BAB I PENDAHULUAN. menyajikan dunia lain yang bersifat imajinatif. Ruang lingkup sastra yang begitu luas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. pada zaman Heian sangatlah sensitif terhadap perasaan pribadi terutama dalam hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bentuk seni yang mengambil inspirasi dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Sastra tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga sebagai media hiburan karena dapat menyajikan dunia lain yang bersifat imajinatif. Ruang lingkup sastra yang begitu luas dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat. Dalam hal ini, sastra memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Jepang merupakan negara yang telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan dalam segala bidang, termasuk kesusastraannya. Perubahan yang sangat mendasar terjadi dengan adanya Restorasi Meiji, yang merupakan langkah pertama bagi Jepang untuk menuju ke zaman modern. Dari sekian banyak sastrawan Jepang yang berkarya pada zaman modern, penulis tertarik dengan sosok Mori Ogai. Mori Ogai (1862-1922) adalah sastrawan terkemuka Jepang yang hidup dan berkarya pada dua dekade zaman Meiji (1868-1912) dan dekade pertama zaman Taisho (1913-1926). Selain dikenal sebagai sastrawan, ia dikenal sebagai dokter pada dinas ketentaraan, dan bahkan pernah menduduki jabatan Kepala Korps Medis Angkatan Darat. Ia juga seorang kritikus sastra, sejarahwan, penerjemah, dan pustakawan. Selain sebagai sastrawan, Mori Ogai juga seorang birokrat. Beragamnya status yang melekat pada diri Ogai inilah yang justru menjadikannya berbeda dengan 1

sastrawan lain dan membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai salah satu dari karya sastranya. Sepanjang perjalanan hidupnya, Ogai telah menghasilkan banyak karya. Karya-karya yang telah dihasilkan Mori Ogai mencakup berbagai bidang dan cukup luas, mulai dari buku harian, esai ilmu kedokteran, karyakarya yang berhubungan dengan estetika, dan kritik sastra hingga biografi, drama, puisi Jepang dan Cina, cerita pendek, serta novel. Karya sastra Mori Ogai yang merupakan hasil daya ciptanya sendiri (bukan terjemahan), secara keseluruhan berjumlah sekitar 120 judul (sebagian besar merupakan cerita pendek dan novel), dimulai dengan Maihime (Penari, 1890), Utakata no Ki (Catatan Buih di Atas Air, 1890), dan Fumizukai (Pengantar Surat, 1891). Selama 17 tahun, antara tahun 1892 sampai 1909, Ogai tidak banyak menerbitkan karya fiksi, meskipun demikian ia mengedit majalah Mezamashi-gusa (Rumput Untuk Membangunkan Mata) edisi kedua, mengenai kepustakaan dan kritik. Karyanya yang paling penting pada periode ini adalah terjemahan dari novel Improvisatoren karya Hans Christian Andersen, yang diberi judul Sokkyou Shijin 1 dan Doitsu Nikki (Buku Harian Jerman), yang ia tulis ulang ke dalam bahasa Jepang dari buku harian berbahasa Cina miliknya yang menceritakan kehidupannya selama beberapa tahun berada di Jerman. Pada tahun 1909, Ogai mulai melanjutkan kegiatannya sebagai penulis. Selama 13 tahun yang tersisa dari hidupnya, ia banyak menulis dan menerbitkan 1 Sokkyou Shijin berarti penulis puisi yang menulis puisi berdasarkan emosinya dan tempat dimana ia berada saat itu. 2

karya-karyanya. Dari tahun 1909 hingga 1912, Ogai menulis karya fiksi berdasarkan pengalaman pribadinya, diantaranya cerita pendek yang berjudul Hannichi (Separuh Hari, 1909), Shokudou (Ruang Makan, 1910), Mousou (Angan-angan, 1911), Hyaku Monogatari (Seratus Cerita, 1911), Ka no you ni (Seolah-olah, 1912), serta novel Vita Sexualis 2 (1909), Seinen (Masa Muda, 1910-1911), Gan (Angsa Liar, 1911-1913), dan Kaijin (Abu Kehancuran, 1911-1912). Periode terakhir dari kreativitas menulis Ogai dimulai pada tahun 1912, ia menulis hampir semata-mata mengenai kesusastraan sejarah. Dalam empat tahun berikutnya, ia menulis cerita bersejarah seperti Abe Ichizoku (Klan Abe, 1913), Gojiin gahara no Katakiuchi (Balas Dendam di Gojiingahara, 1913), Oshio Heihachiro 3 (1914), Sakai Jiken (Peristiwa di Sakai, 1914), Sanshou Dayuu (Sanshou Si Pelayan, 1915), Takasebune (Perahu Takase, 1916), dan Kanzan Jittoku (Biksu Kanzan dan Jittoku, 1916). Dalam cerita-cerita tersebut, ia mengangkat masalah dorongan anarkis terhadap penghancuran dan pembinasaan, serta menampilkan berbagai contoh dari perubahan dorongan tersebut ke dalam emosi yang membangun, seperti perasaan patriotik dan kesediaan untuk mengorbankan diri. Pada tahun 1916 Ogai kembali menulis biografi mengenai kehidupan dokter ilmu pengobatan Cina pada akhir era Edo, seperti Shibue Chuusai (1916), Izawa Ranken (1916-1917), dan Hojo Katei (1917-1921). Secara keseluruhan, dari tahun 1912 hingga 1918, ia telah menghasilkan 24 karya. Sebelum tahun 1916, karya Ogai 2 Merupakan autobiografi Ogai yang mengungkapkan perkembangan seksualnya sejak ia berusia 6 hingga 22 tahun. 3 Dramatisasi dari peristiwa pemberontakan di Osaka pada tahun 1837. 3

