BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

KEBERADAAN MAWALI HUKUM KEWARISAN BILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB II SEJARAH KHI DAN PASAL 185 KOMPILASI HUKUM ISLAM. yang beragama Islam merupakan fenomena aktual yang harus dillihat

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

WARIS ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai suatu negara yang berdaulat dengan mayoritas penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

BAGIAN WARISAN UNTUK CUCU DAN WASIAT WAJIBAH

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

MUNASAKHAH DALAM SISTEM KEWARISAN ISLAM. Oleh: MUH. SUDIRMAN Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh hukum yang ditetapkan Allah SWT untuk para hamba-nya, baik

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB IV ANALISIS AH TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM PERDATA. A. Ahli waris pengganti menurut hukum perdata

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

SISTEM MUNASAKHAH DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENDAPAT PARA HAKIM DI PENGADILAN AGAMA KENDAL DALAM PASAL 177 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG BAGIAN WARIS BAGI AYAH

BAB I PENDAHULUAN. perebutan harta warisan. Islam sebagai agama rahmatan li al- a>lami>n sudah

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

HUKUM KEWARISAN ISLAM: PENGGOLONGAN AHLI WARIS & KELOMPOK KEUTAMAAN AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM Studi Komparasi Sistem Kewarisan Jumhur, Hazairin, Kompilasi Hukum Islam, dan Buku II 1

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB IV KONSEP AHLI WARIS PENGGANTI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN TINJAUAN MASHLAHAH. A. Konsep Ahli Waris Pengganti Dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

PEMIKIRAN HUKUM KEWARISAN ISLAM DI INDONESIA TENTANG BAGIAN PEROLEHAN AHLI WARIS PENGGANTI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari berbagai masalah yang dihadapi manusia, maka masalah manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

Volume V, Nomor 1, Januari-Juni NILAI-NILAI KEADILAN DALAM HARTA WARISAN ISLAM. Oleh: Dr. H. M. Mawardi Djalaluddin, M.Ag.

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

Ahli Waris Pengganti dalam Pembaruan Hukum Kewarisan Islam Indonesia: Kajian Sosiologis dan Yuridis. Oleh: Fatimah Zuhrah

DAFTAR PUSTAKA. Eddi Rudiana Arief, et. Al. (ED). Hukum Islam di Indonesia Pemikiran

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh ikatan cinta kasih sepasang suami isteri. Anak juga

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

Transkripsi:

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam adanya asas-asas kewarisan islam yaitu asas ijbari (pemaksaan), dalam kewarisan Islam mengandung arti bahwa peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut kehendak Allah tanpa tergantung kepada kehendak dari pewaris atau permintaan dari ahli warisnya, asas bilateral mengandung arti bahwa harta warisan beralih kepada atau melalui dua arah yaitu pihak kerabat garis keturunan laki-laki dan pihak kerabat garis keturunan perempuan, asas individual mengandung arti bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi untuk dimiliki secara perseorangan, asas keadilan berimbang diartikan keseimbangan antara hak dan kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaaan. 1 Adapun asas keadilan berimbang dimasukkan dalam pasal 185 Kompilasi Hukum Islam tentang ahli waris pengganti yang bunyi lengkapnya sebagai berikut: (1) Ahli waris yang meninggal dunia lebih dahulu dari pada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam pasal 173. (2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti. 1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm. 26. 48

