ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

2.1 SEJARAH REFRIGERAN

BAB II DASAR TEORI. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C.

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN REFRIGERAN HYCOOL HCR-22 PADA AC SPLITE SEBAGAI PENGGANTI FREON R-22

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

ANALISA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DAN COP PADA AC SPLIT 900 WATT MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON MC-22 DAN R-22

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Mastur 1, Andi Hidayat 2. Jl. Sumingkir No. 1 Tlp. (0281) Fax. (0281) Purwokerto Barat ABSTRAK

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengkondisian udara pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban,

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB II LANDASAN TEORI. Mesin pendingin atau refrigerasi pada dasarnya merupakan proses

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut memerlukan suatu alat untuk mengkondisikan udara. didalam ruangan bangunanbangunan tersebut seperti Air Conditioner

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB IV METODE PENELITIAN

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERFORMANSI HEAT PUMP MENGGUNAKAN COUNTER FLOW HEAT EXCHANGERS

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

TUGAS 2 REFRIGERASI DASAR (TEORI)

II. TINJUAN PUSTAKA 1. Pendinginan dan Pembekuan Hasil Pertanian Pangan

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

Transkripsi:

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE) Awal Syahrani * * Abstract Good Refrigeran and used many up to last some years is the refrigeran from halokarbon group, specially CFC ( Chloroflorocarbon) And HCFC ( Hydrochloroflorocarbon). But in the year 1974 Rowland and Molina draught tell its hypothesizing which express that chlorine the refrigeran have potency ozone layer coat ( ODP = Ozone Depletion Potential) so that can destroy ozone coat as well as owning global(gwp warm-up potency = Global of Warming Potential). Therefore writer make the research of efect use the R-12 refrigeran and Hydrocarbon to kompresor activity by using Coefisien Of Performance parameter ( COP)andEffisiensi from refrigerasi system. Keyword: Coeffisien Of Performance, Effisiensi, jenis refrigeran 1. Pendahuluan Perkembangan sistem refrigerasi dewasa ini semakin pesat seiring dengan perkembangan teknologi, selain dari itu juga perkembangan sistem refrigerasi ini juga didukung oleh adanya perkembangan penggunaan beberapa jenis refrigeran. Refrigeran yang biasa digunakan dalam sistem refrigerasi dapat dikelompokkan menjadi refrigeran halokarbon, refrigeran hidrokarbon, refrigeran azeotrop, refrigeran zeotrop, refrigeran organik dan anorganik. Dalam satu rangkaian sistem refrigerasi biasanya terdiri dari beberapa bagian utama yaitu : kompresor, kondensor, katup ekspansi, evaporator dan refrigeran itu sendiri, selain bagian utama tersebut terdapat juga bagian asesoris (pelangkap) antara lain : kipas, filter dryer, liquid receiver, sight glass, acumulator, heat exchanger, dan oil separator. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing yang mana dapat mempengaruhi efek refrigerasi dan kerja kompresi dalam suatu sistem refrigerasi. Efek refrigerasi dan kerja kompresor sangat dipengaruhi oleh jenis refrigeran yang digunakan, hal ini disebabkan oleh karena sifat termofisik yang dimiliki oleh refrigeran (media pendingin) itu sendiri. Refrigeran yang baik dan banyak digunakan sampai dengan beberapa tahun yang lalu adalah refrigeran dari kelompok halokarbon, khususnya CFC (Chloroflorocarbon) dan HCFC (Hydrochloroflorocarbon). Namun pada tahun 1974 Rowland dam Molina mengemukakan hipotesanya yang menyatakan bahwa unsur chloro pada refrigeran tersebut memiliki potensi perusakan lapisan ozon (ODP = Ozone Depletion Potential) sehingga dapat merusak lapisan ozon dan juga memiliki potensi pemanasan global(gwp = Global Warming Potential). Refrigeran merupakan senyawa stabil, ketika refrigeran meninggalkan bumi melewati troposfer dan mencapai statosfer, refrigeran tersebut akan bereaksi dengan ozon. Di lapisan statosfer refrigeran menyebar dan dengan pancaran sinar ultraviolet yang kuat memecahkan susunan molekul refrigeran dan menghasilkan chloro. Dengan chloro sebagai katalisator, ozon akan terurai dan menjadi semakin tipis dan akhirnya membentuk lubang. Unsur chloro yang masuk ke lapisan statosfer akan tetap tinggal dan penipisan lapisan ozon akan terus berlanjut. Untuk menghindari pembesaran lubang lapisan ozon, maka diperlukan suatu refrigeran pengganti, mengingat refigeran dari mesin refrigerasi dipastikan selalu ada yang lepas keudara. Refrigeran pengganti yang banyak digunakan saat ini adalah R-134a dan ammonia, tetapi kedua jenis refrigeran ini masih memiliki kekurangankekurangan, misalnya R-134a yang dirancang untuk menggantikan R-12, walaupun memiliki ODP=0 ternyata memiliki potensi untuk * Staf Pengajar Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

