PROPOSAL SEMINAR GEOLOGI AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR GEOLOGI AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK

PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP EFISIENSI TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

BAB I PENDAHULUAN. adalah inti, putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah kerak.

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

PAPER LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI FOTO DAN GEOOPTIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

BAB 3. Pembentukan Lautan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty,

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME

SISTEM VULKANISME DAN TEKTONIK LEMPENG

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

TEORI LEMPENG TEKTONIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

MODUL ONLINE 19.2 KARAKTERISTIK PERLAPISAN BUMI PENDALAMAN MATERI BENTUK MUKA BUMI

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Energi Geothermal Digalakkan Kesejahteraan Masyarakat Terealisasikan Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

8.1. Ketersediaan dan Sifat

ASOSIASI BATUAN BEKU TERHADAP LEMPENG TEKTONIK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA KONDENSOR DENGAN KAPASITAS m³/ JAM UNIT 4 PLTU SICANANG BELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

BAB I PENDAHULUAN I.1

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 49-54

ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 60 MW DI PLTU PEMBANGKITAN LISTRIK SEKTOR BELAWAN

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

Analisa Efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tipe Single Flash Sistem Yang Dirubah Menjadi Binary Cycle Sistem Di Gunung Salak

I. PENDAHULUAN. dunia yang melibatkan beberapa negara konsumen dan banyak negara produsen

TEORI TEKTONIK LEMPENG

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

Geologi Dasar (MGD 301)

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TENAGA GEOLOGI & TEORI-TEORI TEKTONISME. Yuli Ifana Sari, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. vulkanik aktif yang berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi.indonesia

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

MAGMA GENERATION. Bab III : AND SEGREGATION

Yang kedua adaah diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas dan terpisah di beberapa benua :

TEORI PEMBENTUKAN LAUT TEORI KONVEKSI OLEH: MUH.AQRAM RAMADHAN L

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

MANIFESTASI GEOTHERMAL DI INDONESIA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material.

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS LAUT BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. untuk segala hal yang dianugerahkan kepada penulis sehingga penulis dapat

MIGRASI MAGMA. 1. Pendahuluan. 2. Pembentukan Diapire

Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA PERFORMANSI COOLER LUBE OIL DENGAN KAPASITAS 300 TON/JAM PADA UNIT 2 DI PLTU LABUHAN ANGIN LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era yang serba modern seperti saat ini, energi merupakan salah satu hal penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ALAT PENGERING BIOETANOL METODE ADSORPSI DALAM KOLOM UNGGUN TETAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

Transkripsi:

PROPOSAL SEMINAR GEOLOGI AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Nilai Mata Kuliah Seminar Geologi Pada Semester Tujuh Disusun Oleh : MAULANA ARSYAD 410002041 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2007

HALAMAN PENGESAHAN Proposal Seminar Geologi dengan judul : AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK Disusun oleh : MAULANA ARSYAD 410002041 Yogyakarta, Desember 2006 Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Geologi Menyetujui Dosen Pembimbing (Ir. Setyo Pambudi, MT.) (Bernadeta Subandini Astuti, ST) NIK 1973 0058 NIK 1973 0207 ii

KATA PENGANTAR Puji dan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-nya, sehingga proposal seminar geologi yang berjudul AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ini dapat terselesaikan. Usulan seminar ini dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat penyusunan laporan seminar geologi di Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 2. Bapak Ir. Setyo Pambudi, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 3. Ibu Bernadeta Subandini Astuti, ST, selaku dosen pembimbing seminar geologi. 4. Ayah Dan Ibu tercinta, serta kakak dan adik tersayang. 5. Soul of Naia yang selalu menjaga dalam doa. 6. Teman dan sahabat serta rekan-rekan mahasiswa Geologi dan rekan-rekan lain, atas segala dorongan dan bantuannya. Besar harapan penyusun, semoga proposal seminar geologi ini dapat dipertimbangkan. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penyusun ucapkan terima kasih. Yogyakarta, Desember 2006 Penyusun iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Maksud dan Tujuan... 2 I.3 Permasalahan... 3 I.3 Batasan Masalah... 3 I.4 Metode Penulisan... 3 I.5 Jadwal Penulisan Ilmiah... 3 BAB II DASAR TEORI II.1 Tinjauan Umum... 5 II.2 Sumber Energi Panasbumi... 5 II.3 Sistem Panas Bumi Ideal... 7 II.4 Macam-Macam Air... 9 BAB III KETERDAPATAN DAN PENGARUH AIR DALAM SISTEM PANASBUMI III.2 Perngaruh Air Dalam Sistem Panasbumi... 11 iv

