BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk memajukan pendidikan di daerahnya masing-masing yang

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Kurikulum merupakan faktor peningkat mutu pendidikan.

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN. kepada segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk menjadi negara maju, bermartabat, dan sejahtera. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun non formal. Belajar adalah key term, istilah kunci yang

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. agama, sehingga hasilnya banyak orang yang mengetahui nilai-nilai ajaran

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI DALAM LAYANAN ANAK BERBAKAT DI SMP NEGERI I WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. persoalan pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebagai faktor penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan berakal sehat, yakni manusia yang sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu Negara dikelilingi bangsa yang mempunyai kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum yang digunakan suatu sekolah adalah instrumen pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam mengeksploitasi lingkungannya termasuk sering diabaikannya

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. ini, baik kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat nanti. Dan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

kualitas negara dimata internasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu proses investasi

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

S K R I P S I. Oleh: MAKHRUS SYAEANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah : Kuttab/maktab, aljami, majelis ilmu atau majelis adab, dan. mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1998 sampai sekarang perbankan syariah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1 Program otonomi daerah telah berdampak pada perkembangan dan kemajuan daerah di segala bidang. Dalam bidang pendidikan setiap daerah berlomba untuk memajukan pendidikan di daerahnya masing-masing yang sesuai dengan kultur dan keadaan daerah tersebut, sehingga muncullah sekolah dengan model dan karakternya masing-masing yang semuanya bermuara pada pengembangan dan memajukan pendidikan di daerah. Secara nasional pemerintah selama ini telah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dari peningkatan anggaran pendidikan sampai peningkatan mutu pendidikan yang diwujudkan dengan program wajib belajar 9(sembilan) tahun. 1 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras 2009), 117 1

2 Pada tahun 2003 pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang ini dibuat untuk mengantisipasi tidak terlayaninya secara optimal peserta didik yang yang memiliki kebakatan dan kecerdasan yang tinggi sesuai potensi yang dimilikinya atau sebaliknya. Didalam UURI No. 20 Thn. 2003 disebutkan pada Bab IV bagian Kesatu Pasal 5 ayat 4 diamanat, Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapatkan pendidikan khusus 2. Selanjutnya pada Bab V pasal 12 Ayat 1 poin b menegaskan bahwa, Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuannya. 3 Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 peserta didik yang memiliki bakat dan kecerdasan yang tinggi mendapatkan layanan pendidikan sesuai bakat, minat dan kemampuannya. Begitu juga dengan peserta didik yang memiliki bakat dan kecerdasan yang rendah mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat serta kemampuannya. Implementasi dari pelayanan pendidikan bagi peserta didik untuk tingkat SMP dan SMA yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa ternyata juga pernah diatur dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 054/U/1993 seperti disebutkan dalam pasal 15 yaitu: 2 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag. 2003), hal 38 3 Ibid., hal. 40

3 (1) Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat diberikan melalui jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. (2) Pelayanan pendidikan siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa melalui jalur pendidikan sekolah dapat diberikan dengan menyelenggarakan program khusus dan program kelas khusus Untuk menindaklanjuti keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut maka pada tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Program Sekolah Unggulan (School Excellence) dan kelas unggulan di seluruh Provinsi sebagai langkah awal untuk menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. 4 Kelas unggulan adalah kelas yang menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 5 Dalam perkembangannya kelas unggulan memiliki sisi positif dan negatif pada peserta didik. Menurut Suyanto, adanya kelas unggulan akan terjadi proses dehumanisasi secara sistematik di sekolah, karena tidak mencerminkan kehidupan masyarakat yang bercorak heterogen. Selain itu, 4 Agus Supriyono, Penyelenggaraan Kelas Unggulan di SMA Negeri 2 Ngawi, (Surakarta: Tesis Tidak diterbitkan, 2009), hal. 3 5 Zanuaraini-rental.blogspot.com/2011/08/pengaruh-kelas-unggulan-terhadaphasil_17.html/m=1 diakses pada tanggal 8 april 2015 pukul 19.05

4 masih menurut Suyanto, siswa yang masuk dalam kategori kelas superbaik memiliki kecenderungan arogan, elitis, dan eksklusif. 6 Susan Albers Mohrman berpendapat bahwa: 1. Sebutan sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat karena unggul menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain. 2. Kata unggul (excellent) menunjukkan adanya kesombongan intelektual yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. 3. Di negara maju untuk menunjukkan sekolah baik, tidak menggunakan kata unggul (excellent) melainkan effective, develop, accelerate dan essential. 7 Selain pendapat para ahli di atas, masih ada pendapat para ahli yang setuju dengan adanya kelas unggulan, diantaranya adalah Liek Wilardjo dan Conny R Semiawan. Menurut Liek, anak-anak berbakat dan berotak cemerlang perlu mendapatkan perlu mendapatkan perhatian khusus agar mereka dapat menumbuhkembangkan talenta dan kecerdasannya. Jika anakanak berbakat dijadikan satu dengan anak-anak yang lamban, mereka akan kehilangan semangat belajar karena jenuh dengan proses pembelajaran yang lamban. 6 https://angin sepoi.wordpress.com/2008/03/26/plus-minus-kelas-unggulan-pendapatpara-pakar/ diakses pada tanggal 8 april 2015 pukul 19.05 7 Ibid.,