menyebabkan pemanasan global yang sangat besar. Sedangkan untuk refrigeran ammonia mempunyai bau yang sangat menyengat dan dikelompokkan kedalam kelompok refrigeran yang berbahaya atau mematikan (beracun). Dengan demikian upaya selanjutnya yang dilakukan oleh para ahli adalah melirik kembali kepada bahan-bahan yang benarbenar ramah lingkungan dalam arti refrigeran tersebut mempunyai ODP dan GWP yang sangat rendah sehingga dapat diabaikan, maka oleh karena itu para ahli mencoba menggunakan Hidrokarbon sebagai media pendingin. Hidrokarbon merupakan refrigeran alternatif yang paling cocok digunakan dalam sistem refrigerasi, karena mempunyai sifat termofisik yang sesuai dengan refrigeran sebelumnya. Selain itu refrigeran hidrokarbon tidak merusak lapisan ozon (ODP=0) dan efek pemanasan global yang dapat diabaikan (GWP rendah) serta terdapat di alam sekitar secara melimpah. Ada tiga jenis refrigeran hidrokarbon yang dapat digunakan yaitu : Propana, Butana dan Isobutana, yang mana mempunyai karakteristik yang berbeda-beda (lihat tabel 1.) Dengan melihat sifat-sifat tersebut, maka refrigeran yang sedang populer digunakan pada saat ini adalah refrigeran PIB. Refrigeran PIB adalah refrigeran yang ramah lingkungan dengan ini potensi perusakan ozon sama dengan nol dan potensi pemanasan global yang sangat rendah, sehingga cocok untuk dijadikan refrigeran alternatif. Dari uarian diatas penulis kemukakan hasil penelitian ini sebagai konsep pertimbangan pemilihan penggunaan jenis refrigeran yang sangat baik dan ramah lingkungan untuk digunakan dalam suatu sistem refrigerasi. Pembatasan masalah dalam penulisan ini hanya terbatas pada data-data yang diambil berdasarkan kerja sistem yang digunakan. Sistem refrigerasi yang dipakai adalah sistem refrigerasi kompresi uap yang menggunakan evaporator, kendensor. Katup ekspansi yang digunakan adalah katup ekspansi thermostatik (TEV) serta refrigeran yang digunakan refrigeran R-12 dan hidrokarbon jenis PIB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan refrigeran terhadap kerja kompresi serta efek refrigerasi dan effisiensi sistem refrigerasi. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang penggunaan berbagai jenis refrigeran terhadap kerja kompresor yang memiliki efek refrigerasi dan effisiensi yang kecil, penggunaan daya listrik yang relatif kecil serta jenis refrigeran yang ramah lingkungan. 2. Tinjauan Pustaka Pada prinsipnya sistem refrigerasi yang digunakan adalah sistem refrigerasi kompresi uap yang mana sesuai dengan namanya merupakan sistem yang mempergunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan rendah akan menyerap kalor dari tempat yang didinginkan, kemudian masuk pada sisi penghisap (suction) dimana uap refrigeran tersebut ditekan didalam kompresor sehingga berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang dikeluarkan pada sisi keluaran (discharge). Dari proses ini kita menentukan sisi bertekanan tinggi dan sisi bertekanan rendah. Pada sistem ini refrigeran akan mengalami beberapa proses dan akan bersirkulasi. Adapun proses-proses tersebut adalah proses kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi. Dari seluruh proses tersebut dapat digambarkan pada satu diagram tekanan vs enthalpi yang dikenal sebagai diagram mollier (gambar 1). Tabel 1. Karakteristik tiga jenis refrigeran Hidrokarbon Sifat sifat PROPANA BUTANA ISOBUTANA Rumus kimia C 3 H 8 C 4 H 10 C 4 H 10 Temperatur pijar ( o C) 470 510 490 405 508 Temp bakar-udara ( o C) 1025 1900 - Temp bakar-o 2 2500 2925 - Temperatur didih ( o C) -42-0,5-11,7 Berat jenis terhadap udara 1,55 2,09 2,06 Massa molekul 44,10 58,13 58,13 Temperatur kritis ( o C) 96,8 152 135 Tekanan kritis (Kpa) 4254 3794 3645 Titik beku ( o C) -187,7-138,5-160 63 MEKTEK TAHUN VIII NO.2 MEI 2006