III.2 Pemanfaatan Panasbumi... 12 DAFTAR PUSTAKA... 14 v

DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal penulisan ilmiah... 4 vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Proses pergerakan lempeng dan terbentuknya zona subduksi... 6 Gambar 2. Sistem panasbumi ideal... 9 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia dan di Indonesia khususnya, menjadikan kebutuhan akan energi bertambah pula. Di era yang serba modern ini dimana mesin-mesin pembantu tugas manusia semakin banyak dan semakin berkembang menjadikan kebutuhan akan sumber energi untuk menjalankan mesin-mesin tersebut semakin besar. Ketersedian sumber energi fosil yang selama ini digunakan semakin sedikit, disamping itu pula sumber energi ini merupakan sumber energi yang tidak terbarukan dengan tingkat polusi yang cukup tinggi. Dengan demikian maka sudah saatnya untuk beralih pada sumber energi terbarukan dan memiliki kadar polusi yang sangat rendah yaitu sumber energi panasbumi. Indonesia merupakan negara vulkanik dengan jumlah sebaran gunungapi aktif adalah 128 buah. Dari jumlah sebaran gunungapi ini menjadikan indonesia negara yang memiliki potensi panasbumi yang melimpah dengan kalkulasi: 9530 Megawatt (MW) berstatus Sumberdaya Spekulatif, 4714 Sumberdaya Hipotesis, 9912 MW Cadangan Terduga, 728 MW Cadangan Mungkin dan 2305 Cadangan Terbukti, total jenderal 27.189 MW. Dengan jumlah potensi energi panasbumi sebesar itu, maka Indonesia menjadi negara pemilik cadangan energi panasbumi terbesar di dunia (kurang lebih 40% cadangan dunia). Namun, dari sekian potensi

tersebut, yang sudah dimanfaatkan (terpasang) baru 807 MW, (Sjafra Dwipa, dalam bosman batubara). Di alam, panasbumi membentuk suatu sistem tertentu yang disebut dengan sistem panasbumi ideal yang bekerja secara bersamaan. Sistem panasbumi ini merupakan syarat yang harus terpenuhi yang meliputi: sumber panas, tata air, batuan induk/batuan pemanas, batuan reservoir, dan batuan penutup/cap rock. Air yang ada di dalam sistem panasbumi akan mempengaruhi pembentukan lapangan panasbumi, yang disebabkan oleh adanya keterkaitan antara syarat-syarat sistem panasbumi yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya yang dititkberatkan pada tata air dan sumber panas yang dimiliki oleh lapangan tersebut. Perbedaan jenis lapangan akan berimbas pula pada cara pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan proposal seminar ini adalah sebagai pengantar dalam menyusun seminar geologi, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum tingkat sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta serta mempelajari jenis-jenis sistem panasbumi. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah nantinya sebagai panduan dalam melakukan penyusunan seminar geologi serta untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kehadiran air di dalam pembentukan lapangan panasbumi. 2

