BAB I PENDAHULUAN. IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendididkan adalah hal yang memang seharusnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. saing dalam menghadapi zaman perubahan yang serba instan. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda.

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

Ratulani Juwita *), Afrida Yanti. STKIP PGRI Sumatera Barat

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB V PENUTUP. pembelajaran learning cycle sebesar 50,12 dan N-gain sebesar 0,44 dengan

PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PADA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII A SMPN 3 TANJUNG DALAM KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan akal pikiran yang membedakannya dengan makhluk-makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi, tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Eko Yulianton Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Madiun. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EduSains Volume 3 Nomor 2; 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai arti penting dalam pengembangan teknologi. Konsep-konsep fisika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD JURNAL

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Abstrak. Nurina Rahma

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains dalam pendidikan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat dalam taksonomi bloom diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. 1 Pendidikan dalam Kurikulum 2013mencakup pembelajaran sains seperti mata pelajaran IPA.Pembelajaran dalam kurikulum 2013menggunakan pendekatan ilmiah dengan cara melibatkan siswa dalam penyelidikan dan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa yang lainnya. Siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar dan bekerjailmiah. 2 Indrawati menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasiyang berorientasi penemuan atau penyelidikan menekankan pada bagaimana siswa berfikir dan dampaknya terhadap cara-cara mengolah 1 Trianto, Model pembelajaran terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h.142. 2 Siti Zubaidah dkk, Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, h. 58 1

2 informasi. 3 Model pembelajaran yang menekankan pada pemrosesan informasi diantaranya discovery learning, project-based learning, problem-based learning dan inquiry learning. 4 Wilcolx mengemukakan bahwa model pembelajaran discovery adalah pembelajaran penemuan yang menjadikan siswa terdorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif siswa itu sendiri dengan konsep-konsep dan prinsipprinsip. Guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Zuhdan Kun Prasetyo dkk berpendapat bahwa belajar dengan model guided discovery (penemuan terbimbing) adalah pembelajaran discovery yang dipandu oleh guru. Petunjuk guru dapat membuat siswa bekerja lebih terarah dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus diikuti, melainkan hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan. 5 Model pembelajaran Inquirymenurut Gulo adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswadapat merumuskan penemuannya dengan penuh percaya diri. 6 Inquiry terbagi menjadi beberapa tingkatan termasuk didalamnya adalah guided inquiry (inkuiri terbimbing). Guru dalam menerapkan model pembelajaran guided 3 Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi SAINS, Jakarta:Humaniora, 2011, h. 165 4 Siti Zubaidah dkk, Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam h. 58 5 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, h. 241-245 6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada KTSP, Jakarta: Kencana, 2010, h. 166

3 inquirymemberikan rumusan masalah penyelidikan dan siswa melakukan penyelidikan sesuai prosedur. Penyelidikandilakukan untuk menguji suatu masalah sehingga menghasilkan penjelasan. Peran guru pada model pembelajaran guided inquiry bukan berarti pasif tetapi guru juga aktif mengarahkan siswa yang memerlukan bimbingandalam mengembangkan prosedur penyelidikan dan pelaksanaan eksperimen. 7 Model pembelajaran guided discovery dan guided inquiry padatahapannya menggunakan keterampilan-keterampilan.keterampilan tersebut contohnya membuat suatu hipotesis dalam proses penemuan atau penyelidikan suatu masalah.keterampilan-keterampilan ilmiahyang terarah untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya disebut keterampilan proses sains. Keterampilan proses ditekankan agar siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. 8 Model pembelajaran guided discovery dan guided inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keahliannya. Kesempatan itu akan mengakibatkan adanya interaksi yang diyakini oleh siswa sebelumnya dengan bukti baru yang didapatkanuntuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Selain itu cara ini juga akan melahirkan dan memunculkan sikap siswa untuk mencari suatu penjelasan. 9 Sikap tersebut dalam pembelajaran sains dinamakan dengan sikap ilmiah siswa.sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang 7 Siti Zubaidah dkk, Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam h. 61 8 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu h.142 9 Uus Toharudin dkk, Membangun Literasi SAINS h. 54

