~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI

dokumen-dokumen yang mirip
~JaIcana PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

gj'~~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

Syarat Bangunan Gedung

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

2 2. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengadaan Dan Standar Rumah Bagi Mantan Presiden Dan/Atau Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH DISPENSASI MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

.f6u/wta;f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG TATA CARA PENETAPAN LOKASI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UNTUK UMUM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

7. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara

~~{ }J'~{j})~.~ .f~f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

[g~~~qlfaewiv~ ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN PRODUK USAHA BERBASIS BUDAYA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 6a TAHUN 2011 TENT ANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

.".. I SAL/NAN I fp~{ }P~&~~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2013 r TENTANG BANGUNAN RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa dengan semakin terbatasnya lahan perurnahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan semakin meningkatnya kebutuhan luasan ruang untuk rumah tinggal, perlu dilakukan penataan ulang terhadap ketentuan batasan lantai bangunan untuk r4mah tinggal; c b. bahwa untuk meningkatkan kualitas kehidupan kota yang produktif dan inovatif dalam rangka memenuhi kebutullan jumlah penduduk sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, ditetapkan kebijakan pengembangan kawasan permukiman melalui p,emanfaatan ruang secara vertikal dan kompak, dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta karakteristik kawasan; c. bahwa guna mendukung ketersediaan ruang untuk fungsi penghijauan dan resapan air, maka diperlukan pengaturan kembali pengembangan bangunan rendah horizontal khususnya rumah tinggal untuk diarahkan menjadi hunian tiga lantai melalui pengaturan kembali pola intensitas dan tata bangunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria; 2. Undang-Undang NomoI' 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang UndangNomor 12 Tahun 2008;

2 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Ktiusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;. 6. Undang-Undang Nomor 1.1 Tahun 2010 tentang eagar Budaya; 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Peru mahan dan Kawasan Permukiman; 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun; ~. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang. Bangunan Gedung; 11. Peraturan PemerintahNomor 1'5 Tah~n 2010 tentangpenyelenggaraan Penataan Ruang; 12. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1975 tentang Ketentuan Bangunan Bertingkat di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 13. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 14. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung; 15. Peraturan Daerah Nomor'1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030; 16. Peraturan Daerah Nomor3 Tahun 20:12 tentang Retribusi Daerah; ~ 17. Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURANGUBERNUR TENTANG BANGUNAN RUMAH TINGGAL TIGALANTAI. BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah a9alah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Satuan Kerja Perangkat Dperah/Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut. SKPD/UKPD terkait adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah yang tugas dan fungsinya menangani penyelenggaraan dan pembangunan rumah tinggal. 5.' Dinas Tata Ruang yang selanjutnya disingkat DTR adalah Dinas Tata Ruang Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6:Dinas Pengawasan dan 'Penertiban Bangunan yang selanjutnya disebut :. Dinas P2B adalah Oinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. c--: 7. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2030 yang selanjutnya disebut RTRW adalah rencana tata ruang wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari rencana tata ruang Provinsi, rencana tata ruang Kota Administrasi' dan Kabupaten Administrasi.. : 8. Kawasan eagar BUdaya adalah kawasan atau kelompok bangunan yang memiliki.niiai sejarah,' budaya dan nilai lainnya yang dianggap penting untuk dilindungi dan dilestarikan untuk kepentingan pendidikan. penelitian, dokumentasi dan pariwisata. 9. Kawasan Pembangunan Baru adalah pola pengembangan kawasan pada areal tanah yang masih kosong dan/atau belum pernah dilakukan pembangunan fisik yang berdasarkan RTRW ditetapkan melalui pembangunan perumahan yang diselenggarakan oleh Real Estate atau badan usaha lainnya dan Pemerintah. ~ 10. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan Iindung berupa kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 11. Rumah Taman adalah bangunan gedung untuk fungsi hunian berupa 1 (satu) unit hunian tunggal yang dapat dibangun baik dengan cara rapat maupun renggang dan batasan Koefisien Dasar Bangunan maksimal 20% (dua puluh persen). 12. Rumah adalah bangunan gedung untuk fllngsi hunian berupa 1 (satu) unit hunian'tunggal yang dapat dibangun baik dengan cara rapat maupun renggang. 13. Bangunan Rumah Tiga Lantai adalah peruntukan tanah rinci yang dapat dimanfaatkan untuk hunian tiga lantai tipe tunggal dan tipe deret yang lokasinya ditetapkan sesuai RTRW. 14. Rumah Tunggal adalah unit bangunan rurnah tinggal keluarga tunggal yang memiliki jarak bebas samping dan belakang. tipe tunggal dan gandeng sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan pada daerah pinggiran kota atau di luar Jalan Lingkar Luar Jakarta sesuai RTRW.

