BAB I PENDAHULUAN. dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tercapainya pembangunan yang

BAB 3 GAMBARAN UMUM SEJARAH BESARAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (TAHUN )

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

BAB I PENDAHULUAN. menerus dikeluarkan oleh pemerintah demi tercipta kesejahteraan rakyatnya. Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. namun dengan meningkatnya daya beli masyarakat, permintaan akan suatu barang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara agar dapat menjadi sebuah Negara yang lebih maju. Pembangunan sangat

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 152 /PMK.07/2007 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

Copyright (C) 2000 BPHN

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum

2011, No Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi negara maju. Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

Judul : Tata Cara Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap pada CV. X Nama : Ida Ayu Mirah Sunari NIM :

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

Subject 2 Income Tax Article 21

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

Perancangan Algoritma Pemotongan Gaji Untuk Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 127/PMK.07/2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.284, 2010 KEMENETERIAN KEUANGAN. Tunjangan Profesi Guru. Daerah. Pedoman.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

23. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Dana Cadangan Daerah (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1999 Nomor 27);

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

No dan investasi Harta ke dalam wilayah NKRI, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak, dan bagi Wajib Pajak yang tidak mengik

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Pajak Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

3) Penundaan atau Perpanjangan Penyampaian SPT

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

2013, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga tujuan tersebut

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117/PMK.07/2010 TENTANG

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan nasional di suatu negara diselenggarakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah. Untuk dapat menyukseskan pembangunan nasional tersebut, peranan penerimaan dalam negeri menjadi sangat penting serta mempunyai kedudukan yang cukup strategis. Tidak mungkin dapat menggerakkan roda pemerintahan dan pembangunan nasional tanpa adanya dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. Seperti yang terjadi di Indonesia, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara yang memiliki peranan yang besar dan penting untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional dibandingkan sumber penerimaan lain seperti devisa, migas, nonmigas, ekspor, dan lain sebagainya. Kontribusi penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan bertambahnya APBN Negara Indonesia. Pendapatan negara dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini: Tabel I Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak Tahun 2007 Sampai Dengan Tahun 2010 Tahun Jumlah 2007 492 triliun 2008 494,08 triliun 2009 565,77 triliun 2010 658,24 triliun (sumber : www.antaranews.com) 1

BAB I PENDAHULUAN 2 Apabila digambarkan dengan grafik maka hasilnya adalah sebagai berikut: Grafik 1 Pendapatan Negara dari Sektor Pajak Ada beberapa definisi pajak menurut beberapa ahli, salah satunya seperti yang dikemukan oleh S.I.Djajadiningrat dalam Tjahjono dan Husein (2000:3) Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan ke kas negara disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. (sumber: http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/08/pengertian-pajak.html). Oleh karena perannya yang sangat besar dan penting bagi pembangunan negara, maka peraturan yang mengatur mengenai perpajakan di Indonesia pun harus disesuaikan dengan keadaan perekonomian saat ini dan peraturannya harus selalu disempurnakan menjadi lebih baik. Undang-Undang Pajak Penghasilan telah diperbaharui dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Terdapat perbedaan peraturan mengenai pengenaan pajak

BAB I PENDAHULUAN 3 penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008. Perbedaan tersebut terdiri dari: 1. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diatur dalam pasal 7, perbedaan besarnya PTKP setahun menurut peraturan pajak lama ke peraturan pajak yang baru yaitu: - WP Orang Pribadi dari Rp 13.200.000,00 per tahun menurut aturan lama menjadi Rp 15.840.000,00 per tahun menurut aturan yang baru. - WP kawin dari Rp 1.200.000,00 per tahun menurut aturan lama menjadi Rp 1.320.000,00 per tahun menurut aturan yang baru. - Tambahan untuk setiap anak/anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga dari Rp 1.200.000,00 per tahun menurut aturan lama menjadi Rp 1.320.000,00 per tahun menurut aturan yang baru. 2. Tarif Pajak dan Lapisan Kena Pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri diatur dalam pasal 17. Perubahan Tarif Pajak dan Lapisan Kena Pajak dari aturan pajak lama ke aturan pajak baru yaitu: - Menurut peraturan pajak lama yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000: a. Sampai dengan Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) tarif pajaknya 5% (lima persen). b. Di atas Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) s.d. Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tarif pajaknya 10% (sepuluh persen).

