BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan diluar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan penggunaan komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

Kualitas Daya Listrik (Power Quality)

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu [3]. Beban linear ini mematuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kwh meter (kilo Watthours meter) adalah suatu alat ukur yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

PENGARUH HARMONIK PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

RELE ARUS LEBIH (OVERCURRENT RELAY)

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini sebagian besar pemakaian beban listrik di masyarakat hampir 90%

BAB 1 PENDAHULUAN. proses yang kontinu membutuhkan komponen-komponen elektronika dan komponen

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, *

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

Oleh : ARI YUANTI Nrp

Kajian Harmonisa Arus Dan Tegangan Listrik di Gedung Administrasi Politeknik Negeri Pontianak

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yaitu beban linier dan beban non-linier. Beban disebut linier apabila nilai arus dan

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

GENERATOR SINKRON Gambar 1

ANALISIS DAMPAK HARMONISA TERHADAP KINERJA RELE PROTEKSI ARUS LEBIH STATIS T E S I S. Oleh: YAKUB GINTING /MTE

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PENYIMPANGAN PENGUKURAN ENERGI LISTRIK PADA KWH METER ANALOG DAN DIGITAL SKRIPSI

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri

RELE (Relay) Ramadoni Syahputra. Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

PENGATURAN DAYA AKTIF PADA UNIFIED POWER FLOW CONTROLLER (UPFC) BERBASIS DUA KONVERTER SHUNT DAN SEBUAH KAPASITOR SERI

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

PENGARUH BENTUK GELOMBANG SINUS TERMODIFIKASI (MODIFIED SINE WAVE) TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR

Pertemuan ke :2 Bab. II

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tombak pemikulan beban pada konsumen. Gangguan-gangguan tersebut akan

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

Analisa Konfigurasi Hubungan Primer dan Sekunder Transformator 3 Fasa 380/24 V Terhadap Beban Non Linier

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian daya listrik dengan beban tidak linier banyak digunakan pada

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

Studi Perencanaan Filter Hybrid Untuk Mengurangi Harmonisa Pada Proyek Pakistan Deep Water Container Port

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP UNJUK KERJA MINIATURE CIRCUIT BREAKER (MCB) 2A DAN 4A SKRIPSI

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Harmonisa adalah distorsi periodik dari gelombang sinus tegangan, arus atau daya dengan bentuk gelombang yang frekuensinya merupakan kelipatan diluar bilangan satu terhadap frekuensi fundamental pada mana sistem suplai dirancang beroperasi (frekuensi 50 Hz) [2]. Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan penjumlahan dari gelombang fundamental dan gelombang harmonisa (h 1, h 2, dan seterusnya) [5]. Pada Gambar 2.1 di bawah ini dapat dilihat bentuk gelombang terdistorsi, gelombang fundamental dan komponen harmonisanya (harmonisa ketiga). Gel Fundamental Gel Harmonisa ke 3 Gel Fundamental + Gel Harmonisa ke 3 = Gel Terdistorsi Gambar 2.1. Gelombang terdistorsi, fundamental, harmonisa ketiga [5] Makin banyak harmonisa diikut sertakan, kurva makin mendekati bentuk persegi atau bentuk gelombang makin menyimpang dari bentuk sinusoidal [3].

2.2. Distorsi Harmonisa Distorsi harmonisa adalah setiap perubahan dalam bentuk sinyal yang tidak disengaja dan secara umum tidak diinginkan [6]. Harmonisa menyebabkan distorsi pada bentuk gelombang fundamental tegangan dan arus. Distorsi harmonisa timbul akibat karakteristik nonlinier alat dan beban pada sistem tenaga. Peralatan ini dimodelkan sebagai sumber arus yang menginjeksikan arus harmonisa kedalam sistem tenaga. Distorsi harmonisa timbul sebagaimana arus ini menyebabkan tegangan non linier pada impedansi sistem. Distorsi harmonisa timbul akibat banyaknya pelanggan beban non linier [7]. Berikut ini diperlihatkan bagaimana gelombang arus menjadi cacat karena harmonisa seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini : ARUS CACAT AKIBAT HARMONISA Gambar 2.2 Arus cacat akibat harmonisa [5] 2.3. Persamaan Harmonisa Gelombang harmonisa dan terdistorsi merupakan gelombang kontinu dan periodik sehingga sesuai dengan deret Fourier seperti Persamaan berikut.

