ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA SAPI POTONG DI PETERNAKAN KOTOSANI KABUPATEN SOLOK

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM SAPI POTONG DI KELOMPOK SAIYO SAKATO KECAMATAN IV ANGKEK KABUPATEN AGAM

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Elly Roza, Salam N. Aritonang, Arief. Fak. Peternakan Universitas Andalas ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

ANALISIS USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (STUDI KASUS KELOMPOK TANI SETIA KAWAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahmat Sulaeman, 2015

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENDAHULUAN Latar belakang

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Program PPM PROGRAM STUDI Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.000.000,- Tim Pelaksana Yetmaneli dan Hilda Susanti Fakultas Peternakan Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK POTONG MELALUI INTENSIFIKASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN REPRODUKSI DI KELURAHAN PASIA NAN TIGO KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG ABSTRAK Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan peternak tentang manajemen pemeliharaan dan manajemen reproduksi untuk meningkatkan produktifitas ternak potong, sehingga usaha yang dilakukan berorientasi kepada keuntungan. Kegiatan ini dilakukan di Mushalla di Kelurahan Pasia Nan tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Metode pengabdian dilakukan dengan penyuluhan berupa ceramah dan diskusi tentang intensifikasi manajemen pemeliharaan dan Reproduksi ternak potong. Evaluasi dilakukan terhadap 2 aspek yaitu aspek pengetahuan peternak dan aspek efektifitas pelaksanaan dari teknologi yang diberikan Pengetahuan peternak setelah mendapat penyuluhan diukur dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari kuesioner. Indikator dari kerberhasilannya diukur dari persentase peternak sapi potong yang telah mengerti cara pemeliharaan sapi potong, manajemen reproduksi, penanaman rumput unggul, pemilihan bibit yang baik. Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat yang sebahagian besar adalah nelayan. Pemeliharaan ternak potong dilakukan secara sambilan dengan sistem pemeliharaan secara tradisional bahkan ada beberapa peternak yang mempunyai sapi dalam jumlah besar tidak punya kandang dimana ternak dilepas bahkan sampai ke jalan raya sehingga mengganggu lalu lintas. Sumber pakan berasal dari rumput lapangan. Berdasarkan diskusi atau tanya jawab selama kegiatan pengabdian diketahui bahwa sebagian besar umum peternak masih melakukan usaha peternakannya secara sambilan, dengan sistem pemeliharaan secara tradisional. Pengetahuan masyarakat untuk mengenai reproduksi masih kurang, pengelolaan reproduksi sebagian besar masih terbatas pada tandatanda berahi dan pelaksanaan perkawinan ternaknya dan belum mencakup pada upaya untuk penanggulangan gangguan reproduksi seperti keterlambatan perkawinan ternaknya dan cara mengatasinya. Produktivitas ternak sapi potong masih rendah. Key Word : Intensifikasi, manajemen, reproduksi, ternak potong Analisis Situasi BAB 1. PENDAHULUAN Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan sejumlah 694,96 km2. Kecamatan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk terbesar yaitu wilayah Kecamatan Koto Tangah. Luas wilayah 232,25 km2 atau sepertiga luas wilayah Kota Padang dengan jumlah penduduk tercatat lebih kurang 153,075 orang (Padang Dalam Angka, 2006). Kelurahan Pasia Nan Tigo berada di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, dengan tingkat pendidikan masyarakat yang masih cukup rendah. Daerah ini sebagian berada dikawasan pesisir pantai. Umumnya mata pencaharian penduduk adalah nelayan, bertani dan beternak. Ternak yang di pelihara adalah sapi potong yang tujuannya disamping sebagai penghasil daging dan tenaga kerja juga untuk tabungan hidup. Di bidang kesejahteraan, angka kemiskinan Kota Padang pada 2008 bertambah menjadi 29.435 rumah tangga. Karena itu Pemko diminta segera membentuk tim khsusus Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010 1