meliputi 5 novel, 11 cerpen dan biografi singkat. Sedangkan antara tahun 1916 dan 1918, Ogai menghasilkan 3 biografi panjang serta 5 biografi singkat. Tiga karya awal Mori Ogai yang terdiri dari Maihime (Penari), Utakata no Ki (Catatan Buih di Atas Air), dan Fumizukai (Pengantar Surat) sering disebut dengan Doitsu Sanbusaku (Trilogi Jerman) karena ketiga karya yang merupakan cerpen tersebut banyak diilhami oleh pengalamannya selama tugas belajar di Jerman. Ketiga cerpen tersebut menceritakan percintaan anak muda yang dilukiskan dengan romantis, namun berakhir dengan kesedihan. Dari ketiga cerpen tersebut, penulis tertarik dengan cerpen Fumizukai karena setelah penulis membacanya, penulis menemukan bahwa Mori Ogai dapat menggambarkan dirinya sendiri dengan cara yang unik dan indah. Penulis bermaksud untuk meneliti dan menganalisis latar belakang kehidupan Mori Ogai yang berpengaruh terhadap cerpen Fumizukai tersebut. Fumizukai merupakan karya terakhir dari Doitsu Sanbusaku (Trilogi Jerman) dan ditulis pada bulan Januari 1891. Karya ini pertama kali terbit dalam majalah Shincho Hakushu nomor 2 tahun 1891. Kisah Fumizukai dimulai dengan cerita Kobayashi, seorang perwira muda Jepang pada zaman Meiji, dalam pertemuan Klub Persahabatan Jerman tentang pengalamannya selama di Jerman. Kobayashi ikut serta dalam latihan militer Korps pasukan Saxon. Selama berada di Jerman, ia bertemu dengan banyak orang dari kalangan bangsawan Saxony, seperti Von Meerheim, Von Bülow, Ida, dan sebagainya. Selain itu, Kobayashi juga menghadiri perayaan Tahun Baru yang sangat meriah di istana Raja Saxony. Sesuai judulnya, Fumizukai, yang 4

berarti pengantar surat, Kobayashi membantu Ida, seorang putri bangsawan, untuk menyampaikan surat kepada bibinya di kediaman Von Fabrice, Menteri Dalam Negeri. Surat itu berisi keinginan Putri Ida menjadi pegawai istana untuk menghindari perjodohannya dengan Meerheim, seorang perwira muda yang ditugaskan di markas besar batalion yang sama dengan Kobayashi. Putri Ida memiliki pemikiran liberal mengenai cinta. Kobayashi sendiri merasa kagum dan tertarik dengan figur Putri Ida. Cerpen Fumizukai diilhami oleh pengalaman Mori Ogai selama berada di Jerman, dimana saat itu ia sering keluar masuk istana dan bergaul dengan kalangan bangsawan Saxony. Berdasarkan cerpen Fumizukai ini, penulis bermaksud menganalisis kehidupan Mori Ogai yang tercermin dalam cerpen tersebut, ditinjau dari tokoh-tokoh, tempat, dan peristiwa yang terdapat di dalamnya. 1.2 Pembatasan Masalah Penulis akan membahas permasalahan yang berkaitan dengan sosok pengarang, Mori Ogai, yang tercermin dalam karya sastranya, Fumizukai, dengan membuat tinjauan terhadap latar belakang kehidupan Mori Ogai yang meliputi riwayat hidup dan pengalaman Mori Ogai selama berada di Jerman. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan Mori Ogai yang tercermin dalam cerpen Fumizukai ditinjau melalui pendekatan ekspresif. 5