49 Dari ketentuan Kompilasi Hukum Islam di atas, jelas bahwa Kompilasi Hukum Islam mengikuti faham Hazairin dengan catatn bahwa bagian ahli waris pengganti tersebut tidak boleh melebihi bagian dari ahli waris yang digantikannya. Perlu diperjelas dalam pasal tersebut adalah ahli waris. Melihat ketentuan umum Pasal 171 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam adanya sebab kewarisan adalah garis dan perkawinan. maka pertanyaannya ahli waris dalam pasal ini berlaku untuk kedua jalur tersebut atau hanya dari garis keturunan saja. Jika berlaku ahli waris dari jaulur perkawinan, maka suami atau isteri yang meninggal terlebih dahulu dapat pula digantikan kedudukannya sebagai ahli waris oleh anak bawaannya yang tidak ada hubungan darah dengan pewaris. Dilihat dari penerapannya, ahli waris pengganti hanya berlaku pada garis keturunan saja. 2 Adapun analisis mengenai cucu oleh Profesor Hazairin dalam sistem penggantian tempat (ahli waris pengganti) merupakan jalan yang sangat tepat untuk mengatasi masalah hukum kewarisan Islam yang condong kepada keturunan laki-laki. Dalam buku beliau tersebut dikatakan bahwa garis pokok penggantian itu tidak ada sangkut pautnya dengan ganti mengganti. Dia hanyalah cara untuk menunjukkan siapa-siapa ahli waris. Tiap-tiap ahli waris itu berdiri sendiri sebagai ahli waris. Dia bukan menggantikan ahli waris lain sebab penghubung tidak ada lagi bukan ahli waris, sehingga soal representasi ataupun substitusi tidak ada. 3 2 Mukhsin Asyrof, Memahami Lembaga Ahli Waris Pengganti dalam Hukum Kewarisan KHI (Yogyakarta: Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta, 2011), hlm. 26. 3 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 136.

50 Menurut ketentuan dalam pasal 185 Kompilasi Hukum Islam, ahli waris yang meninggal lebih dahulu daripada pewaris, maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya dengan ketentuan bagian ahli waris pengganti tersebut tidak melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti. Dari ketentuan tersebut, jelaslah pada prinsipnya kedudukan setiap ahli waris yang meninggal lebih dulu dari pewaris dapat digantikan oleh anaknya, dan dapat dikatakan jelas dan pasti akan mendapat warisan dari pewaris yang bagiannya sama atau tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan yang digantinya. Penerimaan ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam termasuk hukum adat yang telah diterima oleh hukum Islam seperti konsep teori receptive a contrario 4 Sajuti Thalib tersebut. Dalam sejarah disahkannya pasal ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam KH. Azhar Basyir yang memimpin rapat penyusunan KHI tersebut dan pasal ahli waris pengganti disahkan melalui kesepakatan para ulama dan perguruan tinggi. 5 Hak waris dalam pasal 185 Kompilasi Hukum Islam ditafsirkan hanya sebatas cucu, tetapi dalam praktiknya cucu dialihkan kedudukannya sebagai ahli waris sebagai anak dari si pewaris. 6 4 Teori Receptie a Contrario adalah hubungan hukum adat dengan hukum Islam, Sayuti Thalib menemukan kesimpulan bahwa bagi orang Islam berlaku hukum Islam, hukum adat berlaku jika tidak bertentangan dengan ajaran Islam, Habiburrahman, op. cit, hlm. 16. 5 m.kompasiana.com/post/read/457734/1/ahli-waris-pengganti-dalam-khi.html. (diakses 12 Maret 2015). 6 Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Disertasi Pascasarjana UIN Sunan Gunung Jati Bandung, 2011), hlm. 31.