Gelombang periodik yang memiliki bentuk gelombang f(t) = f(t + 2L) dapat dinyatakan dengan sebuah deret Fourier dimana (- L, L) interval dari f(t) atau f(t) mempunyai periode 2L; L adalah bilangan periodic [8]. Deret Fourier dapat dinyatakan dalam bentuk : F(t) = a 0 + h=1 (a h cos hωt + b h sin hωt ) [8].......(2.1) Secara umum arus sesaat dapat direpresentasikan dalam deret Fourier sebagai: i(t) = h=1 i h (t) = h=1 2 I h sin (hω 0 t + δ h ) [8]......(2.2) dengan bagian arus searah biasanya diabaikan untuk kesederhanaan. I h adalah arus rms untuk harmonisa orde ke-h. Arus harmonisa total (Total Harmonics Current) = [8]...(2.3) Rumus menghitung I t, I 1 dan THDi : I t = [2].......(2.4) dimana : h=2 = I 2 2 + I 3 2 + I 4 + I 5 2 + I 6 2 + I 7 2 + ---- + I 2 THDi = [9]........(2.5)

[1]......(2.6) dimana : I t = Arus total = Arus terdistorsi efektif(rms) THDi = Total Harmonics Distortion arus h I 1 I h = Orde harmonisa = Arus komponen fundamental = Arus harmonisa orde ke h 2.4. Dampak Distorsi Harmonisa Distorsi harmonisa dapat berdampak pada kerugian teknis dan ekonomis yaitu : a. Pada transformator berupa susut listrik bertambah, daya mampu menurun dan umur ekonomis menurun. b. Pada motor listrik berupa pemanasan berlebih, adanya tambahan stress termal, terjadi pulsasi pada putaran dan umur ekonomis menurun. c. Pada Capacitor Bank berupa terjadinya resonansi (seri dan paralel) harmonisa dengan Capacitor Bank sehingga dapat menyebabkan beban lebih dan gagal bekerja, distorsi tegangan menambah rugi dielektrik, menambah stress termal pada isolasi dan mengurangi umur ekonomis.

d. Pada penghantar jaringan berupa susut listrik bertambah, kenaikan jatuh tegangan, stress dielektrik meningkat dan mengurangi umur ekonomis. e. Pada alat ukur berupa terjadinya kesalahan pengukuran pada kwh meter elektromekanis. f. Pada sistem tenaga berupa arus netral naik (harmonisa orde kelipatan ke 3), tegangan sentuh peralatan bertambah sehingga membahayakan bagi operator [8]. Berikut ditampilkan rekapitulasi kerusakan transformator daya di PT PLN (Persero) P3BJB selama tahun 2000 s/d 2009 yang kemungkinan besar karena rele tidak tepat trip secara efektif akibat distorsi harmonisa[10], lihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Rekapitulasi kerusakan tranformator daya di PLN P3B JB [10] Rasio Tegangan (kv) Tahun 70/20 150/20 150/70 500/150 Total 2000 1 2 1 4 2001 4 2 1 7 2002 1 4 1 6 2003 4 9 1 2 16 2004 1 8 9 2005 1 4 5 2006 2 4 6 2007 6 2 8 2008 2 13 2 1 18

2009 3 7 8 5 23 Jumlah 15 61 15 11 102 Sedangkan data penyebab gangguan pada transformator daya tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut : Gambar 2.3. Penyebab gangguan transformator [10] Dari Gambar 2.3. diatas beberapa hal dapat diketahui : a. 40 % gangguan pada sisi tegangan menengah transformator 150/ 20 kv, karena Feeder 20 kv gagal trip, sehingga menyebabkan PMT outgoing 20 kv transformator trip, gangguan bus-bar 20 kv, karena binatang (ular, tikus, burung, dsb), kesalahan manusia, seperti salah manuver dan sebagainya. b. 19 % karena malfungsi sistem proteksi c. 10 % belum diketahui penyebabnya

Dari data diatas dapat diketahui bahwa rele beroperasi tidak sesuai nilai sebenarnya dari setelan arus-waktu rele; maksudnya adalah rele tidak beroperasi sesuai dengan setting; ini bisa saja disebabkan oleh adanya harmonisa yang mempengaruhi keakuratan kinerja operasi rele. 2.5. Standard Distorsi Harmonisa Karena begitu besar dan bervariasi dampak distorsi harmonisa pada peralatan dan sistem secara teknis dan ekonomis maka diperlukan standarisasi harmonisa. Standar yang mengatur distorsi harmonisa ini adalah standar IEEE 512-1992 dan IEC 6100-2005. Kedua standar ini mengatur batasan harmonisa yang diijinkan seperti terlihat dalam Tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini. Tabel 2.2 Batas distorsi harmonisa arus menurut IEEE 519 1992 [10,11] Maksimum Distorsi Arus Harmonisa Dalam % Arus Beban (I L ) Harmonisa Orde Ganjil Pada : 120 V V 69 kv I sc /I L n < 11 11 n < 17 17 n < 23 23 n < 35 n 35 THDi < 20 4,0 2,0 1,5 0,6 0,3 5,0 20-50 7,0 3,5 2,5 1,0 0,5 8,0

