PENELITIAN PENDAHULUAN HUBUNGAN PENAMBAHAN SERAT POLYMERIC TERHADAP KARAKTERISTIK BETON NORMAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT NYLON TERHADAP KINERJA BETON

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENT EVALUASI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT NYLON TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL

PENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI

STUDI PERILAKU BETON BERKEKUATAN TINGGI YANG MENGGUNAKAN SEMEN PCC DAN POLYPROPYLENE FIBER-MESH

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH POLYPROPYLENE FIBRES PADA KEKUATAN DAN MODULUS ELASTISITAS SILINDER BETON BERLUBANG

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI TARIK BETON MUTU TINGGI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, dan lebih tahan terhadap korosi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT DAN SERAT IJUK PADA BETON K-225 TERHADAP KUAT GESER

VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT TARIK LENTUR BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

The Influence of Steel Fiber Amount And L/D ratio to Mechanical Properties of Concrete

KAJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON RINGAN MEMANFAATKAN SEKAM PADI DAN FLY ASH DENGAN KANDUNGAN SEMEN 350 kg/m 3

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

Augustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

TINJAUAN KEKUATAN BETON PADA USIA MUDA DENGAN PENAMBAHAN POLYPROPYLENE FIBRE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

PENGARUH PEMAKAIAN SERAT BAJA HAREX SF TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN ARAH SERAT BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAJA TERHADAP KEKUATAN BETON MUTU 60 MPa

PENGARUH PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM CAMPURAN BETON DITINJAU TERHADAP KUAT TARIK LENTUR DAN MODULUS ELASTISITAS

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

Daftar Pustaka D.P-1 DAFTAR PUSTAKA

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

PENGARUH SUPERPLASTICIZER TERHADAP BETON PASIR SERAT KAWAT BENDRAT 60 MM

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PERAWATAN ELEVATED TEMPERATURE TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON

PERILAKU LENTUR MORTAR DENGAN SABUT KELAPA. Istiqomah 1 dan Iswandi Imran 2

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI SERAT PADA BALOK BETON MUTU TINGGI TERHADAP KEKUATAN GESER

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

THE INFLUENCE OF INITIAL PRESSURE ON THE CONCRETE COMPRESSIVE STRENGTH. Lina Flaviana Tilik, Maulid M. Iqbal, Rosidawani Firdaus ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN SERAT SERABUT KELAPA DALAM PRESENTASE TERTENTU PADA BETON MUTU TINGGI

KARAKTERISTIK BETON DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH SERAT NYLON DAN POLIMER CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE UNTUK MENINGKATKAN KUAT TARIK BELAH BETON

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di zaman sekarang, perkembangan ilmu dan teknologi pada setiap bidang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA BETON NORMAL

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BETON SERAT ANYAMAN KAWAT SEBAGAI PERKUATAN METODE PREPACKED CONCRETE PADA BALOK BETON BERTULANG (161S)

KUAT TEKAN BETON DAN WAKTU IKAT SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

Transkripsi:

Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No. 1, 34 4, March 26 ISSN 141-953 PENELITIAN PENDAHULUAN HUBUNGAN PENAMBAHAN SERAT POLYMERIC TERHADAP KARAKTERISTIK BETON NORMAL Yohanes L. D. Adianto, Tri Basuki Joewono Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Email: adi@home.unpar.ac.id, uftribas@home.unpar.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan hubungan penambahan serat polymeric terhadap karakteristik beton normal (fc = 3 MPa). Penelitian dilakukan menggunakan dua jenis serat polymeric, yaitu serat polypropylene dan nylon. Penelitian ini menguji empat jenis karakteristik beton, yaitu kuat tekan, kuat lentur, modulus elastisitas, dan pembebanan berulang. Analisis menunjukkan bahwa model regresi linier kelinieran pada parameter dapat menjelaskan hubungan baik. Seluruh model yang dibangun mampu menjelaskan variabilitas data baik dan juga merupakan model yang signifikan pada tingkat keterandalan,5, kecuali model hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas kadar serat nylon. Model fungsi kuadratis dibangun untuk hubungan kadar serat kuat tekan, kuat lentur, dan modulus elastisitas. Suatu model yang efisien telah dibangun untuk menggambarkan hubungan simultan antara kuat tekan, kadar serat, juga melibatkan variabel umur beton. Model fungsi logaritma dibangun hanya untuk hubungan antara jumlah pembebanan berulang penambahan serat polypropylene, namun tidak pada serat nylon. Analisis menunjukkan bahwa model hubungan pembebanan berulang serat polypropylene lebih baik dibandingkan model untuk serat nylon. Kata kunci: serat polypropylene, serat nylon, kinerja beton berserat. ABSTRACT The objective of this research is to explore the effect of adding polymeric fiber to the characteristics of normal concrete (fc = 3 MPa). Two types of fiber, namely polypropylene and nylon, are considered. The research tested four types of concrete characteristics, namely compressive strength, flexural strength, modulus of elasticity, and cyclical loading. According to the analyses, linear regression with linearity in parameter can explain good relationship. All models developed can explain the variability of the data and are significant in the.5 level of significance, except for the relationhip between compressive strength and modulus of elasticity with percentage of nylon. Quadratic function was developed for the relationship between fiber content with the compressive strength, flexural strength, and modulus of elasticity. An efficient model was created by simultaneously modeling the relationship of compressive strength, fiber content, including the age of concrete. Model with logarithmic function was developed for the relation between number of cyclic loading and content of polypropylene, but not for nylon. Analysis showed that the model between cyclical loadings with polypropylene content was better compared with nylon content. Keywords: polypropylene fiber, nylon fiber, performance of fiber reinforced concrete. PENDAHULUAN Beton merupakan material komposit yang tersusun dari agregat dan terbungkus oleh matrik semen yang mengisi ruang di antara partikel-partikel sehingga membentuk satu kesatuan. Berdasarkan kekuatan tekannya beton dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu beton normal, kinerja tinggi, dan kinerja sangat tinggi [1]. Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juni 26. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Dimensi Teknik Sipil Volume 8, Nomor 2, September 26. Civil Engineering Dimension ISSN 141-953 print 27 Thomson Gale TM http://puslit.petra.ac.id/journals/civil Salah satu sifat penting dari beton adalah daktilitas. Daktilitas beton yang rendah dicerminkan oleh kurva tegangan-regangannya yang memiliki penurunan kekuatan tekan yang cepat pada daerah beban pasca puncak, sehingga menyebabkan keruntuhan terjadi tiba-tiba. Penambahan serat yang mempunyai modulus elastisitas yang lebih rendah dari modulus elastisitas matrik beton diharapkan dapat membuat beton lebih daktail. Dengan sifat daktail tersebut, serat yang dicampurkan ke dalam beton diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki karakteristik beton. 34