untuk menangani soal kemiskinan ini. Berdasarkan data kemiskinan kota Padang daerah ini termasuk yang banyak keluarga miskin Dari survey yang dilakukan di Kelurahan Pasia Nan Tigo ini, usaha pemeliharaan ternak potong sudah lama mulai dilirik masyarakat. Hal ini disebabkan karena usaha ini lebih menguntungkan seiring dengan permintaan akan daging selalu meningkat. Jumlah populasi ternak sapi di daerah ini adalah 765 ekor dengan dengan rata-rata pemilikan 2-4 ekor. Hambatan yang perlu diperhitungkan dalam pemeliharaan ternak adalah pola pemeliharaan ternak oleh masyarakat yang belum intensif dan pendekatannya masih secara tradisional, sehingga produksi ternak sapi potong masih rendah. Dalam pengembangan ternak potong pemeliharaan dilakukan secara efektif dan efisien sehingga mampu berproduksi secara maksimal. Hal ini dapat dicapai apabila pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan secara tepat dan optimal, serta memanfaatkan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat. Peningkatan produksi ternak ruminansia seperti ternak potong sudah merupakan hal yang seharusnya dilakukan dalam mewujudkan swasembada daging dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dilihat dari potensi ternak yang ada, produksi daging sapi dalam negeri saat ini belum menunjukan kemampuan yang sebenarnya, karena kebutuhan dalam negeri belum bisa dipenuhi dari produksi sendiri, untuk memenuhi kebutuhan terpaksa melakukan impor sekitar 30%. Melalui fenomena ini pemerintah mengambil kebijakan yakni swasembada daging tahun 2010 yang dikenal dengan program percepatan swasembada daging sapi (P2SDS). P2SDS menuntut peningkatan populasi sapi dalam negeri sekitar 1,55 juta ekor dari populasi saat ini 11,28 juta ekor. Upaya peningkatan populasi ini dapat berasal dari kontribusi peternakan rakyat, perusahaan dan pemerintah. Tingkat kelahiran berdasarkan data Dinas Peternakan Kota Padang hanya 40%. Permasalahan perningkatan populasi ternak tidak terlepas dari persoalan reproduksi. Pada peternakan sapi salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan populasi adalah dengan cara meningkatkan efsiensi reproduksi. Peningkatan reproduksi dilakukan dengan cara meningkatkan kelahiran. Peningkatan kelahiran dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan atau potensi reproduksi. Untuk mencapai sasaran tersebut antara lain dengan cara mengetahui manajemen reproduksi. Hal ini bertujuan untuk memperpendek jarak kelahiran. Peningkatan produktivitas sangat tergantung kepada bibit yang baik, ketersediaan makanan yang kontinu dan bernilai gizi, sistem pemeliharaan dan tata laksana perkawinan yang baik serta manajemen reproduksi dan penanganan kesehatan yang baik. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sapi potong dari segi pemuliaan, reproduksi dan manajemen. Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi di atas dapat diidentifikasi dan dirumuskan permasalahan dalam pengembangan ternak sapi potong di Kelurahan Pasia Nan Tigo adalah sebagai berikut. a. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai manajemen pemeliharaan dan reproduksi ternak yang terlihat dari sistem perkawinan yang belum baik dan tingkat kelahiran yang rendah. b. Produktifitas ternak sapi potong masih rendah dapat dilihat dari kondisi tubuh dan pertambahan bobot badan sapi yang dipelihara sangat rendah. c. Makanan yang diberikan masih mengandalkan pada ketersedian rumput lapangan dengan kualitas rendah dan sangat sedikit peternak yang memberikan konsentrat pada sapinya. d. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen sapi potong seperti pembuatan kandang dan penanganan kesehatan ternak. 2 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010

