ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIIIPADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN CONNETED MATHEMATICS PROJECT (CMP)

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun, bagi sebagian

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung

BAB I PENDAHULUAN. pendapat (Sabandar, 2010: 168) bahwa matematika adalah sebagai human

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

DAFTAR PUSTAKA. Adinawan, dkk. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. analisa berasal dari bahasa Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMAHAMAN SISWA DALAM PERMUTASI DAN KOMBINASI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama. Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi matematika (mathematical communication), penalaran. (mathematical problem solving), mengaitkan ide ide (connection), dan

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Fleksibilitas Matematik dalam Pendidikan Matematika Realistik Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

BAB V PENUTUP. yang telah diuraikan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Siswa berkemampuan tinggi kelas IX C SMP Islam Sunan Gunung Jati

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika dengan kehidupan sehari-hari. Keterkaitan inilah yang disebut

Transkripsi:

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIIIPADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS Pratiwi Dwi Warih S 1), I Nengah Parta 2), Swasono Rahardjo 3) 1) Universitas Negeri Malang, 2) Universitas Negeri Malang, 3) Universitas Negeri Malang hikarie23@gmail.com,nengah.parta.fmipa@um.ac.id, swasono.rahardjo.fmipa@um.ac.id Abstrak Matematika sebagai salah satu mata pelajaran sekolah tidak bisa terpisah dari disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Koneksi matematis merupakan salah satu standar proses NCTM. Melalui koneksi matematis antara suatu materi dengan materi lainnya siswa dapat menjangkau beberapa aspek untuk penyelesaian masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII MTsN Kota Probolinggo pada materi Teorema Pythagoras. Subjek terdiri dari 30 siswa. Data yang dikumpulkan berupa hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dan hasil wawancara. Hasil tes dianalisis sesuai indikator kemampuan koneksi matematis siswa, yaitu mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep yang terdapat pada Teorema Pythagoras. Berdasarkan hasil analisis data, bahwa kemampuan koneksi matematis siswa MTsN Kota Probolinggo masih rendah. Hal ini terbukti bahwa siswa tidak dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep Teorema Pythagoras, sehingga siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal karena siswa masih bingung dan belum mampu memaknai kalimat yang disajikan. Selain itu siswa lupa dengan materi Teorema Pythagoras. Siswa juga kebingungan dalam memilih konsep yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai kemampuan koneksi matematis siswa. Mengingat pentingnya koneksi matematis dan fakta mengenai kemampan koneksi matematis siswa, diharapkan guru mampu merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemampuan koneksi matematis siswa.. Kata Kunci: Kemampuan, Koneksi Matematis, Teorema Pythagoras 1. PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu mata pelajaran sekolah memiliki ciri dan karakteristik tertentu. Salah satu ciri dari matematika adalah objeknya bersifat abstrak (Soedjadi, 2000: 13). Untuk memahami objek atau konsep matematika yang bersifat abstrak dibutuhkan keaktifan siswa dalam pembelajarannya. Materi dalam matematika saling terkait antara satu dengan yang lain, selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut NCTM (2000), terdapat lima kemampuan dasar matematika yang merupakan standar, yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation). Koneksi matematis merupakan dua kata yang berasal dari MathematicalConnection yang dipopulerkan oleh NCTM dan dijadikan sebagai standar kurikulum pembelajaran matematika sekolah dasar dan Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 377

