STUDI KASUS TENTANG AKTIVITAS FISIK SENAM KAKI DIABETIK DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA Ny. N DENGAN DIABETES MELITUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

Dewi Indarwati, Riskiana, Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti. Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang


BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

DANIAR REZA HERMAWAN NIM : S

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

Transkripsi:

STUDI KASUS TENTANG AKTIVITAS FISIK SENAM KAKI DIABETIK DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA Ny. N DENGAN DIABETES MELITUS Muhammad Faqih Siddiqi, Eni Sumarliyah 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1 ABSTRACT Controlling blood sugar is the right solution to overcome diabetes mellitus, but the fact that people have not been able to control sugar levels despite using herbal or medical treatment, so that people seeking to treat one sugar levels with physical activity exercises diabetic foot. Many studies reveal that most patients with diabetes mellitus who perform physical activity level gymnastics diabetic foot showed efficacy in lowering blood sugar levels. Based on the research objectives, the research design used is a Case Study. The independent variable was physical activity gymnastics diabetic foot, and the dependent variable is to control blood sugar levels. The implementation of this case study was conducted on 9-11 November 2013 in room C Pamekasan Public Hospital. Mz.N is patients with a medical diagnosis of diabetes mellitus. Leg s exercises done every morning for 30 minutes. The results of the study after the activity is first day of leg exercises showed the blood sugar levels of 387 mg/dl to 366 mg/dl. On second day after foot gymnastic activities showed blood sugar levels dropped (255 mdg/dl), while on the third day after the foot gymnastic activities showed blood sugar levels 176 mg/dl. The conclusion of this case study is implementation of diabetic foot gymnastics in diabetus Mellitus patients showed a maximum decreases blood sugar levels with results showing normal blood sugar levels. The implementation of the diabetic foot maximum exercise can lower blood sugar levels. In addition, the implementation of physical activity can be performed leg exercises at home because the implementation is quite easy leg exercises. Keywords: Gymnastics leg, blood sugar levels, diabetes Mellitus PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya dikarenakan menurunnya hormon yang diproduksi untuk kelenjar prankeas. Kadar gula pada pasien DM terus meningkat jika penderita DM tersebut tidak mampu untuk mengontrol kadar gula (Sudoyo, 2006; Bustan, 2007). Mengontrol kadar gula adalah solusi yang tepat dalam mengatasi penyakit DM, tetapi faktanya masyarakat belum mampu untuk mengontrol kadar ataupun herbal, sehingga masyarakat gula walaupun dengan menggunakan pengobatan medis mencari upaya untuk mengobati kadar gula salah satunya dengan aktivitas fisik senam kaki diabetik. Banyak penelitian ryang mengungkapkan bahwa sebagian besar penderita DM yang melakukan aktifitas fisik senam kaki diabetik menunjukkan tingkat keberhasilan dalam menurunkan kadar gula darah (Sudirman, 2009). Menurut data dari World Health Organization (WHO), jumlah penderita DM didunia tahun 2000 sebanyak 2,8% dan diperkirakan meningkat pada tahun 2030 menjadi 4,4%. DM merupakan penyebab kematian keempat terbesar di dunia (Wild S, 2004). Sedangkan di Indonesia jumlah penderita DM tahun 2000 terdapat sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia menduduki peringkat ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (WHO, 2004). Depertemen Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2007, jumlah kasus DM yang dirawat inap 21