p 3 2 4 1 h3=h4 h1 h2 h Gambar 1. Siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap pada Diagram Mollier Sumber : Priciples Of Refrigeration, Dossat Proses siklus refrigerasi meliputi, proses kompresi/pemampatan, proses kondensasi, proses ekspansi dan proses evaporasi. 2.1 Proses kompresi/pemampatan Proses ini terjadi di kompresor, dimana uap refrigeran yang keluar dari evaporator dengan tekanan dan temperatur yang rendah akan dihisap oleh kompresor melalui saluran suction dan selanjutnya refrigeran akan dimampatkan sehingga tekanannya menjadi tinggi, dan karena tekanan yang tinggi ini maka temperatur refrigeran akan naik hingga melebihi temperatur lingkungan. Refrigeran bertekanan dan temperatur tinggi ini akan melalui saluran discharge dan keluar dari kompresor. Proses ini terjadi secara isentropik, yaitu proses dilakukan pada entropi yang konstan dan berdasarkan diagram mollier diatas besarnya kerja kompresi per satuan massa refrigeran yang diperlukan adalah : qw = (h2 h1)...(1) dimana : qw = besarnya kerja kompresi (kj/kg) h1 = Enthalpy refrigeran saat masuk kompresor (kj/kg) h2 = Enthalpy refrigeran saat keluar kompresor (kj/kg) 2.2 Proses kondensasi/pengembunan Uap refrigeran yang bertemperatur dan bertekanan tinggi yang keluar dari kompresor akan mengembung di kondensor sehingga dengan demikian terjadi perubahan fasa refrigerasi dari uap menjadi cair. Untuk dapat melakukan proses pengembunan tersebut refrigeran akan melepas kalor ke lingkungan, sehingga di kondensor akan terjadi perpindahan panas antara refrigeran dan udara. Proses kondensasi ini akan terjadi dalam keadaan tekanan konstan (isobarik), dan besarnya kalor persatuan massa refrigeran yang dilepaskan di kondensor adalah : qc = (h2 h3)...(2) dimana : qc = Besarnya kalor yang dilepaskan di kondensor (kj/kg) h2 = Enthalpy saat masuk kondensor (kj/kg) h3 = Enthalpy saat keluar kondensor (kj/kg) 2.3 Proses ekspansi Refrigeran yang telah mengalami kondensasi akan berfasa cair dan selanjutnya akan masuk ke alat ekspansi. Dalam alat ekspansi ini akan berlangsung proses secara isenthalpy yang berarti pada proses ini tidak terjadi perubahan enthalpy (h3 = h4) tetapi terjadi penurunan tekanan dan temperatur. 2.4 Proses Evaporasi/penguapan Proses ini terjadi di evaporator dimana refrigeran akan menyerap kalor dari lingkungan atau media yang akan didinginkan. Hal ini terjadi karena refrigeran pada saat akan menguap membutuhkan kalor sehingga refrigeran yang berada di evaporator akan menyerap kalor dari lingkungan atau media yang akan didinginkan. Dengan adanya penyerapan kalor tersebut maka refrigeran akan berubah fasa dari fasa cair menjadi MEKTEK TAHUN VIII NO.2 MEI 2006 64