.' 4 15, Rumah Deret adalah unit bangunan rumah tinggal keluarga tunggal yang jarak bebas sampingnya,diperkenankan nol atau berhimpit sampai lantai dua tipe,deret sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan pada kawasan pusat kota dan pusat kegiatan atau di dalam kawasan Jalan Lingkar Luar Jakarta yang ditetapkan dalam RTRW, 16, Rumah Tinggal Keluarg,a Tunggal yang selanjutnya disebut rumah tinggal adal'ah bangunan rumah tinggal yang digunakan untuk tempat hunian oleh satu keluarga dalam satu perpetakan atau persi!. 17, Persil,adalah bidang'tanah yang batasnya mengikuti batas kepemilikan masing-masing dalam suatu blok untuk penggunaan tertentu sesuai peruntukan tanah, 18, Koefisien Dasar-Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas' lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaim yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan Iingkungan, r,. ' 19, Koefisien Lantal Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakanidaerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan, 20, Sumur Resapan adalah sistem resapan buatan yang dapat menampung dan meresapkan air ke dalam tanah yang bersumber dari air hujan maupun bekas air wudhu, air condenser maupun air limbah lainnya yang telah dilakukan pengolahan sesuai dengan baku mutu air yang dipersyaratkan oleh pe"raturan perundang-undangan yang dapat berbentuk sumur, kolam, saluran atau bidang resapan, r:: 21, Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat 1MB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan,gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas dan/atau mengurangi bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan teknjs yang berlaku, ' 22, Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 m (dua meter) dan dapat memberikan keteduhan dan penahan silau cahaya matahari bagi pejalan kakl. BAB II TUJUAN Pasal2 Peraturan Gubernur inl bertujuan untuk : a, menjamin kebutuhan'masyarakat akan ruang hunian yang lebih optimal, dan beragam untuk keluarga tunggal; b, sebagai acuan dalam perizinan dan pengendalian ruang kota sesuai dengan RTRW; dan G, mewujudkan tertib administrasi dalampenataan ruang.

, 5.BAB III PERENCANAAN RUANG KOTA Bagian Kesatu Persyaratan Umum Pasal3 (1) Tipe rumah tinggal yang diperkenankan untuk dibangun tiga lantai meliputi: a. rumah tunggal dengan luas persillebih besar darl 400 m 2 (empat ratus meter persegi); dan b. rumah deret dengan luas persil lebih keell atau sama dengan 400 m 2 (empat ratus meter persegi). ~. (2) Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai tidak diperkenankan pada : a. kawasan pemygaran bangunan dan objek bersejarah; dan b.. kawasan Cagar Budaya. Bagian Kedua Persyaratan Luas dan Ketentuar.J PemanfaatanPerpetakan/Persil Pasal4 (1) Ketentuan luas p'ersil untlik Rumah Deret sebagai berikut :.~ a. untuk luas persil lebih keeil dari 200 m 2 (dua ratus meter persegi), intensitas pemanfaatan lahannya KDB maksimal 60% (enam puluh persen) dan KLB 1,6 (satu kama enam); b. untuk luas persil 200 m 2 s.d. 400 m 2 (dua ratus meter persegi sampai dengan empat ratus meter persegi), intensitas pemanfaatan lahannya KDB maksimal 50% (lima puluh persen) dan KLB 1,5 (satu kama lima); dan e. khusus rumah taman dengan luas persillebih keell dari 400 m 2 (empat ratus meter persegi), KDB maksimal 20% (dua puluh persen) dan KLB 0,6 (nal koma enam). (2) Ketentuan luas persil untuk Rumah Tunggal sebagai berikut : a. untuk luas persil lehih besar dari 400 m 2 s.d. 800 m 2 (empat ratus meter persegi sampai dengan delapan ratus meter persegi) intensitas pemanfaatanlahannya KDB maksimal 40% (empat puluh persen) dan. K)...B 1,2 (satu kama dua); dan b. khusus rumah taman dengan luas persil lebih besar dari 400 m 2 (empat ratus meter persegi), intensitas pemanfaatan lahannya KDB maksimal 20% (dua puluh persen) dan KLB 0,6 (nol kama enam)...