50-100 10,0 4,5 4,0 1,5 0,7 12,0 100-1000 12,0 5,5 5,0 2,0 1,0 15,0 > 1000 15,0 7,0 6,0 2,5 1,4 20,0 Harmonisa orde genap dibatasi 25% dari batasan harmonisa orde ganjil diatas Tabel 2.3 Batas distorsi harmonisa arus dalam % arus beban I L : IEC 61000-2005 [10,11] I sc /I L n < 20 11 n <17 17 n <23 23 n <35 n > 35 THDi < 20 4,0 2,0 1,5 0,6 0,3 5,0 20-50 7,0 3,5 2,5 1,0 0,5 8,0 50-100 10,0 4,5 4,0 1,5 0,7 12,0 100-1000 12,0 5,5 5,0 2,0 1,0 15,0 >1000 15,0 7,0 6,0 2,5 1,4 20,0 dimana : I sc = Arus hubung singkat maksimum di PCC atau pada Alat Pengukur dan Pembatas (APP) I L = Arus beban demand maksimum (komponen frekuensi fundamental) di

PCC (Point of Common Coupling = Titik sambung bersama). 2.6. Arus Lebih Arus lebih adalah arus yang melampaui arus beban maksimum yang dibolehkan (arus pengenal alat yang diproteksi).[12] Arus lebih ini dapat berupa beban lebih dimana arus 1,05 I n dan arus karena gangguan hubung singkat 4 I n ( arus nominal) [13]. 2.7. Rele Proteksi Rele proteksi adalah suatu rele yang didisain untuk menginisiasi diskoneksi sebagian dari instalasi listrik dan atau mengoperasikan sinyal peringatan jika terjadi gangguan atau kondisi abnormal pada instalasi [2]. Rele proteksi mempunyai sarana pengukuran besaran sistem tenaga (arus dan tegangan) dan memprosesnya lewat sistem elektromekanis atau analog elektronik atau internal logik, dan mempunyai kapasitas untuk mengkontrol operasi Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB). Analog elektronik atau Logik internal memperkenankan rele menginisiasi urutan tripping jika kondisi abnormal terjadi dalam sistem tenaga. Berdasarkan konstruksinya ada dua tipe rele yaitu: elektromekanis dan statis. Rele Elektromekanis, gaya yang bekerja dihasilkan oleh interaksi gaya-gaya elektro mekanis, sedangkan Rele Statis didasarkan pada aplikasi komponen elektronika seperti dioda, transistor, kapasitor dll sehingga beroperasi sama seperti sistem elektromekanis

namun tidak ada bagian yang bergerak dalam operasinya [14]. 2.8. Rele Proteksi Arus Lebih Rele Proteksi arus lebih berfungsi menginisiasi diskoneksi sebagian dari instalasi listrik atau mengoperasikan sinyal peringatan jika terjadi gangguan arus lebih baik karena gangguan beban lebih maupun karena gangguan arus hubung singkat sehingga alat yang diproteksi terhindar dari kerusakan dan lingkungan juga aman untuk manusia maupun untuk alam sekitar. Rele arus lebih ada dua tipe yaitu tipe elektromekanis dan tipe statis sebagaimana diuraikan berikut ini [15]. 2.8.1. Rele proteksi arus lebih elektromekanis Keeper Piringan Koil kutub tengah Plug Magnet Elektromagnet Gambar 2.4 Rele elektromekanis [1,2]

Komponen utama rele ini adalah unit piringan induksi dan 3 kutub electromagnet seperti terlihat pada Gambar 2.4. Piringan ini dipegang oleh suatu pegas penahan. Seluruh energi operasi diberikan ke kumparan kutub tengah. Satu kutub luar dilengkapi dengan kumparan lag. Kutub lainnya tidak ada kumparan nya. Arus I pada kumparan utama menghasilkan fluksi yang lewat celah udara menuju piringan, akhirnya tiba di Keeper. Fluksi kembali sebagai L lewat lengan kiri dan sebagai R lewat lengan kanan dimana Φ = L + R. Kumparan lag terhubung