Penggunaan serat untuk memperkuat material yang getas telah lama dikenal. Serat-serat yang telah umum dipergunakan antara lain terbuat dari baja, polymer, atau fiber glass. Salah satu jenis serat yang dapat dipakai adalah serat polymeric. Berdasarkan kepustakaan diketahui bahwa serat polymeric dapat memperbaiki kinerja beton. [2]. Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun hubungan antara penambahan serat polymeric terhadap kinerja beton. Serat polymeric yang dipergunakan dalam penelitian adalah serat polypropylene dan serat nylon. Kinerja beton yang diamati adalah kekuatan tekan, kekuatan lentur, modulus elastisitas, ketahanan terhadap beban berulang, dan perkembangan kekuatan tekan beton. Hubungan antara kadar serat dan kinerja beton normal akan dikembangkan menggunakan analisis regresi. Model regresi digunakan karena relatif mudah diinterpretasikan dan dikomunikasikan, dimana pembangunan modelnya didasarkan pada berbagai asumsi [3]. Ada dua kelinieran dalam analisis regresi, yaitu kelinieran dalam parameter dan keliniearan dalam variabel [4]. Model yang dibangun dalam penelitian ini menggunakan kelinieran dalam parameter. Model regresi yang hanya melibatkan satu variabel bebas disebut sebagai model regresi linier sederhana [5], sedangkan dalam penelitian ini akan dibangun model regresi sederhana dan pula berganda yang melibatkan dummy variabel. Pemilihan model terbaik akan dilakukan memperhatikan beberapa ukuran statistik, misalnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan rangkuman pengukuran yang menunjukkan seberapa baik garis regresi menjelaskan data [4]. Akar positif dari koefisien determinasi disebut Pearson product-moment correlation coefficient [6]. BETON SERAT Beton serat dapat didefinisikan sebagai beton yang terbuat dari semen portland atau bahan pengikat hidrolis lainnya yang ditambah agregat halus dan kasar, air, dan diperkuat serat [7]. Interaksi antara serat dan matrik beton merupakan sifat dasar yang mempengaruhi kinerja dari material komposit beton serat. Pengetahuan tentang interaksi ini diperlukan untuk memperkirakan kontribusi serat dan meramalkan perilaku dari komposit. Serat untuk campuran beton dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu [2]: 1. Serat metal, misalnya serat besi dan serat stainless steel. 2. Serat polymeric, misalnya serat polypropylene dan serat nylon. 3. Serat mineral, misalnya fiberglass. 4. Serat alam, misalnya serabut kelapa dan serabut nenas. Serat polypropylene merupakan senyawa hidrokarbon rumus kimia C3H6 yang berupa filamen tunggal ataupun jaringan serabut tipis yang berbentuk jala ukuran panjang antara 6 mm sampai 5 mm dan memiliki diameter 9 mikron. Kadar serat polypropylene yang sering digunakan adalah sebesar 9 gr/m 3 beton. Kadar serat nylon yang sering digunakan adalah sebesar 6 gram/m 3. Pada penelitian ini digunakan serat polypropylene dan serat nylon merek dagang Fibermesh dan Nycon. Karakteristik umum dari serat polymeric yang dipakai dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Serat Polymeric [8] Karakteristik Serat Nylon Serat Polypropylene Bentuk serat tunggal jaringan serabut tipis yang berbentuk jala Diameter Serat 23 mikron 9 mikron Panjang Serat 19 mm 19 mm Berat Jenis 1,16,9 Kekuatan Tarik 92 kg/cm 2 56 kg/cm 2 Modulus Elastisitas 52 kg/cm 2 35 kg/cm 2 Penyerapan Air 4 % Nihil Titik Leleh 224 o C 17 o C Ketahanan Asam dan Baik Baik Garam Ketahanan Alkali Baik Baik Permukaan Beton tidak berambut (polos) Berambut Keuntungan penggunaan serat polymeric dalam campuran beton adalah sebagai berikut [2]: 1. meningkatkan kekuatan beton (tekan, tarik, dan lentur), kekedapan beton, daya tahan terhadap beban kejut, daktilitas, kapasitas penyerapan energi, daya tahan beban berulang, dan daya tahan abrasi, 2. mengurangi retak-retak karena susut dan terjadinya korosi tulangan baja, dan 3. memungkinkan adanya kekuatan beton setelah terjadinya keretakan. Adapun kekurangan dari serat jenis ini adalah: 1. mudah terbakar; kebakaran akan menyebabkan bertambahnya porositas pada beton sesuai persentase volume dari serat yang ada pada beton. 2. lemah terhadap sinar matahari dan oksigen, sehingga untuk melindungi serat terhadap radiasi ultraviolet dan oksidasi, biasanya pabrik menambahkan bahan peningkat stabilisasi dan pigmen. Serat polypropylene mengalami proses pelapukan akibat radiasi ultraviolet dari sinar matahari dan oksidasi oleh oksigen dari udara. 35