BAB I PENDAHULUAN 4 c. Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) s.d. Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) tarif pajaknya 15% (lima belas persen). d. Di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) s.d. Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tarif pajaknya 25% (dua puluh lima persen). e. Di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tarif pajaknya 35% (tiga puluh lima persen). - Menurut peraturan pajak baru yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008: a. Sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tarif pajaknya 5 % (lima persen). b. Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) tarif pajaknya 15% (lima belas persen). c. Di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tarif pajaknya 25% (dua puluh lima persen). d. Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tarif pajaknya 30 % (tiga puluh persen). 3. Perbedaan biaya jabatan sebagai pemotong Penghasilan Bruto. Biaya jabatan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 yaitu maksimum sebesar Rp 1.296.000,00 (satu juta dua ratus sembilan puluh enam ribu rupiah) setahun atau Rp 108.000,00 (seratus delapan ribu rupiah) sebulan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 biaya jabatan ditetapkan setinggi tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan.

BAB I PENDAHULUAN 5 Salah satu jenis pajak yang dikenal di Indonesia adalah pajak penghasilan (PPh) khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 ini diatur oleh peraturan perundang-undangan yang telah mengalami perubahan yaitu dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 menjadi Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Dengan adanya perubahan undang-undang yang baru maka akan mengakibatkan perbedaan pajak terhadap Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap. Terdapat penelitian terdahulu yang membahas tentang perbandingan antara pajak penghasilan yang dihitung dengan menggunakan peraturan perundangundangan Nomor 17 Tahun 2000 dengan yang menggunakan peraturan perundangundangan Nomor 36 Tahun 2008. Seperti yang telah dilakukan oleh Soni Wijaya (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 Karyawan Tetap Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 penelitian ini dilakukan pada PT X di Medan yang bergerak dibidang chemical dengan objek penelitian pajak penghasilan karyawan tetap PT X. Penelitian ini menggunakan data gaji karyawan PT X. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang yang dihitung menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 diperoleh hasil sebesar Rp 39.910.808,33 sedangkan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang sebulan yang dihitung menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 diperoleh hasil Rp 31.709.708,00. Dengan hasil perhitungan ini diperoleh selisih perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang sebulan sebesar Rp 8.201.100,00.

BAB I PENDAHULUAN 6 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian tentang perbedaan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah di dalam penelitian ini menggunakan data gaji pegawai yang lebih kecil, sehingga ada perbedaan dalam hal tarif pajak. Oleh karena itu, penulis berniat untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap yang Dihitung Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan identifikasi masalah yaitu: 1. Bagaimana perbandingan antara penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tetap PT X dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 2. Apakah terdapat perbedaan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dihitung menggunakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Sebagai tindak lanjut dari identifikasi masalah, maka maksud dan tujuan peenelitian adalah:

BAB I PENDAHULUAN 7 1. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tetap PT X dengan menggunakan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dihitung menggunakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 1.4 Kegunaan Penelitian Mengacu pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi berbagai pihak yaitu: 1. Bagi Akademisi Kegunaan penelitian ini bagi akademisi adalah diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dalam mengkaji penerapan pasal-pasal yang ada di dalam Undang-Undang Perpajakan khususnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang berlaku saat ini. Sehingga wawasan dan pengetahuan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 pun akan bertambah. 2. Bagi Praktisi Bisnis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi bisnis di bidang perpajakan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundangan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN 8 Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas mengenai topik yang sama yaitu mengenai perbedaan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.