1.3. Permasalahan Permasalahan umum dari seminar ini yaitu adanya penyimpangan sistem panasbumi ideal yang menyangkut sistem tata air. Sistem tata air berperan lebih dominan dalam pembentukan lapangan panasbumi dibanding dengan syarat-syarat lain dalam sistem panasbumi. 1.3. Batasan Masalah Pembahasan permasalahan pada seminar geologi ini hanya dibatasi pada permasalahan mengenai sistem panasbumi ideal dan pengaruh air sebagai syarat dalam sistem panasbumi. Ruang lingkup air yang dibahas yaitu hanya air yang masuk dalam reservoir panasbumi yang selanjutnya dikelompokkan menjadi satu dan disebut air saja. 1.4 Metode Penulisan Penulisan ilmiah seminar geologi ini menggunakan metode studi pustaka yang penulis dapatkan dari literatur dan data internet yang disertai dengan diskusi bersama dosen dan rekan-rekan mahasiswa geologi. 1.5 Jadwal Penulisan Ilmiah Jadwal penulisan ilmiah dalam penyusunan proposal dan seminar geologi ini secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. 3

Tabel 1. Jadwal penulisan ilmiah No Subjek 1 A.Persiapan Pengumpulan data Studi data Proposal Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 B. Pembuatan laporan Penyusunan draf Konsultasi isi seminar geologi 2 Presentasi Konsultasi dan revisi Laporan 3 Penyerahan laporan 4

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Umum Sumber utama dan terbesar panasbumi berasal dari magma yang terbentuk oleh adanya pergerakan lempeng pada kerak bumi yang saling bertabrakan dan saling menunjam. Untuk dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin maka panasbumi harus memenuhi syarat-syarat yang membentuk sistem yang ideal. 2.2. Sumber Energi Panasbumi Konsep Tektonik Lempeng Prinsip-prinsip dasar tektonik lempeng menyatakan bahwa: lapisan paling luar dari bumi ini dianggap sebagai terdiri dari bahan yang bersifat keras dan kaku (rigid) yang dinamakan litosfer. litosfer ini bentuknya terpecah-pecah menjadi beberapa keping sehingga memungkinkan tiap keping dapat bergerak ralatif satu terhadap lainnya (Asikin S, modifikasi). Keping keping ini selanjutnya disebut sebagai lempeng yang dibagi menjadi dua yaitu lempeng benua (continental crust) dengan berat jenis berkisar ± 2,7 dan lempeng samudra (oceanic crust) dengan berat jenis berkisar ± 3,3. Litosfer berada diatas lapisan yang bersifat lunak (cair) yang disebut sebagai lapisan astenosfer. Meskipun mungkin saja ada perbedaan dalam susunan petrologinya, tetapi perbedaan yang

utama antara keduanya adalah didasarkan kepada perbedaan viskositas/kekentalan yang sangat menonjol. Menurut Hazuardi, pada lempeng samudra terjadi zona pemisahan (pemekaran lantai samudra) dimana lempeng tersebut seolah terpecah menjadi dua bagian yang bergerak berlawanan karena adanya arus konveksi. Salah satu bagian dari lempeng samudra ini kemudian bertabrakan dengan lempeng benua. Dari perbedaan berat jenis yang sangat menonjol serta ketebalan lempeng samudra yang lebih tipis (tebal ± 5 km) dibandingkan dengan lempeng benua (tebal ± 35 km) maka lempeng samudra ini menunjam ke bawah lempeng samudra. Ilustrasi konsep tektonik lempeng dapat dilihat pada (gambar 1). Gambar 1. Proses pergerakan lempeng dan terbentuknya zona subduksi dan zona potensial panasbumi 6

Penunjaman yang disebut juga subduksi yang terjadi memiliki kedalamannya mencapai selubung bumi. Akibat dari tekanan yang besar daripada penunjaman dan suhu yang lebih tinggi di lingkungan selubung bumi itu maka kerak bumi yang menunjam tersebut melebur menjadi magma. Magma inilah yang kemudian menjadi sumber panas utama dari panasbumi. Berdasarkan konsep tektonik lempeng maka daerah-daerah yang memiliki temperatur tinggi (hyperthermal) akan terletak di dalam daerah volcanik aktif (zona seismic belt), yang akan memungkinkan terbentuknya lapangan-lapangan panasbumi bertemperatur tinggi. Lapangan yang bertemperatur rendah akan terletak di luar jalur tersebut (Hazuardi,dimodifikasi). 2.3. Sistem Panas Bumi Ideal Panasbumi secara umum dapat diartikan sebagai penjelmaan suhu bumi yang telah ada sejak bumi terbentuk. Di alam, suhu tersebut membentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem panasbumi (Alzwar M.,dkk.,1987). Sistem panasbumi ini merupakan syarat yang harus terpenuhi. Apabila salah satu syarat pada sistem ini tidak terpenuhi atau tidak ada, energi panasbumi tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Sistem panasbumi ideal (modifikasi dari Alzwar M.,dkk.,1987, ditunjukkan pada gambar 2) terdiri dari: - Sumber panas Berasal dari adanya habluran batuan/magma akibat tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua. 7