PERCOBAAN LABORATORIUM Percobaan laboratorium dalam penelitian ini dilakukan membuat benda uji beton normal kokoh tekan fc =3 MPa dan dilakukan penambahan serat berbagai kadar. Benda uji beton normal tersebut selanjutnya diuji karakteristiknya. Empat buah karakteristik yang diuji adalah uji kuat tekan, uji modulus elastisitas, uji pembebanan berulang, dan uji kuat lentur. Perencanaan campuran beton fc 3 MPa dikerjakan mengikuti metode ACI [9, 1]. Komposisi campuran yang dipergunakan dalam eksperimen ini disajikan dalam Tabel 2. Pada penelitian ini, untuk pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, dan pembebanan berulang dibuat sampel beton silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 3 cm, sedangkan pengujian kuat lentur menggunakan sampel berbentuk balok dimensi 15 cm x 15 cm x 6 cm. Tabel 2. Komposisi Campuran Beton [11] Material Semen Pasir Kerikil Air Berat (kg) 48.89 724.67 957.44 184. Penentuan kadar serat maksimal yang akan ditambahkan dalam adukan ditentukan melakukan pengujian slump pendahuluan. Semakin besar kadar serat yang ditambahkan, maka akan semakin menyulitkan pemadatan karena workability campuran menjadi menurun. Dari percobaan pendahuluan, kadar serat polypropylene sebesar 18 gr/m 3 beton dan serat nylon sebesar 12 gr/m 3 beton menghasilkan slump nol. Oleh karena itu kadar tersebut dipakai sebagai patokan kadar serat terbesar. Di dalam perencanaan campuran beton ini digunakan fly-ash dan superplasticizer sikament-nn untuk memperbaiki workability. Berdasarkan hasil pengujian pendahuluan dan juga memperhatikan petunjuk penggunaan dari produsen serat, maka kadar serat polypropylene yang dipergunakan adalah sebanyak, 6, 9, 135, 18 gram/m 3 dan penambahan serat nylon adalah sebanyak, 6, 9, dan 12 gram/m 3. Pada penelitian ini umur pengujian kuat tekan adalah 3, 7, 14, 21, dan 28 hari [11]. Jumlah sampel untuk tiap kadar serat pada setiap pengujian karaketeristik beton adalah tiga benda uji, baik untuk beton yang menggunakan serat nylon maupun serat polypropylene. Kekuatan tekan beton merupakan karakteristik beton yang paling umum digunakan, terutama dalam perencanaan struktur. Pada umumnya beton direncanakan hanya untuk menahan gaya tekan. Laju pembebanan disesuaikan syarat yang ada pada ASTM-C39 [12], yaitu antara 1,43-3,47 kg/cm 2 /detik. Besarnya tegangan tekan adalah besar beban tekan dibagi luas permukaan tekan. Beban tekan adalah beban tekan maksimum yang dapat diberikan pada silinder uji. Pengujian modulus elastisitas dilakukan menurut standar ASTM C 469-83. Pengujian ini untuk mencari Chord modulus elastisity (Young s) dari silinder beton. Pada pengujian beban berulang, benda uji diberi beban berbentuk gelombang sinusoidal frekuensi 3 Hz, σ minimum sebesar 1%, dan σ maksimum sebesar 9% dari σ hancurnya. Pengujian pembebanan berulang dilakukan menggunakan Universal Testing Machine (UTM) terhadap benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 3 cm seperti halnya dalam pengujian kuat tekan. Perbedaannya adalah bahwa pada pengujian kuat tekan laju pembebanan meningkat sebesar 1,43 3,47 kg/cm 2 /detik sesuai ASTM-C39. Sedangkan, dalam penelitian ini pengujian pembebanan berulang dilakukan mengatur UTM agar memberikan beban berbentuk gelombang sinusoidal yang mempunyai frekuensi 3 Hz beban minimum sebesar 1% (3 MPA) dan beban maksimum sebesar 9% (27 MPA), kemudian dicatat jumlah siklus yang terjadi hingga benda uji tersebut hancur. Hasil pengujian adalah berupa catatan jumlah siklus yang menyebabkan kehancuran beton. Untuk pengujian kekuatan lentur digunakan benda uji berbentuk balok berukuran 15x15x6 cm. Prosedur pengujian kecepatan pembebanan 8,6-12,1 kg/cm 2 per menit dilaksanakan sesuai ASTM- C78-84 [12]. Pengujian menggunakan benda uji berbentuk balok berukuran 15x15x6 cm yang dibebani sampai runtuh. Beban terpusat P diuraikan menjadi dua beban terpusat sebesar ½P pada sepertiga bentang kiri dan kanan tumpuan. Kekuatan lentur dihitung rumus PxL/bxtxt. P adalah beban yang diberikan, L adalah panjang bentang, b adalah lebar benda uji, dan t adalah tinggi benda uji. DATA DAN ANALISIS Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Hasil pengujian kuat tekan beton normal akibat penambahan serat polypropylene dan serat nylon disajikan dalam Gambar 1. Pada Gambar 1 nampak bahwa seluruh sampel yang menggunakan serat polypropylene memiliki nilai rata-rata kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan yang meng- 36