4 diperhatikan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai ilmuwan. Sikap ilmiah meliputi rasa ingin tahu, jujur, kreatif, tekun dan kerjasama. 10 Sikap ilmiah akan terlihat pada materi yang mengharuskan siswa melakukan penyelidikan seperti materi hukum Newton. Hukum Newton merupakan salah satu meteri IPA yang ada di kelas VIII. Guided discovery dan guided inquiry sesuai apabila diterapkan pada materi hukum Newton. Ciri khas dari kedua model pembelajaran tersebut dalam proses belajar mengajar yakni siswa melakukan penyelidikan melalui suatu percobaan.hal ini sesuaidengan kompetensi dasar materi hukum Newton yang terdapat pada kurikulum 2013, yaitu melakukan penyelidikan tentang gerak, gerak pada makhluk hidup dan percobaan tentang pengaruh gaya terhadap gerak. Kompetensi dasar materi hukum Newton menghendaki siswa melakukan penyelidikan ilmiah agar siswa mendapatkan pengetahuan konsep, melatih keterampilan dan membentuk sikap ilmiah pada saat mempelajari materi hukum Newton. Penyelidikan pada materi hukum Newton misalnya menyelidiki hukum kedua Newton mengenai hubungan antara percepatan, gaya dan masa pada suatu benda yang bergerak. SMPN 3 Palangka Raya merupakan salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan observasi di sekolah guru IPA Fisika di SMPN 3 Palangka Raya sudah pernah menerapkan model pembelajaran guided discovery sedangkan guided inquirybelum diterapkan. Guru menerapkan model pembelajaran guided discovery pada konsep-konsep tertentu yang dianggap 10 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, h.24

5 memungkinkan jika siswa sendiri yang menemukan konsep pada materi melalui percobaan contohnya materi Getaran dan hukum Newton.Berdasarkan pengalaman guru mengajar dalam menerapakan model guided discoverymasih menemui beberapa kendala seperti siswa yang masih merasa baru dengan model pembelajaranguideddiscovery sehingga beberapa siswa memerlukan waktu yang lama dalam memahami dan melaksanakan penyelidikan.beberapa siswa yang kurang memiliki minat untuk aktif dalam melakukan penyelidikan mengakibatkan ketidakberhasilan dalam melakukan kerja kelompok. 11 Penerapan model pembelajaran guided discoveryyang berulang-ulang terhadap siswa akanmemberikan pengaruh positif. Pengaruh tersebutakan terlihat ketikasiswa dilibatkan secara aktif dengan mendengarkan, berbicara, membaca, melihat, dan berfikir. Jika otak anak selalu dalam keadaan aktif, pada saat itulah seorang anak sedang belajar. 12 Media yang mendukung misalnya rancanganlks yang dibuat oleh guru juga dapat mempengaruhi siswa untuk lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran. Penulis mengharapkan pembelajaran IPA Fisika ketika diterapkan model pembelajaran guided inquiryyang berulang-ulang pada siswa juga akan memberikan berpengaruh positifpada siswa dalamproses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengangkat judulpenerapan ModelGuided Discovery danguided Inquiry Terhadap Hasil Kognitif, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Hukum Newton dismpn 3 Palangka Raya. 11 Hasil wawancara dengan guru IPA kelas VIII SPMN 3 Palang ka Raya(2 Mei 2015) 12 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi h. 245

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dibuatlah perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan modelguided discoverydanpembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newtondi SMPN 3 Palangka Raya? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discoverydanpembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newton dismpn 3 Palangka Raya? 3. Apakah terdapat perbedaanyang signifikan sikap ilmiah siswayang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery danpembelajaran dengan model guidedinquiry pada materihukum Newton di SMPN 3 Palangka Raya? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penulisan ini adalah untuk mengetahui: 1. Terdapat tidaknya perbedaanyang signifikan hasil belajar kognitifsiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discoverydanpembelajaran dengan model guided inquirypada materi hukum Newton di SMPN 3

7 Palangka Raya. 2. Terdapat tidaknya perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discoverydanpembelajaran dengan model guided inquirypada materi hukum Newton di SMPN 3 Palangka Raya. 3. Terdapat tidaknya perbedaan yang signifikan sikap ilmiah siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discoverydanpembelajaran dengan model guided inquirypada materi hukum Newton di SMPN 3 Palangka Raya. D. Batasan Masalah Ruang lingkup dalam pembahasan harus jelas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah guided discovery dan guided inquiry. 2. Hasil belajar siswa hanya pada ranah kognitif. 3. Keterampilan proses sains yang digunakan adalah gabungan keterampilan proses tingkat dasar dan keterampilan proses terpadu yang terdiri dari enam keterampilan, yakni: pengamatan, pengklasifikasian, pengkomunikasian, pengukuran, membuat hipotesis, dan penyimpulan. 4. Sikap ilmiah yang digunakan adalah sikap ilmiah yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah. Sikap-sikap tersebut antara lain: Rasa ingin tahu,jujur, kreatif, tekun dan bekerja sama.