- Air tanah/air formasi umumnya air ini berasal dari air hujan atau air tanah meteorik. Jika ini air tidak ada maka batuan akan menjadi batuan panas kering. Apabila akan diekploitasi maka diharuskan menyuntikkan air ke dalam sistem - Batuan induk/batuan pemanas Batuan pemanas akan berfungsi sebagai sumber pemanasan air; yang dapat berwujud tubuh terobosan granit maupun bentuk-bentuk batolit lainnya. - Batuan reservoir Batuan ini berfungsi sebagai penampung air yang telah terpanasi atau uap yang telah terbentuk. Nilai kesarangan/porositas ikut menentukan jumlah cadangan airpanas atau uap. - Batuan penutup/cap rock Batuan ini lebih berfungsi sebagai penutup kumpulan airpanas atau uap sehingga tidak merembes keluar. Batuan ini harus bersifat tidak mudah ditembus atau dilalui cairan atau uap. Biasanya batuan ini berupa hasil letusan gunungapi seperti lava dan piroklastik. Tidak adanya lapisan penutup menjadikan sistem panasbumi menjadi terbuka dan energi panas yang ada akan hilang atau heatloss. - Rekahan tempat masuknya air hujan serta rekahan untuk keluarnya produk panas yang berupa air maupun uap panas. Syarat-syarat tersebut menjadi satu-kesatuan sistem yang utuh yang bekerja secara bersamaan. 8

Gambar 2. Sistem panasbumi menurut Alzwar M (1987). Untuk menghasilkan panasbumi yang dapat dijadikan energi dalam bentuk yang lain (tenaga listrik), maka semua syarat di atas harus terpenuhi. Jika salah satu syarat dalam sistem panasbumi tidak terpenuhi akan mengakibatkan sistem tidak bekerja sehingga sumber energi panas tidak dapat diproduksi secara maksimal. 2.4. Macam-Macam Air Air di sini umumnya berasal dari air hujan atau air tanah meteorik. Macammacam air diadaptasi dari White (1956a, b dalam Alzwar M.,dkk.,1987) adalah: a. Air juvenil (juvenille water), yaitu air yang berasal dari magma (primer) yang kemudian menjadi bagian dari hidrosfera. 9

b. Air magmatik (magnatic water), yaitu air yang berasal dari magma (dapat juga air juvenil) sejak magma tersebut bersatu dengan air meteorik atau air yang berasal dari sedimen. c. Air meteorik (meteoric water), yaitu air yang sekarang berada di lingkungna atmosfera. d. Air purba (connate water), yaitu air yang terpisah dari atmosfer selama waktu geologi yang panjang. Air yang terdapat dalam cekungan sedimen dan tertutup oleh lapisan tebal batuan diatasnya ini hampir sejenis dengan air di dalam lapisan minyak bumi, yang umumnya merupakan air laut yang telah mengalami perubahan karena proses fisika dan kimia. e. Air metamorfik (metamorfic water), yaitu bentuk tersendiri dari air purba yang berasal dari mineral yang mengandung air (hidrous mineral), dimana air akan terperas keluar selam proses kristalisasi atau metamorfosa. 10