fasa uap jenuh. Besarnya kalor per satuan massa refrigeran yang diserap di evaporator adalah : qe = (h1 h4)...(3) dimana : qe = Besarnya kalor yang diserap di evaporator (kj/kg) h4 = Enthalpy refrigeran pada saat masuk evaporator (kj/kg) h1 = Enthalpy refrigeran pada saat keluar evaporator (kj/kg) Berdasarkan besaran-besaran diatas maka akan didapat prestasi daur kompresi uap standar atau yang biasanya disebut COP (Coefficient Of Performance) dimana sistem ini didapat antara efek refrigerasi dengan kerja kompresi. Untuk menghitung besarnya COP dapat digunakan persamaan sebagaii berikut : COP aktual = Efek refrigerasi Kerja kompresi qe =...(4) qw (h2 h1) =...(5) (h3 h4) Sedangkan untuk mencapai COP ideal suatu sistem refrigerasi digunakan persamaan COP carnot yaitu sebagai berikut : Temperatur evaporator COP carnot =...(6) T. kondensor T. evaporator Dari perbandingan besaran COP aktual dan COP carnot tersebut maka akan diperoleh suatu efisiensi sistem refrigerasi dengan persamaan sebagai berikut : COP aktual η =...(7) COP carnot 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data pada alat uji atau pada unit trainer dengan cara pembuatan instalasi sistem pendingin (refrigerasi). Pada proses pengambilan data pertama kondisi sistem diisi dengan refrigeran R-12 kemudian pengambilan data setelah itu refrigeran diganti dengan hidrokarbon jenis PIB. 4. Hasil dan Pembahasan Selanjutnya untuk mendapat gambaran tentang pengaruh jenis refrigeran terhadap efek refrigerasi dan efisiensi suatu sistem refrigerasi maka penulis kemudian mengambil data-data. Dimana jenis refrigeran yang digunakan sangat mempengaruhi kerja kompresi, efek refrigerasi dan efisiensi sistem. Pengambilan data dikaitkan dengan waktu yang digunakan, untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan terhadap efek refrigerasi dan efisiensi pada suatu refrigerasi, jadi pengambilan data menggunakan waktu adalah 0, 30, 60, 90 dan 120 menit. Adapun data-data yang telah diambil ditabulasi pada Tabel 2. Tabel 2. Data hasil pengamatan menggunakan refrigeran R-12 Titik Pengukuran Waktu (menit) 0 30 60 90 120 Tekanan discharge (bar g) 7 7 7 7.5 7.8 Tekanan suction (bar g) 3.8 0.9 0.9 1.5 1.5 Tekanan keluaran kondensor (bar g) 7 7 7 7.8 7.8 Tekanan masuk evaporator (bar g) 3.8 0.9 0.9 1.8 1.8 Temperatur lingkungan ( o C) 29.8 28.5 30.5 30 30 Temperatur hasil pendinginan ( o C) 27.8-0.01-9.8-10.1-10.5 Temperatur masuk evaporator ( o C) 26.9 0.6-11.2-12.4-12.4 Temperatur keluar evaporator ( o C) 25.1-0.01-3.5-2.7-2.9 Temperatur discharge ( o C) 31 57.8 65.9 69.8 70.3 Temperatur suction ( o C) 28.2-3 -3.5-0.1-0.1 Arus (A) 0 2.9 2.8 3 3 Tegangan (V) 200 200 200 200 200 Daya (W) 0 0.4 0.38 0.35 0.35 65 MEKTEK TAHUN VIII NO.2 MEI 2006