singkatkan di lengan kiri menyebabkan L terbelakang dari R dan Φ. Dengan adanya arus pick-up fundamental maka timbul Torsi yang cukup kuat untuk mengatasi Torsi pegas penahan piringan dan menyebabkan piringan mulai bergerak. Torsi ini di hasilkan dari interaksi antara arus di piringan yang diproduksi oleh tiap kutub dan fluksi-fluksi dua kutub lainnya. Kenaikan frekuensi arus input menyebabkan perubahan kecil pada arus yang diproduksi di sirkit kumparan lag. Akan tetapi, fluksi pada kutub ini akan turun berlawanan dengan proporsi kenaikan frekuensi, menjaga sifat elektromagnet sebagai ekivalent dari transformator arus. Dengan cara yang sama, fluksi pada kutub luar lainnya menurun karena gaya gerak magnet (mmf) rendah padanya. Jadi fluksi pada kutub tengah adalah jumlah fluksi-fluksi dua kutub luar lainnya, yang juga diturunkan. arus sirkit kumparan lag tetap. Penurunan rotasi piringan ini, menyebabkan arus pickup bertambah, dan akhirnya menyebabkan efisiensi elektromagnet dirusak pada point non operasi. Harmonisa dikombinasikan dengan fundamental menimbulkan efek serius pada nilai arus pick-up dan waktu operasi dari kurva arus-waktu inverse rele arus lebih elektromekanis [1,2]. Setiap penghantar yang dilalui arus meghasilkan fluksi yaitu :

Arus I menghasilkan fluksi 1 dan arus I s menghasilkan fluksi s sehingga interaksi kedua fluksi ini menghasilkan torsi elektromekanis yaitu : T em = k n 1 s Sin [1,2,12,16]... (2.7) dimana : k n = konstanta torsi elektromekanis Sin = sinus sudut yang dibentuk kedua fluksi Torsi yang bekerja pada piringan merupakan resultanta torsi elektromekanis dan torsi pegas yaitu:

T g = T em - k 2 ; T g = k n 1 s Sin k 2 [1,2,12]... ( 2.8) dimana : I = arus efektif yang mengalir dalam kumparan utama Is = arus pada kumparan lag k 2 = torsi pegas penahan T g = torsi gerak Fluksi pada kutub tengah adalah jumlah fluksi-fluksi dari 2 kutub luar lainnya, juga dikurangi dengan penurunan arus pemagnetan untuk pengurangan frekuensi dan arus sirkit kumparan-lag tetap, efeknya adalah untuk kutub tengah dan fluksi-fluksi kutub non-lag menarik mendekati sefasa. Ini menurunkan rotasi piringan, menyebabkan arus pick-up naik, dan akhirnya menyebabkan efisiensi elektromagnet menjadi semakin turun sehingga tak beroperasi [1, 2, 12, 16]. Kurva arus-waktu Inverse didisain bekerja dengan arus sinusoidal, tidak dapat bekerja secara efektif dengan arus non sinusoidal yang mengandung komponen harmonisa. Arus pick-up baik arus fundamental maupun arus rms terdistorsi naik sesuai kenaikan THDi; hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.4, Gambar 2.5 dan Gambar 2.6 berikut ini:

Tabel 2.4 Perubahan I 1 dan I t sesuai perubahan THDi [1] THDi(%) 6,00 35,31 46,08 68,99 70,65 85,86 I 1 (A) 1,10 1,14 1,22 1,34 1,40 1,46 I t (A) 1,10 1,20 1,30 1,60 1,68 1,90 Gambar 2.5 THDi vs I 1 [1]

Gambar 2.6 Kurva THDi vs I t [1] Demikian juga waktu operasi rele (t trip ) semakin lambat sesuai kenaikan THDi sekalipun I t tetap sebesar 2,00 A seperti diperlihatkan pada Tabel 2.5.dan Gambar 2.7 berikut ini : Tabel 2.5 Perubahan t trip sesuai perubahan THDi [1] THDi(%) 6,43 27,45 35,12 59,50 65,23 85,20 t trip (s) 4,63 5,27 5,98 8,68 9,58 14,96

Dari data pada Tabel 2.5 diatas dibentuk kurva Gambar 2.7. Gambar 2.7 Kurva Karakteristik arus-waktu [1] Karakteristik Arus-Waktu Inverse Rele Arus Lebih Elektromekanis Untuk Arus Sinusoidal t trip (detik) vs I 1 (A). Distorsi harmonisa menyebabkan kenaikan waktu trip rele sehingga komponen sistem tenaga yang diproteksi oleh rele ini akan berpeluang menjadi panas dan akhirnya rusak demikian juga koordinasi rele ini tidak dapat terealisasi secara sempurna.

