGGARA BARAT

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

PENDAHULUAN Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

Integrasi Tanaman Jeruk dengan Ternak Kambing

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

RENCANA KINERJA TAHUNAN

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

POKOK BAHASAN I I. PENDAHULUAN. Mengetahui peranan ternak potong dan peluang bisnis pada ternak potong.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA ASINUA JAYA KECAMATAN ASINUA KABUPATEN KONAWE. (Senin, Tanggal 9 Mei 2015)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Transkripsi:

PENGKAJIAN SISTEM BUDIDAYA SAPI POTONG PADA EKOREGIONAL PADANG PENGEMBALAAN Oleh : N.Yunizar, H.Basri, Y.Zakaria, Syamsurizal, S.Anwar, Mukhlisuddin, Elviwirda, Darmawan, Lukman, T.M.Yunus, A.Hasan PENDAHULUAN Sumberdaya manusia merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia tercinta, macam makanan yang bergizi tinggi yang mudah dan murah perlu dipikirkan secara seksama. makanan bergizi tinggi mengandung protein merupakan dambaan dari setiap insan manusia Menu makanan dengan kadar protein tinggi hanya tersedia dan bersumber dari protein hewani. Sapi potong merupakan sumber protein hewani yang banyak diusahakan oleh masyarakat desa Daerah Istimewa Aceh yang memiliki ternak sapi spesifik lokal dikenal sebagai sapi Aceh. Meskipun ada sapi lain yang masuk ke Daerah Istimewa Aceh misalnya; Sapi Bali, Peranakan Ongrol dan Brahman Cross. Hasan Basri (1981) mengatakan bahwa sapi Aceh mempunyai warna bulu bervariasi, sapi jantan umumnya berpunuk dan bertanduk. Sapi Aceh dapat merumput dengan baik walaupun keadaan padang rumput dalam keadaan kritis. Secara umum sapi Aceh tergolong lambat dewasa kelamin, tetapi tidak selambat sapi turunan Zebu. Gunawan (1995) mengatakan angka kelahiran sapi di ekoregional padang penggembalaan masih sangat rendah hanya mencapai 17%35%. Rendahnya angka kelahiran ini diduga ada kaitannya dengan rendahnya nilai nutrisi hijauan pakan yang tersedia disamping faktor lainnya. Sejalan dengan pernyataan Gunawan (1995) tentang rendahnya angka kelahiran anak sapi di padangan. Hasan Basri (2000) menanggapi mungkin saja dikarenakan kekurangan pejantan produktif. Umumnya pejantan produktif dipelihara dengan tujuan penggemukan (dikeremankan) dimana sapi tersebut selama hidupnya tidak pernah mengawini sapi betina. Untuk menanggulangi dan menyelesaikan problema rendahnya angka kelahiran anak sapi Aceh serta mencapai ketersediaan pakan baik kualitas maupun kuantitas, maka dirakit suatu teknologi budidaya sapi potong dengan mengintroduksi rumput Brachiaria humidicola di padang penggembalaan yang terbatas sebagai sumber bahan pakan. beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari rakitan teknologi dengan mengintroduksi rumput Brachiaria humidicola untuk masyarakat peternak sapi potong dipedesaan antara lain : 1. Bahan pakan untuk ternak sapi di padangan ketersediaannya dapat menjamin baik kuantitas dan kualitas. 2. Pengontrolan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan mudah dan pencegahan kemungkinan terjadinya penyakit menular dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. 3. Pertumbuhan dan pertambahan berat badan ternak menjadi lebih baik. 4. Pelacakan sapi betina birahi menjadi mudah 5. Dapat dengan mudah mengontrol sistem perkawinan dalam pencegahan inbreeding. 6. Harga jual menjadi lebih baik.