1.4 Metodologi Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan ekspresif. Metode pendekatan ekspresif adalah metode yang bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan cerminan hidup pengarangnya. Teori ekspresif, dengan Plato dan Aristoteles sebagai pemulanya, beranggapan dasar bahwa teks sastra pada dasarnya merupakan ekspresi spontan yang terolah melalui kedalaman emosi pengarangnya. Karena ekspresi spontan itu diawali oleh endapan pengalaman pengarang, maka telaah melalui teori ekspresif ini seringkali diawali dengan upaya pemahaman terhadap realitas yang menjadi pangkal timbulnya obsesi atau pengalaman. Oleh sebab itu, dalam telaahnya, riwayat hidup pengarang, peristiwa yang melatari kehadiran suatu karya sastra, menjadi penting (Aminuddin, 1995 : 57). Secara garis besar, metode pendekatan ekspresif dapat didefinisikan sebagai metode pendekatan yang menekankan hubungan karya sastra dengan pengarang sebagai pencipta karya sastra yang bersangkutan. Luxemburg menyatakan bahwa : Teks ekspresif juga memberi informasi tentang dunia nyata dan juga ditujukan kepada pembaca, namun fungsi utamanya adalah penyajian diri si pengarang. Di dalamnya pengarang menghadapi apa yang dilihat di sekelilingnya dengan cara yang sangat pribadi (1992 : 54). Yudiono K. S dalam bukunya yang berjudul Telaah Kritik Sastra Indonesia menyatakan bahwa : Pendekatan ekspresif memandang karya sastra sebagai pernyataan dunia batin pengarang yang bersangkutan. Jika dibayangkan bahwa segala gagasan, cita rasa, emosi, ide, angan-angan merupakan dunia dalam pengarang, maka 6

karya sastra merupakan dunia luar yang bersesuaian dengan dunia dalam itu. Dengan pendekatan tersebut, penilaian sastra tertuju pada emosi atau keadaan jiwa pengarang, sehingga karya sastra merupakan sarana atau alat untuk memahami keadaan jiwa pengarang (1986 : 31). Orientasi ekspresif memandang karya sastra sebagai ekspresi, luapan, ucapan perasaan, sebagai hasil imajinasi pengarang, pikiran-pikiran, dan perasaannya. Orientasi ini cenderung menimbang karya sastra dengan keasliannya, kesejatiannya, atau kecocokan, dengan keadaan pikiran dan kejiwaan pengarang (Abrams, 1981 : 36-37). Karya sastra tidak lepas dari penulisnya. Penulis atau pengarang memberikan intensi dalam karyanya. Karya sastra merupakan luapan atau penjelmaan perasaan, pikiran, dan pengalaman (dalam arti luas) pengarangnya. Oleh karena itu, faktor pengarang tidak dapat diabaikan meskipun tidak harus dimutlakkan. Umumnya, keterangan-keterangan pengarang mengenai karya sastranya, baik dalam hal ekspresi ataupun pikiran yang dikemukakan, sangatlah diperlukan untuk memahami karyanya tersebut. Dengan demikian, metode pendekatan ini sangat mempersoalkan hal-hal yang berada di luar karya sastra, khususnya latar belakang kehidupan pengarang. Latar belakang ekonomi, sosial budaya, harapan, maupun cita-cita pengarang secara pribadi dan keadaan masyarakat secara umum seperti suasana politik atau keadaan ekonomi menjadi sesuatu yang vital serta harus dipahami karena semua itu dapat mempengaruhi cara pengarang dalam menulis cerita dan pada akhirnya berpengaruh pada bentuk akhir cerita yang bersangkutan, mungkin pada penokohan, latar, tema, 7

atau alur. Bukan itu saja, bahkan faktor perasaan dan emosi pengarang pun harus dianggap penting Melalui pendekatan ekspresif, penulis dapat melakukan penelitian karya sastra bertolak dari kehidupan pengarang, yakni menelusuri riwayat kehidupan pengarang, Mori Ogai, dan meneliti kehidupan pribadinya terhadap karyanya, yaitu Fumizukai. 1.5 Organisasi Penulisan Untuk mendapatkan karya tulis yang sistematis, maka penulis membagi penelitian ini ke dalam empat bab, di mana setiap babnya terdiri dari beberapa subbab, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas lima subbab, yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi, dan organisasi penulisan. BAB II MORI OGAI Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang kehidupan Mori Ogai yang terdiri dari dua subbab. Subbab pertama berisi riwayat hidup Mori Ogai, yang terdiri atas tiga sub-subbab, yakni riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, dan kehidupan pernikahan. Subbab kedua berisi kehidupan Mori Ogai selama berada di Jerman, yang terdiri atas dua sub-subbab, yakni pertemuan Mori Ogai dengan kalangan masyarakat berstatus sosial tinggi di Jerman dan keadaan kota yang pernah dikunjungi Mori Ogai. 8

BAB III ANALISIS Analisis kehidupan Mori Ogai yang tercermin dalam cerpen Fumizukai (Pengantar Surat), yang terdiri atas tiga subbab. Subbab pertama berisi pekerjaan Kobayashi, subbab kedua berisi pergaulan Kobayashi dengan kalangan berstatus sosial tinggi di Jerman, yang terdiri atas dua sub-subbab, yakni pertemuan Kobayashi dengan bangsawan-bangsawan Saxony, serta perayaan dan pesta yang dihadiri Kobayashi. Subbab ketiga berisi perjodohan, yang terdiri atas dua sub-subbab, yakni perjodohan di kalangan bangsawan Saxony dan pemikiran liberal Putri Ida mengenai pernikahan. BAB IV KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan. 9