gunakan serat nylon. Pada Gambar 1 nampak pula bahwa penambahan kadar serat tidak selalu meningkatkan kuat tekan beton, namun pola pengaruh penambahan kadar serat terhadap kuat tekan beton memiliki fungsi kuadrat. Hal ini mengakibatkan ada penurunan kekuatan tekan beton setelah mencapai kuat tekan optimum pada suatu kadar serat tertentu. Hal ini diduga disebabkan oleh berkurangnya workability campuran, sehingga mengakibatkan sulitnya pemadatan adukan. Hal ini akan menimbulkan banyak poripori beton akibat udara yang terperangkap. Pori tersebut menjadi titik lemah saat menerima beban tekan. Penurunan kekuatan ini sejalan rekomendasi jumlah serat yang digunakan dalam pemakaian pada umumnya, yaitu untuk serat polypropylene adalah 9 gr/m 3 dan untuk serat nylon adalah sebanyak 6 gr/m 3. Rata-rata Kuat Tekan (MPa) 4.5 4. 39.5 39. 38.5 38. 37.5 37. 36.5 36. 35.5 35. y = -3.41E-6x 2 +.288x + 37.714 y = -2.87E-6x 2 +.59x + 37.219 Polypropylene Nylon Poly. (Polypropylene) Poly. (Nylon) 3 6 9 12 15 18 21 Kadar Serat (gram/m3) Gambar 1. Hubungan antara Kadar Serat Polypropylene dan Nylon Kuat Tekan Beton pada Umur 28 Hari Hubungan matematis antara kuat tekan dan kadar serat polypropylene disajikan pada persamaan 7. Hubungan antara kuat tekan dan kadar serat nylon disajikan pada persamaan 8. Y = 37.219 + 5.9E-3Xp - 2.87E-6 Xp 2 R 2 =.991 (7) Y = 37.714 + 2.88E-3Xn - 3.41E-6Xn 2 R 2 =.788 (8) Y = rata-rata kuat tekan (MPa) Hubungan matematis antara kuat tekan dan kadar serat yang ditambahkan perlu diuji untuk mengetahui seberapa baik model tersebut menjelaskan data. Dengan memperhatikan nilai koefisien determinasi kedua model, maka dapat disimpulkan bahwa kedua model dapat menjelaskan variabilitas data baik. Selanjutnya analisis variansi (ANOVA) dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan apakah model tersebut adalah signifikan. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa model dalam persamaan 7 memiliki p-value sebesar 9,19 x 1-3, sedangkan model dalam persamaan 8 memiliki p-value sebesar,465. Jika digunakan tingkat keterandalan,5 maka model 7 adalah lebih baik bila dibandingkan model 8 dalam hal signifikansi hubungan antara kuat tekan pada umur 28 hari dan kadar serat. Kekuatan tekan beton akan meningkat sejalan berjalannya waktu pengerasan. Pada Gambar 1 telah disajikan kuat tekan beton pada umur 28 hari. Untuk meneliti pengaruh penambahan serat polypropylene dan serat nylon, maka dilakukan pula pengujian kuat tekan pada umur beton yang berbeda, yaitu 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan beton disajikan pada Gambar 2 dan 3. Rata-rata Kuat Tekan (MPa) 45. 4. 35. 3. 25. 2. 15. Polypropylene gr/m3 Polypropylene 6 gr/m3 Polypropylene 9 gr/m3 Polypropylene 135 gr/m3 Polypropylene 18 gr/m3 7 14 21 28 Umur Beton (hari) Gambar 2. Hubungan Umur Beton Kuat Tekan Beton pada Berbagai Kadar Serat Polypropylene Rata-rata Kuat Tekan (MPa) 4. 35. 3. 25. 2. 15. Nylon gr/m3 Nylon 6 gr/m3 Nylon 9 gr/m3 Nylon 12 gr/m3 7 14 21 28 35 Umur Beton (hari) Gambar 3. Hubungan Umur Beton Kuat Tekan Beton pada Berbagai Kadar Serat Nylon Hubungan antara kuat tekan pada berbagai kadar serat dan berbagai umur beton disajikan pada persamaan 9 dan 1. 37