Tujuan Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sbb: a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang jenis bibit dan pemilihan sapi bibit yang akan dipelihara. b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang proses reproduksi seperti deteksi berahi,dan sistem perkawinan. c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak tentang penanaman dan pemiliharaan rumput unggul. d. Diharapkan peternak mampu menyusun ransum konsentrat untuk sapi potong dengan memanfaatkan limbah industri yang ada dilokasi sehingga pertumbuhan sapi jadi lebih baik. e. Meningkatkan pengetahuan peternak tentang manajemen pemeliharaan dan manajemen reproduksi sehingga usaha yang dilakukan berorientasi kepada keuntungan. f. Meningkatkan produktivitas ternak potong Manfaat Kegiatan Dari kegiatan pengabdian yang dilakukan akan bermanfaat bagi peternak antara lain : a. Dengan memilih bibit yang baik dan mengetahui sitem perkawinan yang tepat, peternak dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi potong. b. Peternak dapat memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien c. Meningkatkan pertambahan berat badan dengan pemberian makanan yang baiki sehingga dapat menambah pendapatan peternak. d. Meningkatkan partisipasi peternak dalam beternak dan sekaligus menerapkan teknologi yang tepat guna dalam beternak sapi potong. e. Menjalin kerjasama antara perguruan tinggi dengan peternak. Metode Kegiatan METODE PENGABDIAN Untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan pengabdian yang maksimal, maka metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Penyuluhan tentang pemeliharaan ternak secara intensif untuk meningkatkan produktivitas ternak mulai dari pemilihan bibit, pembuatan kandang, pemberian makanan, sistem perkawinan dan manajemen reproduksi sampai kepada pemasaran ternak. 2. Demontrasi pembuatan demplot percontohan penanaman rumput unggul mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemeliharaannya. 3. Demontrasi cara-cara pengukuran ukuran-ukuran tubuh ternak 4. Demontrasi cara penyusunan ransum konsentrat dengan bahan pakan yang berasal dari limbah industri. 5. Aplikasi penerapan teknologi penanaman rumput unggul (CV. Taiwan) dan penyususan kosentrat oleh peternak yang selanjutnya dilakukan bimbingan dan pemantauan. Khalayak Sasaran Sasaran utama pengabdian kepada masyarakat ini adalah kelompok tani, peternak dan para pembina masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap 2 aspek yaitu aspek pengetahuan peternak dan aspek efektifitas pelaksanaan dari teknologi yang diberikan Pengetahuan peternak setelah mendapat penyuluhan diukur dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari kuesioner. Indikator dari kerberhasilannya diukur dari persentase peternak sapi potong yang telah mengerti cara Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 3