Tabel 3. Data hasil pengamatan menggunakan refrigeran Hidrokarbon jenis PIB Titik Pengukuran Waktu (menit) 0 30 60 90 120 Tekanan discharge (bar g) 7.2 7.1 7.4 7.5 7.2 Tekanan suction (bar g) 1.2 1.05 1.05 1.1 0.8 Tekanan keluaran kondensor (bar g) 7.9 7.1 7.4 7.5 7.2 Tekanan masuk evaporator (bar g) 1.8 1.05 1.05 1.1 0.8 Temperatur lingkungan ( o C) 26.5 26.6 27.4 28.3 28.3 Temperatur hasil pendinginan ( o C) 24.5-7 -8.1-8.2-10.2 Temperatur masuk evaporator ( o C) -3.9-11.3-10.3-9.6-11.3 Temperatur keluar evaporator ( o C) 1.1-6.7-6.2-5.6-10.5 Temperatur discharge ( o C) 63.3 64.7 67.3 66.8 67.6 Temperatur suction ( o C) 9.4-0.2-1.5-1.0 6.2 Arus (A) 0 2.8 2.8 2.8 2.7 Tegangan (V) 195 195 200 195 320 Daya (W) 0 0.4 0.4 0.4 0.4 Tabel 4. Data hasil Perhitungan COP dan Efisiensi dengan TEV Jenis Refrigeran COP aktual menit ke 30 60 90 120 R-12 4.36 3.96 3.24 3.15 Hidrokarbon jenis PIB 2.7 2.27 2.23 2.56 COP ideal menit ke 30 60 90 120 R-12 5.44 4.88 4.9 4.88 Hidrokarbon jenis PIB 5.2 4.95 4.94 5.55 Effisiensi menit ke 30 60 90 120 R-12 80 81.1 66.1 64.55 Hidrokarbon jenis PIB 51.9 46 46.54 46.19 Dari data diatas dari kedua jenis refrigeran yang digunakan menghasilkan temperatur pendinginan yang sama dikisaran 10 o C dengan menggunakan katup ekspansi TEV (termostatik ekspantion valve). Untuk tekanan yang terjadi pada sisi tekanan suction terlihat bahwa pada refrigeran R-12 memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi pada sistem yang menggunakan refrigeran jenis PIB, hal ini dikarenakan berat PIB yang harus dimasukkan kedalam sistem hanya 40% dari berat R-12 berarti jumlah refrigeran yang dimasukkan lebih sedikit dibandingkan dengan R-12 sehingga biaya yang dibutuhkan untuk pembelian refrigeran tidak mahal. Jumlah arus listrik yang digunakan jenis refrigeran PIB lebih kecil dibanding dengan R-12. Selanjutnya untuk mengetahui efek refrigerasi dan nilai effisiensi sistem tersebut maka, data-data dari hasil pengamatan tersebut dimasukkan kedalam diagram Mollier untuk mengetahui nilai enthalpy secara aktual. Dengan melihat tabel 4 hasil perhitungan maka diperoleh suatu hasil analisa yang menunjukkan efek refrigerasi dan effisiensi dari keduan jenis refrigeran tersebut sangat berbeda, seperti yang terjadi pada COP aktual refrigeran R- 12 memiliki nilai yang besar dibandingkan dengan menggunakan refrigeran PIB, hal ini menunjukkan bahwa kerja kompresi pada kompresor R-12 memiliki kerja yang berat jika dibandingkan dengan PIB. Demikan halnya dengan nilai effisiensi yang terjadi, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan refrigeran Hidrokarbon jenis PIB sangat menguntungkan dibanding dengan R-12, sedang waktu yang digunakan juga mempengaruhi efek refrigerasi dimana semakin lama sistem tersebut bekerja maka COP juga turun sampai mencapai temperatur yang ideal. MEKTEK TAHUN VIII NO.2 MEI 2006 66