dirumah sakit di Indonesia sebanyak 0,5% kasus dan kasus baru yang dirawat jalan dirumah sakit di Indonesia sebanyak 0,48% kasus. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang dengan DM menunjukkan bahwa 2 orang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit DM, gula darahnya terkontrol karena dalam proses pengobatannya pasien melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti melakukan aktifitas/olahraga teratur, minum obat teratur, namun tidak melakukan anjuran diet DM dengan baik. Sementara pada 3 orang pasien, kadar gula darahnya tidak terkontrol karena pasien tidak melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti tidak melakukan olahraga secara teratur, tidak minum obat sesuai jadwal atau instruksi dari dokter, serta tidak melakukan diet sesuai dengan anjuran diet untuk pasien DM. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Pamekasan Madura tahun 2012 jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak 27 penderita, tahun 2013 meningkat menjadi 39 penderita. Berdasarkan laporan tahunan RSUD Pamekasan Madura (Medical Record, 2012) Diabetes Melitus merupakan urutan nomor 6 (enam) dari 10 penyakit terbesar, yakni sebanyak 12 penderita dengan jumlah kunjungan 36 kali. Jadi dapat dirata-ratakan satu orang penderita mengunjungi RSUD Pamekasan Madura 3 kali dalam satu tahun. DM merupakan penyakit kronis tidak menular, dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan. Kadar gula darah dengan nilai > 126 mg/dl dalam keadaan puasa dinyatakan kadar gula darah tinggi. Kadar gula darah tinggi dan berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi yaitu retinotapi, nefropati, jantung koroner, jantung sistemik dan ganggren dan memicu terjadinya peningkatan radikal bebas pada berbagai sel tubuh termasuk jumlah sel neutrophil. Pengelolaan DM meliputi 4 pilar dan salah satu contohnya yaitu aktivitas fisik. Kegiatan fisik diabetes dapat mengurangi resiko kardiovaskular, meningkatkan rasa nyaman baik secara fisik, psikis maupun sosial dan tampak sehat. Penatalaksanaan DM yang sesuai secara farmakologi, nutrisi dan latihan jasmani dapat mengendalikan dan mempertahankan kadar glukosa darah dan berat badan sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi (Waspadji S, 2007). Kadar glukosa darah yang tidak terkendali karena ketidakpatuhan pasien DM dalam pengobatannya dapat mengakibatkan perawatan yang lebih lama dan juga dapat meningkatkan mortalitas pasien DM (Rumsfeld, 2006). Penelitian Siregar, 2004 di Palembang menyatakan bahwa penderita DM yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik tentang aktivitas fisik/olahraga penyakit DM dan mengaplikasikan memiliki kadar glukosa darah terkendali sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Menurut Dwisetiani (2013), masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien DM yaitu Resiko kadar glukosa darah tidak stabil berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan DM, monitoring kadar glukosa inadekuat dan kurangnya penatalaksanaan DM. Cara pengendalian gula darah salah satunya dengan olahraga, diantaranya senam. Senam DM yang digunakan yaitu senam kaki diabetik yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009). Senam kaki dilakukan untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Selain itu senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, 22

meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha serta mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009). Untuk meningkatkan efektifitas sebaiknya senam dilakukan selama 30 menit 3-4 kali seminggu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengobatan penderita DM tidak bisa bersifat tunggal, tetapi merupakan kombinasi antara pengobatan farmakologi dengan pengobatan nonfarmakologi. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan penelitian studi kasus tentang aktivitas fisik senam kaki diabetik dalam mengontrol kadar gula darah pada Ny. N dengan DM di RSUD Pamekasan Madura. METODE Desain penelitian yang digunakan adalah Study Kasus yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dan digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Nursalam, 2008). Diukur terlebih dahulu (pre-test) setelah itu dilakukan perlakuan dan setelah treatmen dilakukan pengukuran/ observasi (post test) (Hidayat, 2010). Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien dengan DM di RSUD Pamekasan Madura. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan meliputi 5 tahap, yaitu Inform consent, Menjelaskan manfaat senam kaki diabetic, Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, mempersiapkan alat, dan melakukan senam kaki diabetic. Berdasarkan grafik 1 menunjukkan bahwa hasil kadar gula darah dengan menggunakan kadar gula darah acak. Pada penilaian kadar gula darah acak yang pertama kadar gula darah masih tinggi, hal ini dikarenakan pasien belum hafal gerakan senam kaki diabetik. Pada hasil kadar gula darah kedua mengalami penurunan kadar gula darah acak. Hal ini dikarenakan pasien sudah hafal dengan gerakan senam kaki diabetik dan dilakukan dengan maksimal. Sedangkan pada hasil kadar gula darah acak ketiga mengalami penurunan menjadi normal. Hal ini dikarenakan pasien sudah hafal dengan gerakan senam kaki diabetik dan dilakukan dengan maksimal dan pasien tampak lebih semangat dalam melakukan senam kaki diabetik. PEMBAHASAN Penyakit DM adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat di dalam tubuh (Laniwati, 2008). Penyakit ini ditandai dengan adanya kadar glukosa yang tinggi dan ditemukannya glukosa dalam urin. Pengelolaan DM meliputi 4 pilar dan salah satu contohnya yaitu aktivitas fisik. Kegiatan fisik diabetes dapat mengurangi resiko kardiovaskular, meningkatkan rasa nyaman baik secara 23