8 5. Materi pelajaran fisika kelas VIII Semester I hanya pada materi hukum Newton. 6. Penulis sebagai pengajar. 7. Subjek penulisan adalah siswa kelas VIII semester I SMPN 3 Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016. E. Manfaat penulisan Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan ini adalah : 1. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model pembelajaranguided discovery dan guided inquiry yang dapat digunakan nantinya dalam mengajar. 2. Mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery dan guided inquiry. 3. Sebagai masukan bagi penulis lain dalam melakukan penulisan lebih lanjut. 4. Sebagai bahan informasi bagi guru, khususnya guru fisika untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa pada materi hukum Newton. F. Hipotesis Hipotesis penulisan untuk rumusan masalahdi atasyaitu : 1. H 0 = Tidak terdapat perbedaanyang signifikan hasil belajar kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery dan pembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newton di SMPN3Palangka Raya. (Ho : μ 1 = μ 2 )

9 Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswayang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery dan pembelajaran dengan model guided inquiry pada materi Hukum Newton di SMPN3Palangka Raya.(Ha : μ 1 μ 2 ) 2. H 0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery dan pembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newton di SMPN3Palangka Raya. (Ho : μ 1 = μ 2 ) Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery dan pembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newton di SMPN3Palangka Raya.(Ha : μ 1 μ 2 ) 3. H 0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap ilmiah siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model guided discovery dan pembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newton di SMPN3Palangka Raya. (Ho : μ 1 = μ 2 ) Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan sikap ilmiah siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran model guided discovery dan pembelajaran dengan model guided inquiry pada materi hukum Newton di SMPN3Palangka Raya.(Ha: μ 1 μ 2 ) G. Definisi Konsep Untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan tentang

10 beberapa definisi konsep dalam penulisan ini, maka perlu adanya penjelasan sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan. 13 Penerapan mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. 14 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 15 3. Guided Discovery Guided Discovery merupakan model pembelajaran penemuan terbimbing dimana dalam proses penemuan siswa dipandu oleh guru dengan tujuan agarsiswa bekerja lebih terarah dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 16 4. Guided Inquiry Guided Inquiryyaitu pembelajaran yang diawali dengan pengajuan pertanyaan 13 Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 1180 14 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, h. 35 15 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h.146 16 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi h. 245

11 atau masalah yang akan diselidiki oleh guru dan menunjukkan materi atau bahan yang akan digunakan. Selanjutnya siswamengembangkan dan melaksanakan prosedur penyelidikan. Siswa kemudian menarik kesimpulan dan menyusun penjelasan dari data yang dikumpulkan. 17 5. Hasil Kognitif Hasil dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. 18 6. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untukmenemukan suatu konsep untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. 19 7. Sikap Ilmiah Sikap ilmiah adalah sikap yang diperhatikan oleh para ilmuwan ketika mereka melakukan kegiatan dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah.sikap-sikap tersebut antara lain: Rasa ingin tahu,jujur, kreatif, tekun dan kerjasama. 20 8. Hukum Newton Hukum Newton adalah hukum yang ditetapkan oleh ilmuan berkebangsaan Inggris yaitu Sir Isaac Newton. Semua gejala dalam mekanika klasik dapat digambarkan dengan menggunakan tiga hukum sederhana yang dinamakan 17 Siti Zubaidah, dkk., Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam h. 63 18 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi h. 38 19 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h.144 20 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, h.24

12 hukum Newton tentang gerak. 21 H. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penulisan ini dibagi menjadi 5 bagian: 1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaatpenulisan, batasan masalah, hipotesis,definisi konsep dan sistematika penulisan. 2. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang terdiri dari penelitian sebelumya, deskripsi teoritik, model pembelajaran, dan pokok bahasan. 3. Bab ketiga merupakan metode penulisan yang berisikan pendekatan dan jenis penulisan serta wilayah atau tempat penulisan ini dilaksanakan. Selain itu di bab tiga ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penulisan, teknik pengumpulan data, analisis data dan keabsahan data. 4. Bab keempat merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisi data-data yang diperoleh saat penelitian dan pembahasan berisi pembahasan dari data-data hasil penelitian. 5. Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang jawaban atas rumusan masalah penelitian dan saran berisi tentang saran pelaksanaan penelitian selanjutnya. 21 Paul A. Tipler, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 1998, h. 87