51 Mengenai alasan dimasukkannya ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam tidak ada kejelasan yang pasti dalam hal ini, adanya pro dan kontra terhadap penetapan tersebut. Terkait dengan adanya pencantuman ketentuan ahli waris pengganti, maka dalam pendapat lain diketahui bahwa adanya bantahan dari Prof. wasit Aulawo, MA dan Prof. Dr. Daud Ali di hadapan peserta pendidikan Hakim Senior Angkatan II Tahun 1992/1993 di Tugu Bogor juga bantahan dari K.H. Azhar Basyir, MA di hadapan Majelis Ta limnya di Yogyakarta dan pengecekan langsung dari beberapa ulama yang duduk dalam Tim perumus tentang ahli waris pengganti. Diyakini bahwa pasal ahli waris pengganti bukan atas hasil kesepakatan Ulama. 7 Mawali atau ahli waris pengganti sebagai pemikiran hukum adat diatur dalam surat an Nisa ayat 33 adalah ahli waris yang mengganntikan kedudukan orangtuanya yang sudah meninggal itu adalah meninggal lebih dahulu dari walidannya atau aqrobunnya, karena ahli waris biasa sudah diatur oleh ayat lain. Dengan demikian tidak ada pelanggaran terhadap asas ijbari karena ahli waris pengganti pada hakikatnya juga ahli waris. Asas ijbari dalam arti ahli waris tidak perlu dimintai persetujuannya lebih dahulu. 8 Jadi, konsep ahli waris pengganti di dalam Kompilasi Hukum Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Dalam Kompilasi Hukum Islam yang termasuk ahli waris pengganti adalah dalam garis keturunan saja dan tidak berlaku untuk garis perkawinan, seperti 7 Mmadalvisyahrin.blogspot.com/2014/11/problematika-pasal-185-kompilasihukum.html?m=1 (diakses 13 Maret 2015). 8 Mukhsin Asyrof, Memahami Lembaga Ahli Waris Pengganti dalam Hukum Kewarisan KHI (Yogyakarta: Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta, 2011), hlm. 29.

52 dalam setiap kasus ditetapkannya ahli waris pengganti dikhususkan untuk cucu. 2. Dalam Kompilasi Hukum Islam bagian yang diterima ahli waris pengganti tidak boleh melebihi atau boleh sama dari bagian ahli waris sederajatnya. Hal tersebut sejalan dengan telah diterapkan dalam Penetapan Pengadilan Agama Makassar Nomor 3/Pdt.P/2011/PA.Mks, yang ditetapkan sebagai ahli waris St. Hawang adalah anak-anaknya dan 2 (dua) orang cucunya yang menggantikan tempat ibunya. 3. Dalam Kompilasi Hukum Islam kedudukan cucu baik cucu dari garis keturunan laki-laki maupun garis keturunan perempuan berhak menjadi ahli waris pengganti. Dari pernyataan tersebut sistem kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam menganut asas keadilan seimbang 9, tanpa membedakan lakilaki dan perempuan atau tidak mengenal dzawil arham. 4. Dalam Kompilasi Hukum Islam cucu dijadikan posisinya sebagai anak dari si pewaris bukan cucu. Jadi, rumusan ini dapat diketahui adanya penggantian tempat dalam kewarisan Kompilasi Hukum Islam. B. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Tinjauan Fikih Mawaris Sebagai sumber hukum setelah Al-qur an, Sunnah merupakan petunjuk apabila suatu persoalan oleh Al-qur an atau diatur secara garis besar saja. Karena baik dalam Al-qur an dan Sunnah tidak menegaskan bagian cucu, kemenakan, kakek, dan ahli waris yang derajatnya lebih jauh lagi. Salah satu ijtihad untuk 9 Asas keadilan seimbang adalah keseimbangan antara hak hak dan kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan. Amir Syarifuddin, op. cit, hlm. 26.