.', 6 (3) Terhadap rumah tinggal eksisting dengan ketinggian bangunan 1 (satu) lantai maupun 2 (dua) lantai yang akan ditingkatkan menjadi hunian 3 (tiga) lantal, maka mengikuti,ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2). ' Pasal5 (1) Terhadap kawasan pembangunan baru dengan luas persil lebih besar sama'dengan 5.000 m 2 (lima ribu meter persegi) yang sebagian,atau seluruhnya digunakan sebagai rumah tinggal dan akan menerapkan ketentuan Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai ini dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut : a. menyediakan tambahan ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20% (dua puluh persen) dari daerah perencanaan efektif yang akan cjifungsikan sebagai area taman; dan G j' b. batasan intensitas bangunan mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga mengikuti ketentuan yang berlaku atas pemanfaatan lahan seluas lebih besar sama dengan 5.000 m 2 (lima' ribu meter persegi) di Daerah. ' BAB IV TEKNIS BANGUNAN Pasal6 o Ketentuan teknis Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai harus mengikuti persyaratan bangunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Pasal7 (1) Selain ketentuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai wajib menyediakan sumur resapan dan menyediakan ruang terbuka hijau yang disiapkan secara utuh dari total luas persil dan menanaminya dengan tanaman peneduh, tanpa perkerasan, dengan ketentuan sebagai berikut : ' a. untuk luas persil kurang dari 200 m 2 (duel ratus meter persegi) minimal 10% (sepuluh persen) ruang terbuka hijau; b. untuk luas persil 200 m 2 s.d. 400 m 2 (dua ratus meter persegi sampat dehgan empat ratus meter persegi) minimal 20% (dua puluh persen) ruang terbuka hijau; dan c. untuk luas persil lebih dari 400 m 2 s,d, BOO m 2 (empat ratus meter persegi sampai dengan delapan ratus meter persegi) dan untuk peruntukan Wisma Taman (Wtm) minimel1 30% (tiga puluh persen) ruang terbuka hijau.

'. 7 (2) Penyediaan sumur resapan dan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penempatannya wajib diletakkan pada halaman muka dan/atau samping bangunan. BABV PEMBINAAN Pasal8' (1) Pembinaan terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh DTR.. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bangunan; b. mendorong upaya penyediaan tambahan ruang terbuki:l hijau; ~ ('., c. mendorong upaya penyediaan surtlur resapan; dan d. pembekalan bagi aparat pelaksana. BABVI PENGAWASAN Pasal9 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan. oleh Dinas P2B.. (2) Pengawasan dilakukan terhadap ketaatan pemilik Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai dalam pemenuhan persyaratan teknis bangunan dan penyediaan tambahan ruang terbuka hijau dan sumur resapan. G (3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas P2B dapat mengikijtsertakan SKPD/UKPD terkait dan melaporkan hasil pengawasan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. (4) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Dinas P2B. Pasal10 Dalam melaksanakan tl!gas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Dinas P2B berwenang:.. a. melakukan pemantauan; b. meminta keterangan; c. membuat salinan dan dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan; d. memasukitempat tertentu;

.. '. 8 e. memotret; f. membuat rekaman audio visual; dan g. menghentikan pelanggaran tertentu. : BAB VII SANKSI Pasal11 Terhadap perencanaan dan pelaksanaan Bangunan Rumah Tinggal Tiga Lantai yang melanggar ketentuan Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal6 dan Pasal 7dikenakan sanksi administratif berupa tidak diterbitkannya 1MB. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP {S.. Pasal12 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal17 Juli 2013 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. r Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 2013 PIt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Ttd. WIRIYATMOKO NIP 195803121986101001 JOKO WI DODO BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013 NOMOR 73013 U ~~i/5032003