fisik, psikis maupun sosial dan tampak sehat. Penatalaksanaan DM yang sesuai secara farmakologi, nutrisi dan latihan jasmani dapat mengendalikan dan mempertahankan kadar glukosa darah dan berat badan sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi (Waspadji, 2007). Kadar glukosa darah yang tidak terkendali karena ketidakpatuhan pasien DM dalam pengobatannya dapat mengakibatkan perawatan yang lebih lama dan juga dapat meningkatkan mortalitas pasien DM (Rumsfeld, 2006). Penelitian Siregar (2004) di Palembang menyatakan bahwa penderita DM yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik tentang aktivitas fisik/olahraga penyakit DM dan mengaplikasikan memiliki kadar glukosa darah terkendali sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Dan menurut Dwisetiani (2013) masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien DM yaitu Resiko kadar glukosa darah tidak stabil berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan DM, monitoring kadar glukosa inadekuat dan kurangnya penatalaksanaan DM. Cara pengendalian gula darah salah satunya dengan olahraga, diantaranya senam. Senam diabetes yang digunakan yaitu senam kaki diabetik yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009). Senam kaki dilakukan untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Pengukuran kadar gula darah acak dilakukan sebanyak tiga kali yaitu setelah melakukan tindakan senam kaki diabetik. Pada pengukuran kadar gula darah acak hari pertama menunjukkan kadar gula darah masih tinggi. Hambatan yang di dapat adalah senam kaki diabetik berjalan kurang maksimal dikarenakan pasien belum hafal gerakan senam kaki diabetik. Pada hari kedua pengukuran kadar gula darah acak menunjukkan penurunan kadar gula darah acak. Senam kaki diabetik dapat berjalan dengan lancar karena pasien sudah hafal dengan gerakan senam kaki diabetik. Pada hari terahir pengukuran kadar gula darah acak menunjukkan kadar gula darah normal. Tindakan senam kaki diabetik sudah dapat berjalan dengan maksimal ditandai dengan pasien sudah hafal gerakan senam kaki diabetik dan pasien tampak lebih semangat dalam melakukan senam kaki diabetik. Senam kaki dilakukan untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Selain itu senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha serta mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009). Senam kaki dapat mengendalikan kadar gula darah karena senam kaki yang digunakan yaitu senam kaki diabetik yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009). Pelaksanaan senam kaki diabetik yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan teratur dapat menurunkan kadar gula darah dan dapat memperbaiki sirkulasi darah, selai itu dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah. Senam kaki diabetik di berikan pada pasien DM yang resiko kadar gula darah tidak stabil, didapatkan hasil akhir dari tindakan senam kaki diabetik berjalan dengan baik dan menghasilkan penurunan kadar gula darah acak. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Pamekasan Madura dari tanggal 9 sampai 11 November 2013. Sampel pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa medis Diabetus Melitus dan Hipertensi yang berjumlah 1 orang 24

didapatkan hasil bahwa pelaksanaan tindakan senam kaki diabetik pada pasien Ny. N dengan Diabetus Mellitus menunjukkan hasil yang maksimal pada hari ke 3 dan kadar gula darah menunjukkkan hasil yaitu kadar gula darah normal. Pelaksanaan senam kaki diabetik yang maksimal dapat mengontrol kadar gula darah. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, (2008). Sistem Kesehatan. Jakarta : Balai Pustaka Anies, (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi pencegahan dari Aspek Prilaku dan Lingkungan. Jakarta : PT Alex Media komputindo. Anonimity. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Anonimity. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Arikunto. S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badawi, (2009). Melawan dan Mencegah Diabetes Panduan Hidup Sehat Tanpa Diawasi. Yogjakarta : Arasha. Budiarto, (2002). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC Depkes RI, (2010). Pedoman Pelaksanaan Program Pokok dan Pengembangan Puskesmas. Edisi 2. Jakarta. Dwi, Setiono. (2008). Diabetes dan Kaki. Diakses dari http://translate.diabetes.neuropathies. co.id 7 Juli 2010 Fara, (2008). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Fakultas Kedokteran UI, (1995). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : FKUI. http://www.rajawana.com/artikel/371- penatalaksanaan-diabetesmellitus.html. Hidayat. A. A, (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Hastono, (2004). Analisa data. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Istijanto, (2006). Reset Sumber Daya Manusia Cara praktis Mendeteksi Dimensi-dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kristanti, (2009). Waspada!!! Penyakit Berbahaya. Yogjakarta : Citra Pustaka. Kurniadi, (2006). Kalau Bisa Sehat, Kenapa Harus Takut. Jakarta : Puspa Swara. Lanywati, (2001). Diabetes Mellitus. Yogjakarta : Kanisius. Notoatmodjo. S, (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian ilmu Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. Price, S.A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC Rekam Medik RSUD Bangkinang, (2010). RA. Nabyl, (2009). Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogjakarta : Genius printika. Saraswati, (2009). Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes Melitus, Hipertensi, Stroke. Yogjakarta : A. Plus Book. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC. Sudirman. 2009. Senam Kaki Diabetes. Yogjakarta : A. Plus Book Suparto, (2003). Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung : PT Remaja Rosdaharya. Tjahjono, (2009). Komplikasi Umum Diabetes Melitus. Diambil pada 25

2010 dari http ://tjahjonona.blogspot.com. Tara, (2009). Buku Pintar Therapi Diabetes Melitus. Jakarta : Taramedia dan restu Agung. WHO, (2008). Health Promoting Planning Educational and Environmental Approach Seconde, May Field Publishing Company, Houston. Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari http://senamkaki.com 5 Agustus 2009 Widharto, (2007). Kencing Manis (Diabetes). Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka. 26