PERMASALAHAN Permasalahan yang ada dalam kajian sistem budidaya usahatani sapi potong pada ekoregional padang penggembalaan adalah : Sapi Bibit Masih sukar mendapatkan sumber bibit sapi Aceh sesuai dengan standar breed bangsa dan dalam batasan umur yang beragam. Keadaan Penyakit Masih banyak dari para petani ternak yang kurang memperhatikan keadaan kesehatan ternak. Terutama gangguan endoparasit berupa cacing dan ekto parasit berupa serangan caplak. Ketersediaan Pakan Sumber bahan pakan ternak ruminansia yang utama adalah berbagai jenis rumputrumputan. Masih banyak peternak yang mengembalakan ternaknya di areal yang ditumbuhi rumput secara alam, yang kualitas dan kuatitas rendah sehingga hanya dapat menaikkan berat badan yang relatif kecil (0,04 kg/hari). Perkawinan Sistem perkawinan dari sapi rakyat di desa tidak terkontrol sehingga sering terjadi perkawinan inbreeding yang mengakibatkan sifat pertumbuhan yang menurun kemampuan konversi pakan menurun akibatnya tubuh sapi menjadi kerdil dan angka kematian baby calf meningkat hanya bertambah 0,04 kg/hari relatif terjadi pertambahan yang kecil. Pasar Mata rantai pasar masih dikuasai oleh tengkulak di pasar hewan yang mengakibatkan petani menjual ternaknya dengan harga yang murah dan umumnya dengan sistem cicilan sehiggga petani peternak selalu dirugikan. Manajemen Para peternak di pedesaan secara umum didalam mengusahakan ternaknya bersifat sub marginal akibatnya hampir tiada dari mereka mengusahakan penyediaan pakan ternak unggulan berupa padang pengembalaan pakan unggulan, sehingga para petani peternak khususnya petani di padang pengembalaan sangat lambat untuk menghasilkan pendapatan dalam berusaha tani ternaknya.

TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI POTONG SYARAT PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI Penyediaan Pakan Untuk mendapatkan pertumbuhan ternak melebihi tingkat normal, faktor ketersediaan bahan pakan merupakan masalah yang harus dipikirkan agar bahan pakan tersebut tersedia dan memiliki kontinyuitas serta berkualitas baik untuk ternak sapi potong faktor bahan pakan berupa berbagai jenis rumput unggul untuk padang penggembalaan telah dikembangkan dalam pengkajian ini dengan mengintroduksi rumput Brachiaria humidicola yang didatangkan dari Sub Balitnak Sungai Putih, Kecamatan Galang Sumatera Utara tahun 1996. Rumput Brachiaria humidicola yang diintroduksi ternyata mampu berproduksi dengan baik walaupun pada musim kemarau panjang dan tahan hujan ternak. Dalam kajian ini rumput Brachiaria humidicola mampu berproduksi sebanyak 32 ton/ha/tahun dan daya tumbuh ratarata 28,25 cm, bila diperhitungkan kebutuhan pakan per unit ternak sapi di padang pengembalaan adalah 35 kg/ekor/hari, maka kemampuan padang penampung ternak/ha/tahun sebanyak 3 ekor unit ternak sapi. Jumlah unit sapi yang ditempatkan pada lokasi kajian untuk kelompok A hanya 11 unit sapi dengan luas 2 ha dan kelompok B sebanyak 21 unit sapi. Dari data penempatan sapi ini jelas terlihat semua sapi mengalami kenaikan berat badan 0,31 kg kelompok A dan B sebesar 0,29 kg. Parto Diarjo (1982) menyatakan bahwa ketersediaan pakan sangat penting selain faktor lain seperti keturunan, lingkungan dan iklim sosial didalam proses reproduksi. Pemberantasan dan Pecegahan Penyakit Penyakit yang paling sering menyerang ternak adalah golongan ektro parasit (caplak, lalat, nyamuk dan kutu) dan indoparasit berbagai macam cacing selain itu juga penyakit menular seperti penyakit ngorok, mulut dan kuku. Pencegahan terhadap serangan penyakit ektoparasit dan endoparasit dapat dilakukan dengan penyemprotan Asumtol 1 permil dan obat kuli caplak. Pemberian obat cacing sebaiknya dilakukan setiap 2 3 bulan sekali, pencegahan terhadap penyakit menular dapat dilakukan dengan vaksinasi. Manfaat dari melakukan pemberantasan dan pencegahan penyakit pada ternak adalah : a. Ternak menjadi lebih tenang b. Pertumbuhan ternak menjadi lebih baik c. Pertambahan berat badan ternak menjadi lebih tinggi d. Harga jual ternak menjadi lebih tinggi karena penampilan yang lincah dan menarik. Perkawinan dan Bibit Ketersediaan sumber bibit ternak yang baik sangat diperlukan dalam jumlah yang cukup dan mudah diperoleh. Untuk keberhasilan suatu usaha bidang peternakan maka faktor bibit merupakan faktor penentu keberhasilan walaupun faktor lainnya juga sangat penting. Dengan manajemen dan perencanaan yang benar dapat menghindari ternak sapi mengalami kawin sekeluarga (inbreeding), untuk ternak komersial sangat dianjurkan perkawinan diluar keluarga (outbreeding) sistem perkawinan pada ternak sapi yang disertai seleksi ketat dengan perlu rencana terprogram dapat menghasilkan sumber ternak bibit terekomendasi dan mampu berproduksi tinggi. Pasar dan Pemasaran Didalam proses jual beli ternak yang berkaitan dengan pemasaran maka diperlukan suatu lembaga yang mampu melindungi produsen dan konsumen terhadap harga jual dan mutu dari produk yang dibeli. Hal ini sangat penting karena sampai dengan saat ini hampir setiap pasar hewan yang ada dan terdapat di Daerah Istimewa Aceh sering kali ternak sapi yang dibeli tidak dibayar dengan harga tunai, tetapi dengan panjar dan cicilan sistem dan cara ini sangat tidak membantu para produsen ternak. Diharapkan bila pasar dan pasaran merupakan wadah dan saran yang baik maka hal ini sangat menggiurkan para produsen