2.8.2. Rele proteksi arus lebih statis Sudah sejak beberapa tahun lalu rele statis ini digunakan menggantikan rele elektromekanis dan banyak digunakan pada sisi tegangan menengah 20 kv Gardu Induk 150 kv/20 kv. Rele statis ini mirip dengan rele elektromekanis dalam fungsinya dan dapat langsung menggantikan rele elektromekanis yang ada. Adapun bentuk fisik dari rele statis ini dapat dilihat pada Gambar 2.8. berikut ini : Gambar 2.8 Rele proteksi arus lebih statis Kuantitas input sistem tenaga yang diukur oleh rele ini, berupa kuantitas analog yaitu arus, tegangan, sudut fasa, dan daya. Ini dibandingkan secara tunggal atau kombinasi dengan suatu referensi setelan level dan suatu keputusan digital (yes/no) dihasilkan dalam pengukuran ini. Jika rele ini tanpa rele tunda (time delay) maka rele ini adalah rele dengan karakteristik Inst [12]. 2.8.2.1.Rele statis dengan waktu tunda (time delayed) Sirkit yang biasa dipakai adalah: a. Sirkit konverter ac ke dc untuk mengkonversikan kuantitas input ac ke dc untuk pengukuran subsikuent dan komparasi. b. Detektor Level membandingkan kuantitas analog input dengan suatu level dan memberikan perintah output digital ketika set level dilampaui.

c. Timers yang memberikan perintah waktu tunda apakah konstan atau proporsional dengan kuantitas input analog. Tiap sirkit ini membentuk suatu bagian dari waktu tunda rele arus lebih seperti diperlihatkan dalam blok diagram Gambar 2.9. Gambar 2.9 Blog diagram rele arus lebih dengan waktu tunda [12]

Arus ac di konversikan ke tegangan dc dengan suatu transformator arus yang sesuai rasionya, jembatan penyearah (bridge rectifier) dan beban shunt resistif. Tegangan ini dibandingkan dengan suatu set level oleh detektor level 1 yang memberikan perintah start kepada timer ketika level di lampaui. Timer ini dilengkapi waktutetap (fixed time) untuk rele karakteristik arus-waktu definite atau waktu inverse (terbalik) proporsional terhadap besar arus input untuk rele dengan karakteristik arus-waktu inverse (terbalik). Timer memuati kapasitor sedemikian rupa sehingga ketika muatan mencapai level set pada detektor level 2 kemudian memberikan sinyal kepada sirkit switching output untuk selanjutnya trip. Untuk karateristik arus waktu Inst tidak melalui proses Timer. Jadi pada rele statis untuk mentripkan kontak rele tidak memerlukan Torsi tapi proses kerja secara elektronik saja [12]. 2.8.2.2.Rele statis yang diteliti Ada pun spesifikasi teknis rele proteksi arus lebih statis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Pengenal: 1 A atau 5 A; 50 Hz; Kelas 10P Sumber tegangan: 220 volt /satu fasa/50hz Kurva operasi (lihat Gambar kurva berikut): Inverse time: Standard Inverse (SI); Very Inverse (VI) dan Extremely Inverse (EI). Definite Time 2 detik (D2); 4 detik (D4) dan 8 detik (D8)

Inst : < 1 detik tanpa time delay Julat setting : 0,05 x I n s/d 2,4 x I n dalam step 0,05 x I n Rangkaian internal dari rele arus lebih statis ini diperlihatkan pada Gambar 2.10

Gambar 2.10 Rangkaian internal rele arus lebih statis [17] 2.8.2.3 Prinsip kerja

Perhatikan rangkaian internal arus lebih statis pada Gambar 2.10 : Jika terjadi gangguan misalnya gangguan hubung singkat di depan titik P1 maka tentu arus dari P2 ke P1 menjadi besar lebih besar dari arus nominalnya. Akibatnya arus di sekunder CT (transformator arus) atau dari titik S1 ke titik S2 menjadi lebih besar dari arus nominalnya dimana arus ini melebihi Arus setting (Is) rele. Arus ini masuk ke transformator IA lalu diproses di input circuit Ph. Karena melebihi Is lalu diproses di µc PhA (I >Is) disesuaikan dengan setting arus-waktu dan kurva yang dipilih apakah SI, VI atau EI atau DT atau Inst sehingga mengoperasikan output circuit Ph (sirkit keluaran Ph) dan mengenerjais kumparan trip rele RL1/2 dan kumparan trip rele RL2/2; dengan demikian saklar RL1-1 dan RL1-2 menjadi ON demikian juga saklar RL2-1 dan RL2-2. Saklar RL1-1 dan RL1-2 adalah saklar untuk gangguan fasa dengan waktu tunda yaitu untuk kurva SI, VI dan EI serta DT sedangkan saklar RL2-1 dan RL2-2 untuk kurva gangguan fasa Inst. Demikian juga untuk IC dan E/F. Pada Rele ini dapat disetel atau di setting arus, waktu trip, kurva (SI, VI dan EI) dan kurva DT serta kurva Inst. Didalam proses kerja rele ini tidak ada bagian yang bergerak secara mekanis [17]. 2.8.2.4.Kurva arus-waktu Kurva arus-waktu merupakan kurva tempat kedudukan waktu trip rele sesuai besar arus yang masuk ke kumparan trip rele. Kurva arus-waktu ini terdiri dari :