Tekan = 36.7 +.24 Poly - 2.1 D1-12.7 D2-5.7 D3-2.15 D4 (9) R 2 =.984 t = (61.44) (6.99) (-28.65) (-18.13) (-8.14) (-3.7) p-value = (.) (.) (.) (.) (.) (.6) Tekan = 37.3 -.742 Nylon - 18.9 D1-13.4 D2-8.92 D3-3.84 D4 (1) R 2 =.992 t = (85.21) (-2.3) (-36.99) (-26.25) (-17.44) (-7.5) p-value = (.) (.61) (.) (.) (.) (.) Tekan = kuat tekan beton normal (MPa) Poly = kadar serat polypropylene (gram/m 3 ) Nylon = kadar serat nylon (gram/m 3 ) D1 = 1, jika umur beton 3 hari;, jika lainnya D2 = 1, jika umur beton 7 hari;, jika lainnya D3 = 1, jika umur beton 14 hari;, jika lainnya D4 = 1, jika umur beton 21 hari;, jika lainnya t = nilai t statistik p-value = peluang H ditolak Pada persamaan tersebut nampak bahwa umur beton dipertimbangkan dalam model sebagai dummy variable. Penyusunan sebuah model yang mempertimbangkan umur beton dan kadar serat secara simultan menjadikan model tersebut lebih efisien. Dalam sebuah model yang efisien tersebut dapat diprediksi karakteristik beton berdasarkan kadar serat dan umur betonnya secara bersamaan tanpa menggunakan beberapa rumus yang berbeda. Prediksi karakteristik beton menjadi semakin sederhana karena variabel waktu dan kadar serat dapat divariasikan sedemikian rupa hanya menggunakan sebuah persamaan. Pada persamaan 9 nampak bahwa model dapat menjelaskan 98,4% variasi data pada kuat tekan beton. Hasil analisis varians menunjukkan p-value sebesar, yang berarti bahwa model tersebut adalah signifikan. Pada persamaan 1 nampak bahwa model memiliki koefisien determinasi,992 sehingga dapat disimpulkan bahwa model adalah sesuai data. Analisis varians untuk persamaan 1 juga telah dilakukan dan memberikan p-value sebesar, untuk nilai F sebesar 345.86 pada nilai kritis F5, 19, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan hubungan baik. Hasil Pengujian Kuat Lentur Karakteristik penting lain dari beton semen portland adalah kuat lentur. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai pengaruh penambahan serat polypropylene dan serat nylon terhadap karakteristik beton, maka dilakukan uji kuat lentur. Hasil pengujian kuat lentur disajikan pada Gambar 4. Rata-rata Kuat Lentur (MPa) 5.2 5.1 5. 4.9 4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 y = 7.57E-8x 2 +.236x + 4.47819 y = 2.51E-7x 2 -.151x + 4.514 Polypropylene Nylon Poly. (Polypropylene) Poly. (Nylon) 6 12 18 24 Kadar Serat (gram/m 3 ) Gambar 4. Hubungan Penambahan Serat Polypropylene dan Serat Nylon terhadap Kuat Lentur Beton Hubungan antara kuat lentur dan kadar serat yang ditambahkan disajikan pada persamaan 11 dan 12. Y = 4.47819 + 2.36E-4XP + 7.57E-8XP 2 R 2 =.93 (11) Y = 4.514-1.51E-4Xn + 2.51E-7Xn 2 R 2 = 1. (12) Y = rata-rata kuat lentur (MPa) Model dalam persamaan 11 memiliki koefisien determinasi,93 dan persamaan 12 memiliki koefisien determinasi 1,. Hal ini menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data sangat baik. Analisis varians selanjutnya dilakukan untuk menentukan apakah model tersebut adalah signifikan atau tidak. Analisis varians pada persamaan 11 menunjukkan peluang untuk menolak H adalah sebesar 9,74 x 1-2, sedangkan untuk persamaan 12 adalah 2,59 x 1-3. Nilai F untuk model 11 adalah 9,26932, sedangkan untuk model 12 adalah 74375,8. Nilai peluang tersebut menunjukkan besarnya peluang untuk mendapatkan nilai F adalah lebih besar dari Fkritis yang berasal dari tabel F F,5; 2; 4 untuk persamaan 11 dan F,5; 2; 3 untuk persamaan 12. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Penelitian mengenai pengaruh penambahan serat polypropylene dan serat nylon juga dilakukan terhadap nilai modulus elastisitas. Hasil pengujian modulus elastisitas disajikan pada Gambar 5. 38