untuk memicu produk yang mereka hasilkan, bila ini terjadi maka untuk masa akan datang tidak akan terlihat sapi kurus dan kerdil di pasar hewan. Manajemen dan Tata Laksana Manajemen atau tata laksana merupakan kunci keberhasilan dari segala macam kegiatan usaha semakin tinggi tingkat manajemen yang diterapkan didalam suatu kegiatan maka semakin kecil tingkat kegagalan yang diderita. Pada kegiatan ini telah diterapkan suatu tingkatan manajemen didalam mengusahakan pengelolaan sapi potong di ekoregional padang pengembalaan dengan tingkat manajemen yang diterapkan pada kajian adalah : a. Rumput padangan yang digunakan hasil introduksi rumput gembala unggul b. Padangan yang digunakan dipagar dengan kawat duri agar ternak kajian tidak tercampur dengan ternak lainnya. c. Pejantan yang digunakan jelas identitasnya sehingga sapi betina menjadi bunting dikarenakan pejantan yang jelas. d. Sapisapi kajian sebelum mendapat perlakuan terlebih dahulu diberikan obat cacing sesuai dengan dosis. Dari data yang diperoleh setelah mengalami pengolahan maka kegiatan pengkajian budidaya sapi potong pada ekoregional padang penggembalaan yang berlokasi di Desa Lamtamot Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar maka dapat direkomendasikan sebagai berikut : 1. Rumput Brachiaria humidicola dapat dijadikan sebagai rumput padang penggembalaan didasarkan pada : a. Daya tahan hidup baik b. Tahan terhadap kekeringan dan genangan air c. Untuk tingkat produksi yang tinggi pada musin kemarau d. Disenangi ternak untuk mengkomsumsinya e. Mampu memberi nilai gizi yang tinggi baik untuk produksi dan reproduksi 2. Sistem pemeliharaan dengan cara mengurung pada areal padang penggembalaan yang diintroduksi rumput Brachiaria Humidicola disarankan untuk dikembangkan pada masyarakat tani peternak padang penggembalaan. 3. Sistem pemeliharaan sapi yang dilepaskan pada padang penggembalaan yang di introduksi rumput Brachiaria Humidicola sangat membantu didalam pengaturan perkawinan yang telah disarankan pada pengkajian ini. 4. Sapi betina yang diprogram breeding dengan cara memperlihatkan angka kebuntingan lebih tinggi bila dibandingkan sapi yang dilepas bebas mencari makanannya sendiri. Rumput Brachiaria humidicola yang didatangkan dari Sub Balitnak Sungai Putih, Kecamatan Galang Sumatera Utara tahun 1996. Rumput Brachiaria humidicola yang diintroduksi ternyata mampu berproduksi dengan baik walaupun pada musim kemarau panjang dan tahan injakan ternak. Dalam kajian ini rumput Brachiaria humidicola mampu berproduksi sebanyak 32 ton/ha/tahun dan daya tubuh ratarata 28,25 cm, bila diperhitungkan kebutuhan pakan perekor ternak sapi dipadang adalah 35 kg/ekor/hari, maka kemampuan padang penampung ternak /ha/tahun sebanyak 3 ekor unit ternak sapi. Jumlah unit sapi yang ditempatkan pada lokasi kajian untuk kelompok A hanya 11 unit sapi dengan luas 2 ha dan kelompok B sebanyak 21 unit sapi luas/ha. Dari data penempatan sapi ini jelas melihat semua sapi mengalami kenaikan berat badan 0,31 kg kelompok A dan kelompok B sebesar 0,29 kg. Partodiharjo (1982) mengatakan bahwa ketersediaan pakan sangat penting selain faktor lain seperti keturunan lingkungan dan kelamin sosial di dalam proses reproduksi.