a. Kurva arus-waktu inverse, kurva arus-waktu Definite dan kurva arus-waktu Inst b. Kurva arus-waktu Inverse: Kurva ini menyatakan bahwa semakin besar arus gangguan (arus ke kumparan trip rele = I) maka semakin cepat rele trip (t trip ) dan sebaliknya atau jika I naik maka t trip turun dan jika I turun maka t trip naik. c. Kurva ini terdiri dari 3 jenis yaitu Kurva arus-waktu Standard Inverse (SI): kurva ini paling landai dibandingkan dengan kurva lainnya dimana untuk arus ke kumparan trip 30xI s (I s = arus setting) waktu trip rele sudah tetap yaitu 2 detik. d. Kurva arus-waktu Very Inverse (V I): kurva ini lebih landai dari pada kurva EI dimana untuk arus ke kumparan trip rele > 30 I s, waktu tripnya sudak tetap yaitu 0,46 detik. e. Kurva arus-waktu Extremely Inverse (EI): kurva ini paling curam dibandingkan kurva lainnya dimana untuk arus ke kumparan trip rele 20I s, waktu tripnya sudah tetap yaitu 0,2 detik. Rumus menghitung waktu trip (t trip, detik) [17]: SI : t trip = detik.. (2. 9) VI : t trip = detik.. (2.10) EI : t trip = detik.. (2.11)

dimana : t trip = waktu operasi rele atau waktu yang dibutuhkan rele mulai dari arus gangguan masuk sampai dengan rele trip dalam satuan detik. I =.. (2.12) I s = arus setting = arus dimana rele harus trip dalam waktu trip yang ditentukan dalam perkalian arus nominal rele sehingga dapat dituliskan : I s = x I n.... (2.13) dimana : x = konstanta pengali yaitu 0,05 s/d 2,4 dalam step 0,05. Kurva arus-waktu dari rele ini diperlihatkan pada Gambar 2.11. berikut ini:

Gambar 2.11 Kurva arus waktu rele arus lebih statis [17] Kurva Definite: berapa pun arus gangguan, waktu trip rele tetap sesuai setting apakah 2 detik; 4 detik atau 8 detik. Untuk kurva Inst waktu trip < 1 detik tanpa waktu tunda. 2.8.2.5.Penyetelan rele Penyetelan (setting) ditentukan oleh posisi saklar mini pada bagian depan rele. Ada dua grup saklar pada tiap-tiap kutub rele; grup atas untuk penyetelan elemen waktu tunda dan grup bawah untuk penyetelan elemen Inst. Saklar grup atas dibagi dalam 3 sub grup untuk penyetelan elemen waktu tunda, yaitu: a. Saklar penyetelan arus waktu tunda, I=ΣxI n ; Σ = jumlah scalar

Ketujuh saklar biru atas digunakan untuk menyetel sensitivitas arus yang diperlukan. Tiap saklar dapat digeser ke kiri atau ke kanan, level penyetelan ditunjukkan oleh angka di sebelah kiri atau kanan saklar. Total penyetelan diperoleh dengan menjumlahkan nilai (angka) yang ditunjukkan tiap-tiap saklar penyetelan dan mampu disetel pada langkah 5% dari 0,05 s/d 2,4 x In. b. Saklar Pilih Kurva Ketiga saklar hitam grup atas digunakan untuk memilih kurva waktu yang dibutuhkan dari 3 pilihan kurva waktu inverse dan 3 kurva waktu definit dan 1 kurva waktu Inst. c. Saklar Penyetelan Pengganda Waktu (Setting Time Multiplier) = x t trip = Σ Enam saklar biru yang berada dibagian bawah dari grup saklar atas digunakan untuk menyetel pengganda waktu yang dibutuhkan. Waktu yang disediakan tiap karakteristik operasi waktu tunda harus dikalikan dengan pengganda waktu agar diperoleh waktu operasi aktual dari kutub rele. Penyetelan diperoleh dengan penjumlahan angka yang ditunjukkan tiap saklar setel yaitu x t trip = Σ. Walaupun memungkinkan menyetel saklar untuk mendapatkan TMS (Time Multiplier Setting) 0,025 x t trip, penyetelan ini tidak dapat jadi jaminan akan ketelitiannya, karena hanya setelan dalam julat 0,05 s/d 1,0 x t yang harus digunakan.