pemeliharaan sapi potong, manajemen reproduksi, penanaman rumput unggul, pemilihan bibit yang baik. Aspek pelaksanaan diukur dengan indikator seberapa besar jumlah peternak sapi potong yang telah menerapkan dan mampu memahami dan melaksanakan penyusunan makanan tambahan, deteksi berahi dan menanam rumput unggul sebagai hijauan bagi ternak mereka. HASIL DAN PEM BAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan pada hari Kamis tanggal 10 September 2009 dilakukan di kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Metode pengabdian dilakukan dengan penyuluhan berupa ceramah dan diskusi secara langsung dengan peternak dengan cara mendatangi peternak langsung ke lokasi pengabdian dan juga dilakukan di tempat dimana peternak biasanya berkumpul sperti di warung-warung pada siang hari atau di rumah warga. Melalui intensifikasi manajemen pemeliharaan dan reproduksi ini peternak dapat hendaknya menerapkan sistem pemeliharaan yang memperhatikan kebutuhan ternak dan lingkungan, penyediaan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, perkandangan yang baikk, seleksi bibit dan pencegahan penyakit. Kegiatan ini dilanjutkan dengan peragaan cara-cara teknologi praktis dalam usaha peningkatan produktifitas ternak sapi potong. Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat ataupun peternak yang memelihara sapi potong di Kanagarian Pasia Nan Tigo. Kegiatan ini dihadiri oleh 18 orang peternak dengan rata-rata kepemilikan 4-6 ekor. Berdasarkan diskusi atau tanya jawab selama kegiatan pengabdian diketahui bahwa sebagian besar peternak masih melakukan usaha peternakannya secara sambilan, dengan pemeliharaan secara tradisional. Pekerjaan utama masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo adalah nelayan, Beternak sapi Potong yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo sebagaian besar dilakukan secara tradisional, bahkan masih banyak dari peternak tidak memiliki kandang dan membiarkan ternak mereka lepas ssehingga sering mengganggu karena masuk ke pekarangan masyarakat dan bahkan ke jalan raya. Ternak sapi ini dibiarkan lepas sampai sejauh 5 km dari tempat pemilik ternak ini tinggal karena peternak membiarkan ternak ini berkeliaran tamnpa diikat. Walaupun demikian animo masyarakat tentang ternak ini cukup tinggi hal ini berdasarkan dari jumlah populasi dan hasil wawancara dengan peternak di daerah tersebut. Pemeliharaan secara tradisional sepenuhnya tergantung pada keadaan lingkungan dan hanya dapat dianjurkan bagi tempat yang masih jarang penduduknya dan pola pertanian belum intensif. Pemeliharaan secara tradisional ini pada dasarnya hanya untuk memenuhi fungsi sebagai tabungan keluarga untuk mendapatkan daging dan mungkin juga uang tunai. Pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi ini tergantung pada keadaan lingkungan sekitarnya sehingga resiko kematian dan hilang cukup tinggi. Sebagai sumber pakan, sebetulnya daerah ini cukup memiliki lahan yang dapat digunakan untuk ditatanami rumput-rumput yang mempunyai nilai gizi yang baik. Namun peternak hanya mengandalkan sumber pakan yang berasal dari rumput alam bebas yang tumbuh disekitar pekarangan masyarakat, tanah lapang dan kebun-kebun kelapa yang berada di belakang rumah maupun dipinggir pantai. Pakan yang diberikan pada ternak masih rendah baik dari segi kuantitas apalagi dari segi kualitas. Ada beberapa peternak yang telah memberikan konsentrat pada sapinya, itupun belum sesuai seharusnya. Hal ini dilakukan karena peternak memelihara sapi dari keturunan Simmental. Secara umum peternak belum bisa menentukan kebutuhan ternaknya akan pakan. Mengenai bibit, pada umumnya peternak yang ada di Kelurahan Pasia Nan Tigo masih memelihara ternak sapi kampung. Hal ini disebabkan para petani-ternak mendapatkan pengalaman beternak secara turun temurun, sehingga belum terlalu mengetahui karakteristik ternak bibit yang baik. Disamping itu dengan sistem pemeliharaan dengan cara melepas ternaknya memang sapi jenis inilah yang cocok dan tahan terhadap sistem pemeliharaan dengan cara tersebut. Sementara itu, sebagain besar peternak di Kelurahan Pasia Nan Tigo memelihara ternak betina, dengan sistem perkawinan secara umum bersifat alami dengan pejantan yang belum jelas kualitasnya. 4 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010