5 Sementara itu Conny R Semiawan berpendapat bahwa perlunya pengembangan kurikulum berdiferensiasi, dimana peserta didik yang berkemampuan unggul perlu mendapat perhatian khusus. 8 Secara religius, konsep dasar penyelenggaraan kelas unggulan adalah adanya kemampuan yang beragam dari setiap orang. Karena keragaman tersebutlah, maka diperlukan perlakuan yang berbeda pula antara satu orang dengan yang lainnya. Seorang guru harus menyampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan siswa serta adil terhadap mereka. Adil berarti sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. 9 Secara umum penyelenggaraan kelas unggulan memang belum ada keseragaman antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Jika penanganan anak yang memiliki kebakatan dan kecerdasan unggul dapat berjalan dengan baik tidak menutup kemungkinan negara Indonesia akan memiliki putra putra yang ber SDM unggul. MTsN Karangrejo sebagai salah satu madrasah di Kabupaten Tulungagung yang menyediakan 2(dua) jenis kelas, yaitu kelas unggulan dan kelas reguler. Bagaimana sesungguhnya penyelenggaraan kelas unggulan di MTsN Karangrejo.? Maka dari itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul Efektivitas Pengelolaan Kelas Unggulan Di MtsN Karangrejo Tulungagung Tahun 2015 8 Ibid., 9 Zanuaraini-rental.blogspot.com/2011/08/pengaruh-kelas-unggulan-terhadaphasil_17.html/m=1 diakses pada tanggal 8 april 2015 pukul 19.05

6 B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana pola rekrutmen input peserta didik pada kelas unggulan di MTsN Karangrejo.? 2. Bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan pada kelas unggulan di MTsN Karangrejo.? 3. Apa kendala yang dihadapi dan bagaimanakah cara mengatasinya dalam penyelenggaraan kelas unggulan di MTsN Karangrejo.? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola rekrutmen input peserta didik pada kelas unggulan di MTsN Karangrejo. 2. Untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan pada kelas unggulan di MTsN Karangrejo. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kelas unggulan di MTsN Karangrejo dan cara untuk mengatasinya. D. Batasan Masalah Skripsi ini hanya akan membahas tentang pola rekrutmen input peserta didik, pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan, dan kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya pada kelas unggulan di MTsN Karangrejo. E. Manfaat Hasil Penelitian Secara Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah khasanah ilmiah tentang efektivitas pengelolaan kelas unggulan.

7 Secara Praktis 1. Bagi Guru-guru MTsN Karangrejo Sebagai bahan kajian, refleksi dan evaluasi dalam usaha peningkatan kualitas proses pembelajaran kelas unggulan di MTsN Karangrejo. 2. Bagi Pengelola Perpustakaan MTsN Karangrejo Sebagai penambah referensi dan koleksi di ruang perpustakaan. 3. Bagi Orang Tua Siswa Sebagai bahan masukan serta wawasan tentang kelas unggulan. 4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang Sebagai bahan rujukan dan referensi untuk penelitian yang akan datang. F. Definisi Istilah Efektivitas : Ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan. 10 Menurut Hidayat, efektifitas adalah suatu ukurun yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualtitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. 11 10 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2009), hal. 128 11 https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ diakses pada 20 April 2015 pkl. 20.00

8 Pengelolaan Kelas : Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. 12 Kelas unggulan : Kelas yang menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 13 G. Sistemika Penulisan Skripsi Skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu: 1. Bagian Awal Skripsi Bagian pendahuluan Skripsi yang berisi tentang halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar lampiran, halaman abstrak. 2. Bagian Utama Skripsi Pada bagian ini memuat uraian tentang: 12 Mulyadi, Classroom Management, (Malang: UIN-Malang Press, 2009) hal. 4 13 Zanuaraini-rental.blogspot.com/2011/08/pengaruh-kelas-unggulan-terhadaphasil_17.html/m=1 diakses pada tanggal 8 april 2015 pukul 19.05

9 BAB I : Penulis mengemukakan pendahuluan yang memberikan deskripsi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,kegunaan hasil penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Berisi kajian pustaka yang menyangkut masalah pola rekrutmen input peserta didik pada kelas unggulan, pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan pada kelas unggulan, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya dalam penyelenggaraan kelas unggulan di MTsN Karangrejo. Penelitian terdahulu yang memuat tentang penemuan dari peneliti terdahulu. BAB III : Pada bab ini penulis memberikan penjelasan mengenai metode penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian. BAB IV : Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang pola rekrutmen input peserta didik pada kelas unggulan, pengelolaan pembelajaran yang dikembangkan pada kelas unggulan, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya dalam penyelenggaraan kelas unggulan di MTsN Karangrejo

10 BAB V : Merupakan bab akhir dari rangkaian penulisan skripsi yang terdiri 3. Bagian Akhir Skripsi dari kesimpulan dan saran. Pada bagian ini memuat uraian tentang daftar rujukan, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.