menengah (Sumarmo, 2006). Menurut Kusuma (2008) dan Rohendi & Dulpaja (2013), kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan seseorang dalam menyajikan hubungan internal dan eksternal dalam matematika, yang meliputi koneksi antara topik matematika, koneksi dengan disiplin lain, dan koneksi dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum Coxford (1995:3-4) mengemukakan bahwa kemampuan koneksi matematis meliputi: (1) mengoneksikan pengetahuan konseptual dan prosedural, (2) menggunakan matematika pada topik lain (other curriculum areas), (3) menggunakan matematika dalam aktivitas kehidupan, (4) melihat matematika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, (5) menerapkan kemampuan berfikir matematis dan membuat model untuk menyelesaikan masalah dalam pelajaran lain, seperti musik, seni, psikologi, sains, dan bisnis, (6) mengetahui koneksi diantara topik-topik dalam matematika, dan (7) mengenal berbagai representasi untuk konsep yang sama. Koneksi matematis bertujuan untuk membantu pembentukan persepsi siswa dengan cara melihat matematika sebagai bagian terintegrasi dengan dunia nyata dan mengenal manfaat matematika baik di dalam maupun diluar sekolah. Ketika siswa dapat menghubungkan ide-ide matematika, pemahaman mereka lebih dalam dan lebih kekal. Melalui koneksi matematis antara suatu materi dengan materi lainnya siswa dapat menjangkau beberapa aspek untuk penyelesaian masalah. Tanpa koneksi matematis maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000: 275). Sugiman (2008) berpendapat, bahwa keterkaitan antar konsep atau prinsip dalam matematika memegang peranan yang sangat penting dalam mempelajari matematika.dengan pengetahuan itu maka siswamemahami matematika secara lebih menyeluruh dan lebih mendalam.selain itu dalam menghafal juga semakin sedikit akibatnya belajar matematika menjadi lebih mudah. Berdasarkan beberapa penelitian mengemukakan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih perlu ditingkatkan.siswa masih mengalami permasalahan dalam menyelesaikan masalah koneksi matematis.ruspiani (2000), dan Lestari (2013) masing-masing mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematis masih tergolong rendah dan sedang.berdasarkan pemaparan tentang kemampuan koneksi matematis tersebut menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan yang penting untuk dikembangkan pada siswa sekolah menengah. Sehingga penulis ingin mengkaji lebih mendalam kemampuan koneksi matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian hasil observasi awal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII MTsN Kota Probolinggo pada materi Teorema Pythagoras. Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis kemampuan koneksi matematis yaitu mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep yang terdapat pada Teorema Pythagoras. Ketika kemampuan koneksi matematis siswa diketahui, selanjutnya guru perlu merancang pembelajaran Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 378

yang memfasilitasi dan membiasakan siswa untuk melakukan pengoneksian sehingga kemampuan koneksi matematis siswa dapat meningkat. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Abdurrahman(2003: 22) mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Sementara itu, Moleong (2001) mengungkapkan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini ditulis untuk menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII dalam materi Pythagoras yang berpedoman pada terpenuhi atau tidaknya indikator-indikator koneksi matematis. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Kota Probolinggo yang berada di Jl. Citarum No. 09 Kentangan, Kota Probolinggo. Subjek dari penelitian ini yaitu 30 siswa kelas VIII C MTsN Kota Probolinggo dengan kemampuan heterogen. Peneliti mengambil subjek tersebut berdasarkan dari hasil pertimbangan dari guru, serta diharapkan dapat mewakili dari tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan kegiatan pendahuluan, menyusun tes kemampuan koneksi matematis, mengkonsultasikan soal tes kemampuan koneksi matematis dengan pembimbing, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Adapun kegiatan pendahuluan yang dilakukan yaitu menentukan lokasi penelitian, meminta ijin dari pihak sekolah, menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kepada guru mata pelajaran matematika, dan menentukan subyek penelitian. Data yang dikumpulkan berupa hasil tes kemampuan koneksi matematis 30 siswa yang sudah ditentukan sebelumnya. Instrumen utama adalah peneliti. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan menjadi pelapor hasil penelitiannya. Instrumen pendukung pada penelitian ini berupa tes. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes kemampuan koneksi matematis yang terdiri dari 2 soal berupa soal-soal dengan mengaitkan materi Teorema Pythagoras beberapa materi matematika. Pada masing-masing soal siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang diminta dengan mengaitkan beberapa materi dalam matematika. Tes yang digunakan telah dikonsultasikan kepada pembimbing. Selain itu, rubrik penilaian tes disusun berdasarkan indikator koneksi matematis yang telah ditentukan. Pada setiap indikator dijabarkan kemungkinan proses yang dituliskan siswa. Berdasarkan rubrik tersebut peneliti dapat menentukan apakah siswa memenuhi masing-masing indikator koneksi atau tidak. Data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan rubrik penilaian tes. Selanjutnya diolah dengan menentukan presentase keterpenuhan masingmasing indikator koneksi matematis. Kemampuan koneksi matematis siswa Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 379