ANALISA USAHATANI Analisa Usahatani Sapi Potong dengan Teknologi Penggemukan Uraian Jumlah (Rp) Biaya tidak tetap (BTT) : Biaya olah tanah (traktor) seluas 3 ha 450.000 Biaya pupuk urea 100/kg/ha seluas 3 ha 300.000 Biaya Bibit rumput Brachiaria Humidicola 400.000 Biaya obatobatan dan vitamin 300.000 Biaya pembuatan kandang masa pakai 5 tahun 500.000 Biaya pembelian kawat untuk pemagaran 3 ha 500.000 Biaya tiang pembuatan pagar masa pakai 5 tahun 750.000 Upah 2 orang pemeliharaan selama 1 periode 1.800.000 Jumlah biaya tidak tetap 5.000.000 Biaya Tetap (BT) : Pembelian sapi jantan seberat 200 kg (sebanyak 10 20.000.00 ekor) 0 Total biaya per 6 bulan masa pemeliharaan 25.000.00 0 3. Penerimaan Ø Penjualan 10 ekor sapi potong setelah dilakukan penggemukan yang ratarata kenaikan berat badan 0,310 kg/ekor/hari dengan jarak waktu penggemukan selama 6 bulan. Ø Berat badan awal sebelum penggemukan 200 kg Ø Ratarata kenaikan berat badan 55,8 kg/ekor Ø Harga jual bobot sapi setelah digemukkan selama 6 bulan Rp. 15.000 x 255,8 kg x 10 ekor = Rp. 38.370.000 Ø Harga penjualan pupuk kandang selama dalam periode pengkajian Rp.2.000.000 4. Proyeksi biaya pengeluaran dan penerimaan usaha penggemukan sapi pada padang penggembalaan : Pengeluaran Biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 5.000.000 Biaya tetap (BT) = Rp. 20.000.000 Jumlah biaya pengeluaran = Rp. 25.000.000 Penerimaan Penjualan sapi gemuk 10 ekor = Rp. 40.370.000 Pendapatan bersih selama 6 bulan = Rp. 15.370.000 Pendapatan bersih setiap bulan = Rp. 2.561.600 5. B/C (Perbandingan Penerimaan dan Biaya) B/C = Rp. 40.370.000 : Rp. 25.000.000 = Rp. 1.615 Usaha penggemukan sapi lokal di padang pengembalaan dengan introduksi rumput Brachiria humidicola layak dikembangkan. Analisa Usahatani Teknologi Pemuliabiakan Sapi Potong pada Padang Penggembalaan N Uraian Biaya ( Rp) o

1 Biaya Tidak Tetap (BTT) Renovasi kandang Renovasi pembuatan pagar Pembelian bibit untuk penyiapan sebanyak 300 polls/ rumput Obatobatan dan vitamin Pupuk urea 100 kg Upah 2 orang pemeliharaan selama dalam 1 periode 50.000 800.000 300.000 320.000 600.000 1.800.000, Total biaya (BTT) 3.870.000, 2 Biaya Tetap (BT) : Pembelian 2 ekor sapi jantan seberat 250/ kg 5.000.000, Pembelian 30 ekor sapi betina seberat 150 kg/ ekor 45.000.000 Total biaya (BT) 53.870.000 3 Penerimaan Penjualan bobot sapi jantan bibit 2 ekor Kenaikan berat badan 0,310 kg/ ekor/ hari Penjualan 30 ekor betina bunting 1 periode 7.674.000, 14.388.000 Total penerimaan 24.062.000 4 Proyeksi biaya pengeluaran dan penerimaan Pengeluaran Biaya tidak tetap (BTT) 3.870.000, Biaya tetap (BT) 50.000.000 Jumlah biaya pengeluaran 53.870.000 Penerimaan Penjualan sapi seluruhnya Harga penjualan pupuk kandang 1 periode 22.062.000 2.000.000 Jumlah penerimaan 24.062.000 Pendapatan bersih selama 1 periode pemeliharaan 29.808.000 Pendapatan bersih setiap bulan 3.312.000 B/C (Perbandingan Penerimaan dan Biaya) B/C = Rp. 24.062.000 : Rp. 53.870.000 = Rp. 4,46 Usaha pemuliabiakan dengan menempatkan pejantan produktif dengan ratio perbandingan jantan dan betina layak dikembangkan. Catatan : Harga jual sapi sebelum digemukkan Rp.10.000/kg. Harga jual sapi setelah penggemukan Rp. 15.000/kg.

DAFTAR PUSTAKA Gunawan. 1995. Sifat Populasi dan Ukuranukuran Badan Kambing Kacang di Kabupaten Aceh Timur, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Hasan Basri. 1981. Pedoman Pemeliharaan Sapi. Rural Devoploment Centre (CDR). Syiah Kuala University, Banda Aceh. Hasan Basri. 1999. Teknik Penggemukan Sapi Potong di Padang Pengembalaan. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Partodiharjo, S. 1982. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.