d. Penyetelan Elemen Inst I inst = Σ x I s Grup terpisah sebelah bawah dari 6 saklar luncur biru digunakan untuk memilih setelan arus Inst yang dibutuhkan antara 1 x I s dan 31 x I s. Penyetelan terpilih = jumlah angka yang ditunjukkan tiap saklar setelan. Arus operasi dari elemen Inst = Setelan terpilih x Arus setelan waktu tunda. Jika elemen Inst pada kutub rele tidak dibutuhkan, maka semua saklar harus digeser ke kiri (menunjuk angka nol), atau saklar terbawah digeser ke kanan (menunjuk angka tak terhingga; ) [12,16,17] Adapun petunjuk penyetelan rele ini adalah seperti berikut ini: Jenis Karakteristik Posisi Saklar 0 SI Standard Inverse 0 0 1 VI Very Inverse 0 0 0 1 0 EI Extremely Inverse 1 0 D2 Definite Time 2 s 0 0 1 D4 Definite Time 4 s 1

D8 Definite Time 8 s 0 1 1 0 1 dimana: t trip = waktu operasi rele ( detik = s) ; I = e. Contoh Penyetelan Rele arus ke kumparan trip arus setting Saklar (0.1) 0,05 I s = (0,1 + 0,1 + 0,2 + 0,8) x I n = Setelan (0.1) 0 = 1,2 I n Arus (0.2) 0 (0.4) 0 I s = Σ x I n (0.4) 0 (0.4) 0 (0.8) 0 Saklar (0) 1 Kurva Standard Inverse Pilih (0) 1 Kurva (0) 1 Saklar TMS (0.025) 0,05 TMS = ( 0,05 + 0,05 + 0,4 ) x (0) 0,05 = 0,5 x (0) 0,1 (0) 0,2 x t trip = Σ (0) 0,2 (0) 0,4 Saklar (0) 1 I inst = (8 + 2) x I s = 10 x 1,2 x I n Setelan (0) 2 Arus (0) 4 = 12 x I n Instantaneous (0) 8 (0) 16 (0)

Jika pada setelan diatas, digunakan pada rele 1A, maka : Arus setelan Kurva = I s = 1,2 x 1 = 1,2 A = Inverse Standard ; TMS = 0,5 x Arus Setelan Inst = 12 x I n = 12 x 1 = 12 A ( arus dalam nilai skunder) 2.9. Alat Ukur Harmonisa (Power Quality Analyzer = PQA) Harmonisa merupakan distorsi periodik arus atau tegangan. Sinyal dapat merupakan suatu kombinasi berbagai gelombang sinus dengan frekuensi berbeda. Pengukuran Harmonisa Arus (THDi, It, Orde Harmonisa) dengan menggunakan peralatan Power Quality Analyser (PQA), dimana hasil dari pengukuran dapat dilihat pada Gambar 2.12, 2.13 dan 2.14. Kontribusi tiap komponen ini terhadap sinyal penuh (full sinyal) seperti pada Gambar 2.12 berikut ini. Gambar 2.13. memperlihatkan sinyal harmonisa yang berisi THDi dan Harmonisa ke berapa saja yang berpengaruh. Sinyal tertinggi (100%) adalah sinusoidal murni fundamental dan lainnya adalah harmonisa ke 3; 5; 7; 9 dst s/d harmonisa ke 49. Pada Gambar 2.14 dapat diketahui besar arus efektif (I t ) yang mengalir dalam beban dan rele [18].

Gambar 2.12 Persentase (%) distorsi harmonisa hasil pengukuran PQA Gambar 2.13 Sinyal harmonisa yang berpengaruh hasil pengukuran PQA

Gambar 2.14 Arus efektif (I t ) hasil pengukuran PQA 2.10. Beban Ada dua jenis beban listrik ditinjau dari sisi harmonisa yaitu beban linier dan non linier. 2.10.1. Beban linier Beban linier adalah beban yang menghasilkan bentuk gelombang linier artinya beban ini tidak menarik gelombang arus yang non sinusoidal pada saat beban dienerjais oleh sumber sinusoidal sehingga arus yang mengalir berbanding lurus dengan rasio tegangan dengan impedansi. Contoh beban linier adalah lampu pijar, pemanas niklin dan resistor. Gambar 2.15. memperlihatkan perubahan tegangan sebanding dengan perubahan arus atau keduanya berubah secara linier, hal ini terjadi pada beban linier. Gambar 2.16. memperlihatkan bentuk gelombang arus dan

tegangan pada beban linier. Secara rangkaian listrik, misalnya : suatu rangkaian 3 fasa 4 kawat yang memasok beban linier dimana tegangan beban adalah fasa ke netral dengan besar tegangan yang sama dan berbeda sudut fasa 120 o antar fasanya, seperti terlihat pada Gambar 2.17. Arus (I) Tegangan(V) Gambar 2.15 Kurva arus-tegangan beban linier [5] Gambar 2.16 Bentuk gelombang arus dan tegangan beban linier cosφ =1 [5]