53 menentukan bagian cucu adalah ijtihad yang dilakukan Zaid bin Tsabit, dan mendapat pembenaran dari masyarakat dengan condong kepada kedudukan lakilaki maupun keturunan lewat garis laki-laki menganut sistem patrilineal. Cucu dari anak laki-laki pun bisa tidak akan mewarisi jika ada anak laki-laki. Cucu lewat garis perempuan hanya dipandang sebagai ahli waris dzawil Arham. 10 Dalam Fikih Mawaris ada ahli waris pengganti, namun ada ketentuan tersendiri. Seperti contoh seorang meninggal dunia dengan meninggalkan anak perempuan, anak laki-laki dan 3 cucu dari anak laki-laki. Cucu dari anak laki-laki sama sekali tidak mewaris karena terhalang oleh anak laki-laki. Dalam buku karangan Rachmadi Usman dikatakan bahwa dalam ketentuan QS. Annisa ayat 33 mengenai mawali, dimungkinkan adanya ahli waris pengganti dalam hukum kewarisan Islam. Dengan sendirinya ahli waris pengganti disini akan menerima bagian yang besarnya sama dengan bagian yang semestinya akan diterima oleh ahli waris yang digantikan, dan ahli waris pengganti ini berkedudukan sebagai ahli waris yang sebenarnya. Didasarkan pada sebuah hadits mauquf Zaid bin Tsabit diriwayatkan Imam Bukhari hadits nomor 28 yang berbunyi: وقال زيد :ولداأبناء منزلة الولد,اذام يكن دوهم ولد,ذكرهمكذكرهم,وأنثا هم كأنثاهم,يرثونكما يرثون.وحجبونكما حجبون,وايرث ولداأبن مع اابن. 11 10 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 156-157. 11 Al-Imam Al-Hafidz Abi Abdillah Mhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al- Mighirah Al-Ja fi Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari (Riyad: Maktabaturrusydi, TH), hlm. 929.

54 Dari hadits tersebut, maka dapat diambil beberapa garis hukum kewarisannya, yaitu: a. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki) berkedudukan sederajat dengan anak laki-laki, karena cucu laki-laki tersebut dapat menggantikan kedudukan ayahnya yang sudah meninggal terlebih dahulu dari pewaris, asalkan pewaris tidak meninggalkan anak laki-laki lainnya yang masih hidup; b. Anak perempuan dari anak laki-laki berkedudukan sederajat dengan anak perempuan, karena cucu perempuan tersebut dapat menggantikan kedudukan ayahnya yang sudah meninggal terlebih dahulu dari pewaris, asalkan pewaris juga tidak meninggalkan anak (anak laki-laki maupun perempuan) atau hanya ada anak perempuan saja dari pewaris; c. Apabila pewaris ada meninggalkan seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki dari anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki dari anak lakilaki mendapat sisa, sedangkan anak perempuan mendapat ½; d. Anak laki-laki atau anak perempuan dari anak perempuan tidak berhak menduduki kedudukan anak laki-laki atau anak perempuan dengan menggantikan kedudukan ayah dan ibunya, karena anak laki-laki atau anak perempuan dari anak perempuan itu tergolong sebagai ahli waris Dzawil Arham. Dalam Fikih Mawaris menurut kalangan ahlu sunnah, bagian ahli waris pengganti tidak selalu harus sama besarnya dengan bagian ahli waris yang digantikan kedudukannya. Demikian pula sebagai ahli waris pengganti terbatas pada keturunan anak laki-laki saja.

55 C. Persamaan Dan Perbedaan Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Fikih Mawaris Dari uraian di atas dapat diambil persamaan dan perbedaan ahli waris pengganti antara Kompilasi Hukum Islam dan Fikih Mawaris. Pada prinsipnya ahli waris pengganti dalam kedua hukum tersebut sama, yaitu seseorang menggantikan orang tuanya yang telah meninggal terlebih dahulu seperti seorang anak menggantikan ayahnya. Mengenai perbedaan ahli waris pengganti menurut Kompilasi Hukum Islam dan Fikih Mawaris adalah sebagai berikut : 1. Dalam Kompilasi Hukum Islam Bagian yang diterima oleh ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris sederajat dengan yang diganti. Sedangkan menurut Fikih Mawaris seorang cucu dapat menerima bagian warisan lebih besar dari ahli waris yang lain seperti anak perempuan. 2. Dalam Kompilasi Hukum Islam seorang cucu berpindah kedudukannya sebagai anak si pewaris. Sedangkan menurut Fikih Mawaris seorang cucu berdiri sendiri dan kedudukan cucu tetap sebagai cucu. 3. Dalam Kompilasi Hukum Islam baik cucu dari anak laki-laki maupun perempuan dapat menggantikan kedudukan ayah dan ibunya. Sedangkan dalam Fikih Mawaris yang dapat mewarisi hanya lewat garis keturunan lakilaki saja. Cucu dari anak laki-laki pun bisa tidak mendapat waris jika ada anak laki-laki (saudara laki-laki ayahnya). Cucu lewat garis perempuan hanya dipandang sebagai ahli waris dzawil Arham. Diartikan bahwa dalam Fikih Mawaris ada penggantian tempat namun ada ketentuan atau syarat.