Coefisien Of Performance merupakan salah satu indikator pada suatu sistem refrigerasi yang sangat menentukan kerja dari sistem itu sendiri. Dengan melihat nilai dari COP pada satu sistem refrigerasi kita dapat mengetahui kerja dari sistem tersebut, apakah sistem bekerja sebagaimana mestinya atau tidak. Karena kerja kompresor dalam sistem refrigerasi sangat tergantung dari nilai COP tersebut, sedang kompresor dalam sistem refrigerasi merupakan jantung dari sistem tersebut, jika nilai COP dari suatu sistem refrigerasi sangat tinggi maka sistem tersebut tidak bekerja dengan baik atau tidak sesuai dengan kerja ideal, namun apa bila nilai COP yang kecil berarti kompresor bekerja pada kondisi yang ideal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga kerja kompresor tidak dapat bekerja pada kondisi ideal yaitu antara lain : 1. Umur kompresor yang sudah lama. 2. Minyak pelumas sudah tidak mampu melumasi kompresor. 3. Adanya tekanan pada sisi suction dan discharge yang tidak seimbang. 4. Ada kandungan udara yang bercampur dengan refrigeran dalam sistem. 5. Kemungkinan jumlah refrigeran yang kurang, dll. kompresor tidak bekerja berat dalam menjalankan sistem refrigerasi. 5) Pada penggantian jenis refrigeran dari R-12 ke hidrokarbon tidak ada komponen-komponen dari sistem yang diganti atau dirubah. 6) Refrigeran dari hidrokarbon jenis PIB sangat bagus digunakan dalam satu sistem refrigerasi. 6. Daftar Pustaka Althouse, Turnquist, 1986, Modern Refrigeration and Air Conditioning, South Holland Illinis, The Goodheart-Willcox Company. Althouse, Turnquist, 1992, Modern Refrigeration and Air Conditioning, South Holland Illinis, The Goodheart-Willcox Company. Dossat, Roy J, 1991, Prinsciples of Refrigeration, Third Edition, New Jesrsey, Prentice Hall International, Inc. K, Handoko, 1987, Alat Kontrol mesin Pendingin, Jakarta, PT. Ichtiar Baru. 5. Kesimpulan Dari hasil pengujian sistem refrigerasi dengan menggunakan dua jenis refrigeran dapat disimpulkan bahwa : 1) Semakin lama suatu sistem refrigerasi bekerja maka temperatur hasil pendinginan semakin turun. Hal ini disebabkan cyclus refrigeran yang terus mengalir melalui pipa-pipa dalam sistem mengalami perubahan temperatur akibat perputaran udara dalam ruangan. 2) Temperatur hasil pendinginan dengan menggunakan refrigeran hidrokarbon jenis PIB hampir sama dengan yang menggunakan R-12. Ini memungkinkan bahwa untuk mengganti refrigeran R-12 dapat menggunakan refrigeran alternatif (PIB). 3) Arus listrik yang digunakan pada refrigeran jenis PIB lebih rendah dibandingkan dengan R- 12, berarti lebih menguntungkan dari segi ekonomisnya, dan merupakan sistem refrigeran yang mudah diperoleh dilingkungan kita. 4) COP dan Effisiensi yang dihasilkan PIB lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan R- 12, berarti sangat bagus digunakan sebab 67 MEKTEK TAHUN VIII NO.2 MEI 2006