V R = V 0 o ; V S = V 120 o ; V T = V 240 o Gambar 2.17. Diagram fasor sistem 3 fasa 4 kawat beban linier setimbang [5] Pada saat beban setimbang, maka nilai arus pada setiap fasa sama dan beda sudut fasa satu sama lain 120 o. Pada keadaan beban setimbang seperti ini dapat dikatakan bahwa beban merupakan beban linier, sehingga arus di kawat netral sama dengan nol, seperti Persamaan arus berikut ini: I R + I S + I T = I N = 0.. (2.14) 2.10.2. Beban non linier Beban non linier adalah beban yang menyerap gelombang arus non sinusoidal pada saat dienerjais oleh sumber tegangan sinusoidal sehingga mengakibatkan bentuk gelombang keluarannya tidak sebanding dengan tegangan dalam setiap setengah siklus, sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluaran tidak sama dengan gelombang masukannya (mengalami distorsi) [5,9].

Gambar 2.18 ini merupakan contoh bentuk gelombang arus dan tegangan dengan beban non linier. V, I Tegangan t Arus beban non linier Gambar 2.18 Bentuk gelombang tegangan dan arus beban non linier Apabila beban bersifat non linier maka arus fasa mengandung komponen harmonisa, sehingga arus di kawat netral tidak nol meskipun dalam keadaan beban seimbang. I R + I S + I T 0... (2.15) Berikut ini beberapa contoh beban non linier yang banyak dipergunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri.

Gambar 2.19 Jenis-jenis beban non linier [5] Beban non linier dibagi menjadi 3 kelompok (seperti yang di tunjukkan pada Gambar 2.19 yaitu; 1. Peralatan ferromagnetik, contohnya; transformator, ballast, motor induksi dan peralatan sejenis lainnya.

2. Peralatan yang menggunakan busur api listrik (arcing devices), contohnya; tanur listrik (arc furnace) 3. Peralatan konverter elektronik (electronic converters), contohnya; penyearah (rectifier), inverter, charger, ballast elektronik, speed driver dan peralatan sejenis lainnya. 2.11. Indikator Harmonisa Pengaruh Harmonisa terhadap rele arus lebih kenaikan distorsi harmonisa menyebabkan kenaikan arus total. Spektra harmonisa arus berubah meskipun nilai rms arus non sinusoidal tetap konstan dan waktu operasi rele berkurang sesuai kenaikan nilai THD arus [20]. Kenaikan distorsi harmonisa memandu kenaikan arus total. Jadi komponen sistem tenaga memungkinkan menjadi panas dan akhirnya bisa rusak. Selanjutnya koordinasi rele ini tidak dapat direalisasikan secara sempurna untuk arus non-sinusoidal [1]. Distorsi bentuk gelombang mempengaruhi penampilan rele proteksi dan dapat menyebabkan rele beroperasi tidak sesuai setelan. Rele harus berfungsi secara tepat sekalipun ada distorsi harmonisa dalam arus beban. 2.11.1. Trip tepat Penting untuk di tetapkan dalam pikiran bahwa tidak semua mutu daya berkaitan dengan kesalahan operasi sistem proteksi. Beberapa rele proteksi dengan

disainnya dipersiapkan untuk beroperasi dalam kondisi tidak normal tertentu termasuk mutu daya rendah. Misalnya operasi suatu rele tegangan rendah yang dapat menginisiasi urutan tripping selama tegangan sag atau intrupsi singkat. Tegangan tak seimbang panjang dapat juga membuat unit proteksi trip. Dalam kasus demikian, walaupun tripping disebabkan atau dipengaruhi oleh mutu daya, operasi sistem proteksi ini tetap sesuai setting. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa tipe distorsi ini mempengaruhi performans rele tapi tidak menyebabkan kesalahan operasi [3]. 2.11.2. Trip tidak tepat Distorsi harmonisa dapat menyebabkan operasi sistem proteksi tidak tepat. Ini karena kondisi mutu daya rendah dalam hal ini harmonisa menyebabkan rele menerima nilai input salah. Situasi sebaliknya juga memungkinkan ketika rele trip padahal seharusnya belum trip akibat distorsi harmonisa[3].