Rata-rata Modulus Elastisitas (MPa 25 2 15 1 5 y = -.44x 2-3.12921x + 2346.1 y = -.19x 2 -.698788x + 19949.9 Polypropylene Nylon Poly. (Polypropylene) Poly. (Nylon) 3 6 9 12 15 18 21 Kadar Serat (gram/m 3 ) Gambar 5. Hubungan Kadar Serat Polypropylene dan Serat Nylon Modulus Elastisitas Model regresi untuk menjelaskan hubungan antara modulus elastisitas dan kadar serat polymeric yang ditambahkan disajikan pada persamaan 13 dan 14. Y = 19949.9 -.698788Xp - 1.9E-3Xp 2 R 2 =.987 (13) Y = 2346.1-3.12921Xn - 4.4E-3Xn 2 R 2 =.895 (14) Y = modulus elastisitas (MPa) Model dalam persamaan 13 memiliki koefisien determinasi,987, sedangkan persamaan 14 memiliki koefisien determinasi,895. Hal ini menjelaskan bahwa model dapat menjelaskan hubungan antara modulus elastisitas kadar serat polymeric yang ditambahkan dalam campuran baik. Hasil analisis varians menunjukkan bahwa peluang untuk menolak H adalah 1,34 x 1-2 untuk persamaan 13 dan,32468 untuk persamaan 14. Hal ini menjelaskan bahwa model dalam persamaan 14 adalah tidak signifikan pada tingkat keterandalan,5. penambahan serat polymeric disajikan pada persamaan 15 dan 16. 2 2.8292+ 3.7E 4 X p + 5.19E 7 X p 1 Y = R 2 =.989 (15) Y = 4418.3 + 1.2826Xn R 2 =.9798 (16) Y = pembebanan berulang Persamaan 15 merupakan persamaan menggunakan nilai logaritma dan memiliki nilai koefisien determinasi,989 untuk persamaan 15. Nilai koefisien determinasi untuk persamaan 16 adalah.9798. Analisis varians menghasilkan p- value sebesar 1,11 x 1-2 untuk model 15 dan.118 untuk model 16. Berdasarkan analisis varians maka dapat disimpulkan bahwa model 15 adalah lebih baik dalam menjelaskan hubungan antara pembebanan berulang kadar serat pada tingkat keterandalan,5. Pembebanan Berulang 15 1 5 1 Kadar Serat Polypropylene Gambar 6. Hubungan Kadar Serat Polypropylene Pembebanan Berulang 2 Hasil Pengujian Pembebanan Berulang Untuk mendapatkan gambaran yang semakin jelas mengenai karakteristik beton normal akibat penambahan serat polymeric, maka dilakukan pengujian pembebanan berulang. Pengujian pembebanan berulang dilakukan memberikan pembebanan mengikuti gelombang sinus. Hasil pengujian menggunakan serat polypropylene disajikan dalam bentuk grafis dalam skala logaritmik seperti nampak pada Gambar 6. Hasil pengujian untuk serat nylon disajikan dalam skala normal seperti nampak pada Gambar 7. Pembebanan Berulang 14 12 y = 1.28x + 4418.3 1 8 6 4 2 2 4 6 8 1 12 14 Kadar Serat (gram/m 3 ) Hubungan matematis hasil analisis regresi untuk menentukan jumlah pembebanan berulang Gambar 7. Hubungan Kadar Serat Nylon Pembebanan Berulang 39