dikatakan tinggi apabila persentase keterpenuhan indikator koneksi matematis minimal 75% siswa pada setiap soal. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Langkah pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu menentukan materi yang dianggap sulit oleh siswa dan menyusun tes kemampuan koneksi matematis. Soal tes yang disusun disesuaikan dengan kompetensi dasar pada materi Teorema Pythagoras. Selanjutnya tes yang sudah disusun dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Setelah itu, meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian dan menentukan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran matematika. Kemudian dilakukan tes kepada 30 siswa yang sudah ditentukan. Tes dilakukan selama 60 menit. Selanjutnya data diolah dan dianalsis berdasarkan rubrik penilaian. Adapun soal nomor 1 ditampilkan sebagai berikut. Gambar 1. Soal Penelitian Awal Pada soal nomor 1, siswa diminta untuk membuktikan Teorema Pythagoras dengan mengaitkan konsep luas persegi, luas segtitiga siku-siku dan materi Teorema Pythagoras. Berdasarkan hasil analisis, diketahui hanya 1 siswa atau 3,33% yang memperoleh skor 3, 7 siswa atau 23,33% mendapat skor 2, dan 22 siswa atau 73,33% siswa yang mendapat skor 0.Berikut ini contoh hasil pekerjaan siswa yang mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 380

Gambar 2. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 1 Adapun untuk soal nomor 2, siswa diminta untuk menentukan jarak antara 2 titik di bidang dengan mengaitkan konsepteorema Pythagoras dengan konsep jarak 2 titik di bidang. Berikut tampilan soal nomor 2. Pada soal nomor 2, tidak ada satupun subjek yang menjawab soal tersebut, atau indikator koneksi matematisnya tidak terpenuhi.berdasarkan hasil analisis terhadap hasil tes, diketahui bahwa hampir semua siswa tidak mampu mengerjakan soal nomor 1. Hal ini dilihat dari 30 siswa, hanya 1 siswa yang mendapat skor 3, yaitu siswa mampu menerapkan hubungan antara materi Teorema Pythagoras dan materi luas persegi dan luas segitiga sikusiku, tetapi solusi salah. 7 siswa mendapat skor 2, yaitu siswa mengetahui konsep matematika, tetapi tidak dapat menerapkannya untuk menemukan solusi. Sedangkan 22 siswa menjawab dan ditulis dengan simbol matematis, tetapi hanya memperlihatkan ketidakpahaman. Semua siswa telah berusaha untuk menyelesaikan soal tersebut meskipun belum maksimal. Hal ini dilihat dari tidak ada siswa yang memperoleh jawaban akhir benar. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengerjakan soal Teorema Pythagoras yang dikaitkan dengan konsep luas persegi dan luas segitiga sikusiku. Selain berdasarkan hasil tes, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa yang menjadi subjek penelitian. Pada soal nomor 1, tidak ada siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan benar. Subjek mengalami kesulitan dalam memahami soal karena siswa masih bingung dan belum mampu memaknai kalimat yang disajikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Muncarno (2008) yang menyimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal disebabkan karena siswa kurang cermat Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 381

dalam membaca dan memahami kalimat demi kalimat, mengenai hal yang diketahui, ditanyakan, serta cara menyelesaikan soal secara tepat. Selain itu, subjek mengaku lupa dengan materi Teorema Pythagoras dan rumus luas bangun datar. Menurut Sukirman (1985: 16) kesalahan yang sistematis dan konsisten terjadi disebabkan oleh tingkat penguasaan materi yang kurang pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (1999) terkait permasalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan masalah koneksi matematis, antara lain: kurang memiliki pengetahuan prasyarat yang baik; kurang memiliki kemampuan untuk memahami serta menggali konsep-konsep dasar matematika (aksioma, definisi, teorema, kaidah) yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan; kurang memiliki ketelitian dalam menyimak atau mengenali sebuah persoalan atau soal-soal yang berkaitan dengan pokok bahasan tertentu. Sutrisno yang dikutip oleh Hamdani (1999: 29) juga mengidentifikasi jenis kesalahan yang sering terjadi pada siswa antara lain: (1) kesalahan dalam memahami konsep-konsep, (2) kesalahan dalam memahami hubungan antara konsep yang satu dengan yang lain, dan (3) kesalahan dalam penguasaan konsep-konsep untuk memecahkan masalah. Untuk soal nomor 2, tidak ada satupun subjek yang menjawab. Semua subjek tidak dapat mengetahui hubungan antara konsep Teorema Pythagoras dan jarak 2 titik pada bidang. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang menjadi subjek penelitian, subjek mengalami kesulitan menemukan konsep yang harus dikaitkan dengan konsep Teorema Pythagoras untuk menyelesaikan soal tersebut. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Ruspiani (2000) dan Lestari (2012) masing-masing mengungkapkan bahwa kemampuan terendah siswa ada pada kemampuan koneksi antar topik matematika. Rendahnya tingkat kemampuan koneksi antar topik, dibandingkan dengan koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain dan koneksi dengan dunia nyata, antara lain karena banyaknya topik matematika yang harus dikaitkan dengan penyelesaian soal sehingga memerlukan jangkauan pemikiran yang tinggi. Sedangkan pada koneksi dengan dunia nyata, permasalahn utamanya adalah kesulitan dalam membuat model matematika. Kusmayadi (2011) juga mengemukakan bahwa kebanyakan siswa tidak mengetahui dan tidak mengerti materi mana yang ada hubungannya dengan materi yang akan dipelajari.selain itu, menurut Budiyono (2008: 42) jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika yaitu kesalahan konsep, meliputi (1) kesalahan menentukan teorema atau rumus untuk menjawab masalah, (2) penggunaan rumus atau teorema oleh siswa tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut. Berdasarkan fakta tersebut semua siswa tidak dapat menyelesaikan soal nomor 2. Pada soal nomor 2, indikator koneksi matematis tidak terpenuhi. Berdasarkan persentase keterpenuhan indikator koneksi matematis yang diperoleh pada setiap soal, tidak ada indikator yang memenuhi persentase minimal 75%. Bahkan pada soal nomor 2 indikator koneksi matematis tidak terpenuhi. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 382

4. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas VIII MTsN Kota Probolinggo dalam menyelesaikan soal Teorema Pythagoras masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil tes awal kemampuan koneksi matematis siswa tidak melakukan pengoneksian secara maksimal. Siswa tidak dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep yang terdapat pada Teorema Pythagoras sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal karena siswa masih bingung dan belum mampu memaknai kalimat yang disajikan. Selain itu siswa lupa dengan materi Teorema Pythagoras. Siswa juga kebingungan dalam memilih konsep yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal. Meskipun siswa belum memperoleh jawaban yang tepat, tetapi siswa telah berusaha untuk mengaitkan konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep yang terdapat pada Teorema Pythagoras. Hasil penelitian awal ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai kemampuan koneksi matematis siswa. Mengingat pentingnya koneksi matematis dan fakta mengenai kemampan koneksi matematis siswa, diharapkan guru mampu merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemampuan koneksi matematis siswa. 5. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Soejono. (1999). Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Budiyono. (2008). Kesalahan Mengerjakan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika. Paedogogia,Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1).Diakses dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paedagogia/article.view/95. Coxford, A.F. (1995). The Case for Connections. Dalam House, P.A. dan Coxford, A.F. Reston (Eds),Connecting Mathematics across the Curriculum. Virginia: NCTM. Hamdani, Asep Saepul. (1999). Penguasaan Guru Matematika Sekolah SMU Muhammadiyah terhadap Bahan Ajar Dimensi Tiga. Tesis IKIP UNESA: tidak diterbitkan. Kusmayadi.(2011). Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.Tesis SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Kusuma, D.A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Diakses darihttp://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/06/meningkatk ankemampuan-koneksi-matematik.pdf. Lestari, K.E. (2013). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Moleong, Lexy J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 383

Muncarno. (2008). Penerapan Model Penyelesaian Soal Cerita Dengan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I SMP. Lampung: LPMP Universitas Lampung. NCTM. (2000). Principles and Standard for School Mathematics. United States: Reston, VA Author. Rohendi, Dedi & Dulpaja, Jojon. (2013). Connected Mathematics Project (CMP) Model Based on Presentation Media to the Mathematical Connection Ability of Junior High School Student. Journal of Education and Practice, 4(4), 17-22. Diakses dari www.iiste.org. Ruspiani.(2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Sugiman.(2008). Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama.Pythagoras, 4(1). Diakses dari http://www.academia.edu//6302036/koneksi_matematik_dalam_pemb elajaran_matematika_di_sekolah_menengah_pertama Sukirman. (1985). Identifikasi Kesalahan-Kesalahan yang Diperbuat Siswa Kelas III SMP pada Setiap AspekPenguasaan Bahan Pelajaran Matematika. TesisFPS IKIP Malang: tidak diterbitkan. Sumarmo. (2006). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 384