BAB III KETERDAPATAN DAN PENGARUH AIR DALAM SISTEM PANASBUMI 3.1 Pengaruh Air Dalam Sistem Panasbumi Sistem panasbumi ideal yaitu keadaan dimana semua syarat sistem panasbumi terpenuhi yang meliputi sumber panas, tata air, batuan induk/batuan pemanas, batuan reservoir, dan batuan penutup/cap rock. Air dalam sistem panasbumi merupakan syarat yang cukup berperan dominan disamping sumber panas. Keterdapatan air didalam suatu sistem panasbumi berpengaruh terhadap lapangan panasbumi yang dihasilkan. Berdasarkan atas kandungan air dalam sistem panasbumi maka dapat diklasifikasikan jenis lapangan panasbumi menjadi tiga yaitu: 1. Semi thermal fields, yaitu jenis ini dapat menghasilkan air panas pada temperatur lebih dari 100 o C dari kedalaman 1 atau 2 Km. 2. Hyper thermal fields dapat dibagi menjadi: Wet feilds (lapangan basah), menghasilkan air bertekanan tinggi dengan temperatur lebih dari 100 o C, sehingga jika fluida panasbumi mengalir ke permukaan dan mengalami penurunan tekanan, sebagian kecil dari fluida tersebut tersemburkan dalam bentuk uap dan sebagian besar tetap dalam bentuk air mendidih. Sering pula disebut sebagai lapangan yang didominasi oleh air.

Dry fields (lapangan kering), menghasilkan uap jenuh kering (dry saturated steam) atau sedikit superheated (slightly superheated steam) pada tekanan di atas tekanan atmosfer. Golongan ini sering disebut dengan lapangan yang didominasi oleh uap. 3. Hot dry fields (lapangan batuan panas kering) Energi Batuan kering panas berasal secara relatif dari batuan panas bebas air yang ditemukan pada kedalaman sekitar 4,000 meter atau lebih di bawah permukaan bumi. Kondisi seperti ini diakibatkan oleh tidak adanya ketersedian air dalam sistem yang berarti tidak ada material yang dipanaskan kecuali batuan di sekitarnya yang dicirikan dengan panas yang relatif tinggi pada batuan tersebut. Selanjutnya bentuk-bentuk energi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk menggerakan turbin. Turbin adalah alat untuk konversi atau merubah energi dari bentuk energi panas ke bentuk energi listrik. 3.2 Pemanfaatan Panasbumi Berdasarkan atas klasifikasi lapangan panasbumi terkait dengan ketersedian air dalam sistem panasbumi, maka teknik pemanfaatan energi panasbumi tidak dapat ditempuh dengan cara yang sama untuk jenis lapangan yang berbeda. 12

Dengan demikian maka dibutuhkan teknik pemanfaatan yang sesuai dengan keadaan lapangan panasbumi yaitu: 1. Untuk lapangan Semi thermal fields yang energinya berupa air panas, menggunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. 2. Untuk lapangan Hyper thermal fields yang energinya berupa uap, diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik. 3. Untuk lapangan Hot dry fields yang sumber energinya masih berupa panas yang tidak berbetuk air panas maupun uap, harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin Dengan adanya studi yang berjudul Air Dalam Sistem Panasbumi Sebagai Faktor Pembentuk Lapangan Panasbumi dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Energi Listrik, diharapkan dapat menentukan metode pemanfaatan panasbumi berdasarkan tipe lapangan panasbuminya. 13

DAFTAR PUSTAKA Alzwar, M., Samodra, H.,Tarigan., JJ., 1987, Pengantar dasar Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung, 223 hal. Asikin, S., Diktat Kuliah Tektonik, Institut Teknologi Bandung (tidak diterbitkan), 61 hal. Batubara, B., 2006, Melirik Energi Panasbumi, Artikel internet, www.iagi.co.id/index.php?name=newsandcatid=4&topic Hazuardi., Pengantar Teknologi Panasbumi (Introduction to Geothermal Technology), Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi, Cepu, 136 hal. Polawan, S.S.M., 2005, Sistem Perpindahan Panasbumi, Seminar, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST Akprind, 41 hal. (tidak diterbitkan) Sukowati, S., 2004, Panasbumi Sebagai Energi Alternatif dan Ramah Lingkungan, Seminar Industri, Jurusan Teknik Geologi, STTNas, Yogyakarta, 32 hal. (tidak diterbitkan) 14