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier kelinieran pada parameter dapat menjelaskan baik hubungan antara kadar serat polymeric, baik serat polypropylene maupun serat nylon, karakteristik beton normal. Model regresi linier berhasil membangun model matematis antara kadar serat karakteristik beton normal, yaitu kuat tekan, kuat lentur, modulus elastisitas, dan pembebanan berulang. Penelitian ini berhasil membangun model untuk hubungan kuat tekan kadar serat polypropylene fungsi kuadratis yang signifikan secara statistik dan juga mampu menjelaskan variabilitas data baik. Model fungsi kuadratis untuk hubungan kuat tekan kadar serat nylon adalah tidak signifikan. Model hubungan simultan antara kuat tekan, kadar serat, dan juga melibatkan variabel umur beton juga telah dibangun, yang menjadikan model tersebut lebih efisien. Pada persamaan tersebut umur beton dipertimbangkan dalam model sebagai dummy variable. Analisis menunjukkan bahwa kedua model tersebut adalah signifikan dan juga mampu menjelaskan variabilitas data baik. Selain hubungan kuat tekan kadar serat, model hubungan antara kuat lentur kadar serat fungsi kuadratis juga telah dibangun. Model tersebut juga merupakan model yang signifikan dan juga mampu menjelaskan variabilitas data baik. Model regresi untuk menjelaskan hubungan kuadratis antara modulus elastisitas dan kadar serat untuk kedua jenis serat polymeric yang ditambahkan mampu menjelaskan variabilitas data baik. Model hubungan antara modulus elastisitas kadar serat polypropylene merupakan model yang signifikan, namun tidak untuk model hubungan modulus elastisitas kadar penambahan serat nylon. Hubungan antara jumlah pembebanan berulang penambahan serat polypropylene telah dibangun menggunakan fungsi logaritma, sedangkan hubungan jumlah pembebanan berulang penambahan serat nylon dibangun tanpa menggunakan fungsi logaritma. Kedua model tersebut memiliki koefisien determinasi yang tinggi, namun analisis varians menunjukkan bahwa model untuk serat polypropylene adalah lebih baik dalam menjelaskan hubungan antara pembebanan verulang kadar serat dibandingkan model untuk serat nylon. DAFTAR PUSTAKA 1. Malier, Y., High Performance Concrete, From Material to Structure, E & FN Spon, London, 1992. 2. Balaguru, P. and Shah, S.P., Fibre Reinforced Cement Composites, McGraw-Hill, Singapore, 1992. 3. Washington, S.P., Karlaftis, M.G., and Mannering, F.L., Statistical and Econometrics Methods for Transportation Data Analysis, Chapman&Hall/CRC, Florida, 23. 4. Gujarrati, D.N., Basic Econometrics, Fourth Ed., International Edition, McGraw-Hill, Boston, 23. 5. Montgomery, D.C., Design and Analysis of Experiments, Second Edition, John Wiley & Sons, New York, 1984. 6. Hicks, C.R., Fundamental Concepts in the Design of Experiments, Third Edition, Holt, Rinehart, and Winston, Inc., New York, 1982. 7. Hannant, D.J., Fibre Cements and Fibre Concretes, John Wiley & Sons, New York, 1978. 8. Stevens, D., Testing of Fibre Reinforced Concrete, American Concrete Institute, Michigan, 1995. 9. American Concrete Institute, ACI - Manual of Concrete Practise Part 1, Material and General Properties of Concrete, American Concrete Institute, Detroit - Michigan, 1994. 1. ACI Committee 211, Standard Practice for Selecting Proportions for Normal, Heavyweight, and Mass Concrete (ACI 211.1-91), American Concrete Institute, Detroit - Michigan, 1991. 11. Adianto, Y.L.D., Studi Penggunaan Serat Polypropylene dan Nylon untuk Memperbaiki Kinerja Beton Normal dan Beton Kinerja Tinggi, Tesis Magister, Bidang Khusus Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, 1997. 12. Fakultas Teknik Sipil, Pedoman Praktikum Beton, Laboratorium Struktur Institut Teknologi Bandung. 4