56 Seperti dalam fatwa Pengadilan Agama di Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai berikut. P A B C D E F P adalah pewaris, A adalah anak laki-laki yang meninggal lebih dahulu dari P, dan B adalah anak perempuan yang juga telah meninggal lebih dahulu dari P. C dan D adalah anak laki-laki dan perempuan dari A (cucu P). E dan F adalah anak laki-laki dan perempuan dari B (cucu P). Pengadilan Agama Jakarta Pusat tersebut menetapkan bahwa C dan D mewarisi seluruh harta peninggalan kakeknya. Sedangkan E dan F tidak berhak mewarisi dari kakeknya karena keduanya adalah Dzawil Arham. Jika di selesaikan dengan konsep Kompilasi Hukum Islam, maka C, D, E, dan F memperoleh harta peninggalan sebagai ahli waris pengganti orang tuanya. Karena dalam Kompilasi Hukum Islam menganut asas seimbang, yaitu cucu dari B tetap menjadi ahli waris pengganti meskipun mereka dari keturunan garis perempuan. 12 12 Keterangan/fatwa Waris PA Jakarta Pusat No. 287/C/1980, 22 Juni 1980.

57 D. Masalah yang berhubungan dengan Ahli Waris Pengganti 1. Ahli waris yang terdiri dari anak perempuan, 1 cucu perempuan dari anak laki-laki, 1 cucu laki-laki dari anak perempuan, ibu, dan ayah. *Perspektif ulama ahli sunnah (fikih mawaris) 1 anak perempuan : 1/2 1 cucu perempuan dari anak laki-laki :1/6 1 cucu laki-laki dari anak perempuan : mahjub Ibu :1/6 Ayah :1/6+ashabah *Perspektif Kompilasi Hukum Islam 1 anak perempuan : 1 cucu perempuan dari anak laki-laki : dijadikan anak laki-laki 1 cucu laki-laki dari anak perempuan : dijadikan anak perempuan Ibu :1/6 Ayah :1/6 Maka menjadi: 1 anak perempuan, 1 anak laki-laki (digantikan), 1 anak perempuan (digantikan) DIJADIKAN 4 anak perempuan. Ibu: 1/6 dan ayah 1/6 = 2/6 AM=6/6-2/6=4/6 untuk 4 anak perempuan Jadi, masing-masing Ahli Waris mendapat 1/6 bagian. 2. Ahli waris yang terdiri dari 2 anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak perempuan, ibu, ayah. *Perspektif ulama ahli sunnah (fikih mawaris)

58 2 anak perempuan : 2/3 1 cucu perempuan dari anak laki-laki : - 1 cucu perempuan dari anak perempuan : - Ibu : 1/6 1 saudara kandung : ashabah *Perspektif Kompilasi Hukum Islam 2 anak perempuan : 1 cucu perempuan dari anak laki-laki : di jadikan anak laki-laki 1 cucu perempuan dari anak perempuan : di jadikan anak perempuan Ibu : 1/6 1 saudara kandung : Mahjub Maka, menjadi: 2 anak perempuan, 1 anak laki-laki (digantikan), 1 cucu perempuan dari anak perempuan (digantikan) = DIJADIKAN 5 anak perempuan. Ibu diberi bagian 1/6, sisanya dibagi 5.