Perkandangan masih kurang diperhatikan, dan bahkan ada ternak yang tidak dibuatkan kandangnya sehingga lepas siang malam. Apabila hujan atau panas, ternak inipun mencari sendiri tempat berteduh di sekitar rumah pemiliknya baik di bawah pohon atau teras pondok yang bisa digunakan untuk berlindung. Bahkan masuk ke halaman Hal ini menyebabkan rendahnya produktifitas ternak yang mereka pelihara. Ditinjau dari segi pemasaran, sebagaian besar peternak menjual ternaknya kepada pedagang ternak pada saat tahun ajaran baru sekolah atau sebelum Hari Raya Kurban. Bahkan ada peternak yang tidak mau manjual ternaknya walaupun sebenarnya ternak tersebut sudah tidak produktif lagi (tua). Hal ini menyebabkan sulitnya memperhitungkan tingkat penghasilan peternak, sehinga dapat dipastikan tingkat penghasilan peternak belum optimal. Melalui kegiatan pengabdian ini, peternak diberikan pengetahuan tentang panca usaha ternak yang meliputi: pemilihan bibit yang baik, pemberian pakan, manajemen pemeliharaan, manajemen kandang dan penanganan penyakit. Tak kalah pentingnya adalah masalah pemasaran. Dari segi bibit, peternak disarankan unjuk memelihara jenis sapi yang lebih tahan terhadap iklim yang panas seperti Brahman, Bali dan PO. Dari segi perkawinan, disarankan kepad apeternak untuk mengawinkan ternaknya secara buatan (IB) agar kualitas pejantanya lebih terjamin. Mengenai pakan, peternak diberikan petunjuk menganai jumlah pakan yang diberikan dan jenisnya, yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Selain itu dianjurkan untuk pemberian air minum secara terus menerus atau agar air minum selalu tersedia di kandang. Peternak juga diberikan bibit rumput unggul yaitu jenis Rumpu Gajah Cv. Taiwan untuk ditanam di sekitar pekarangan peternak. Mereka juga diajarkan cara penanaman, pemberian pupuk dan teknik serta waktu pemanenan. Dari segi pemeliharaan, peternak diberikan pengetahuan mengenai teknik pemeliharaan ternak sesuai arah peternakannya. Untuk ternak induk supaya diberkan exercise dan ternak penggemukan agar diternakan secara intensif. Mengenai sistem perkandangan disarankan kepada peternak untuk membuatkan kandang yang layak untuk ternaknya dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain adalah: 1) jauh dari rumah, paling kurang 5-10 meter, 2) Bahan kandang adalah murah dan mudah di dapatkan dari daerah sekitar seperti bambu dan kayu, 3) kandang berada pada daerah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan tanahnya dipadatkan, 4) cukup ventilasi, 5) adanya tempat penampung kotoran. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah agar ternak membuat atap kandang dari bahan yang bisa meredam panas. Dari segi pemasaran, disarankan menjual ternak yang telah digemukan setiap enam bulan dan untuk ternak yang dijadikan induk agar dipelihara maksimal sampai umur tujuh tahun. Anak sapi yang dihasilkan dari induk yang dipelihara bisa dijual setelah umur 6-12 bulan atau tetap dipelihara sendiri unutk digemukan atau dijadikan induk. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar sistem pemeliharan sapi pada petani peternak di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kec. Koto Tangah masih bersifat tradisional dan penerapan aspek teknis peternakannya masih relatif rendah. 2. Kelurahan Pasia Nan Tigo Kec. Koto Tangah berpotensi untuk peternakan sapi potong asalkan menerapkan teknik beternak yang baik sesui lingkungan setempat. 3. Pemeliharaan ternak sapi potong di Pasia Nan Tigo Kec. Koto Tangah masih bersifat tradisional bahkan ada yang tidak memiliki kandang karena masih rendahnya pengetahuan peternak. 4. Dengan kegiatan yang dilakukan peternak di Pasia Nan Tigo Kelurahan Batipuah Panjang Kec. Koto Tangah akan dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai bibit yang baik dipelihara, sistem perkawinan yang baik serta dapat meningkatkan produktifitas ternak dan penghasilan keluarga. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 5

Saran 5. Melalui kegiatan pengabdian ini terjalin kerja sama yang baik antara staff pengajar Fakultas Peternakan Unand dengan aparat kelurahan dan petani-ternak sehingga diharapkan dapat memajukan sektor peternakan di Kecamatan Koto Tangah. Hal-hal yang dapat disarankan dalam pengabdian ini adalah: 1. Dalam program selanjutnya perlu dilibatkan nara sumber yang kompeten dibidang kesehatan ternak 2. Untuk pengembangan, pembinaan harus terus dilakukan kepada peternak di Pasia Nan Tigo Kelurahan Batipuah Panjang Kec. Koto Tangah secara berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Arbi. N. M. Rivai, S. Anwar, B. Anam. 1977. Produksi Ternnak Potong. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang Blakely, J., D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gajahmada University Press. Yogyakarta. Djariah, A.S. 1996. Usaha Ternak Sapi Kereman. Yayasan Kanisius. Yogyakarta. Dinas Peternakan. 2007. Populasi Ternak Potong di Kota/Kabupaten se- Sumatera Barat. Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat Dinas Peternakan. 1990. Sapta Usaha Sapi Potong. Dinas Peternakan Daerah Tk.I Sumatera Barat. Dirjen Peternakan. 1978. Petunjuk teknis Pelaksanaan Panca Usaha Ternak Potong (Sapi Kereman). Jakarta Madarisa, Fuad. 1998. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. 6 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010