I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen (keadaan jasmani, panca

The Relationship Of Emotional Quotient And Nutritional Status With Learning Achievement On 22 nd Junior High School Bandar Lampung Student

I. PENDAHULUAN. cerdas, dan produktif (Adisasmito, 2010). Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat salah satunya melalui prestasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

I. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang cerdas dan berkualitas. apabila ada usaha atau upaya yang dilakukan. Niat atau tekad yang kuat yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI SISWA SMA NEGERI 1 TALANG PADANG TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan di Perguruan Tinggi, perlu didukung

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di antaranya adalah manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Fokus pendidikan lebih diarahkan pada menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas pada berbagai disiplin ilmu (Rahayu, 2007). Pendidikan yang berkualitas biasanya selalu disertai dengan kuantitas prestasi belajar yang baik sehingga prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasilnya. Salah satu cara menilai kualitas siswa adalah dengan melihat prestasi belajarnya (Wasis, 2001). Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal yaitu psikologi, jasmani, fisiologis, panca indra dan faktor eksternal meliputi lingkungan, sosial,

2 instrumental (Slameto; 2010; Wasis, 2001; Setiawati dkk., 2002). Sebagai salah satu faktor endogen yang penting, psikologis yang salah satunya adalah kecerdasan emosional memiliki sumbangan lebih besar dari pada Intelegence Quotient (IQ) dalam proses pembelajaran (Setiawati dkk, 2002). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goleman (1997) menunjukkan bahwa selain kecerdasan Intelektual (IQ), faktor kecerdasan Emosional (EQ) sangat berperan dalam hasil belajar. Pernyataan ini juga didukung oleh Thonthowi (Goleman, 2001) bahwa berhasil tidaknya pendidikan tidak semata mata tergantung pada tingkat kecerdasan. Faktor emosi ternyata ikut serta mempengaruhi. Misalnya rasa takut, benci atau bosan terhadap bahan belajar, sifat mudah putus asa di dalam pekerjaan rumah, kekecewaan terus menerus akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa (Setiawati dkk, 2002). Pada umumnya semakin tinggi Intelegensi Quotient (IQ) seseorang diharapkan pula semakin baik pula prestasi belajarnya, akan tetapi dalam kenyataanya sebagian orang yang ber-iq tinggi memperoleh hasil belajar yang biasa saja atau relatif rendah. Sebaliknya seseorang dengan IQ rata-rata justru hasil belajarnya bisa lebih baik dari pada orang yang ber-iq tinggi. Para ahli psikologi menyatakan hal ini dapat disebabkan oleh faktor lain yang lebih berperan yaitu kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yang mempengaruhi sebanyak 80% sisanya 20% dari faktor IQ (Hamzah, 2008). Kecerdasan emosional (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood),

3 berempati serta bekerjasama baik dalam berkelompok maupun untuk diri sendiri. Berbagai penelitian dari psikologi anak telah membuktikan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah anakanak bahagia, percaya diri, popular, dan lebih sukses di sekolah. Mereka lebih mampu menguasai gejolak emosi mereka, mengatasi hubungan yang manis dengan orang lain, menimbulkan suasana yang damai, mampu mengelola stres, dan memiliki kesehatan mental yang baik. Penelitian sekarang banyak yang menemukan bahwa kecerdasan emosional dan keterampilan sosial sangat lebih penting dalam kesuksesan seseorang dari pada kemampuan inlelektual (Goleman, 1994). Selain dari kecerdasan emosional (EQ) ternyata status gizi juga sangat berpengaruh dalam proses belajar sehingga dapat menurunkan konsentrasi seseorang dalam proses belajar. Malnutrisi berhubungan dengan kecerdasan intelegensi dan perolehan hasil belajar yang rendah (Krisnawati, 2009). Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Upaya peningkatan SDM yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik (Adisasmito, 2010). Pemberian gizi yang kurang baik akan menurunkan potensi sumber daya pembangunan masyarakat (Cakrawati dan Mustika, 2012). Status gizi merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian status kesehatan masyarakat. Dalam pengukuran status gizi, dapat menggunakan antropometris karena lebih mudah dilakukan dan biaya operasional yang tidak

4 terlalu mahal. Dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini status gizi seseorang (Arisman, 2009). Menurut Supariasa dkk (2002) cara sederhana dilakukan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan salah satu parameter sederhana dari pemeriksaan antropometri tubuh untuk memantau status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Melalui data yang tercatat pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, status gizi pada anak usia 6-18 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Prevalensi anak pendek pada ketiga kelompok umur masih tinggi, yaitu pada kelompok 6-12 tahun (35,8%), kelompok umur 13-15 tahun (35,2%) dan kelompok umur 16-18 tahun (31,2%). Prevalensi kurus pada kelompok umur 6-12 tahun dan kelompok umur 13-15 tahun hampir sama sekitar 11% sedangkan pada kelompok umur 16-18 yaitu 8,9% Anak yang mengalami malnutrisi tidak dapat dan berkembang dengan baik (Cyntia, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dkk, (2002) di Semarang pada siswa SLTP menyatakan bahwa terdapat hubungan dengan persentase 80% antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Pada penelitian yang lainya oleh Huwae (2005) di Kabupaten Nabire, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara status gizi dengan prestasi belajar yaitu, semakin baik status gizi siswa maka akan semakin baik pola berfikirnya. Berdasarkan data-data tersebut diatas, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai hubungan kecerdasan emosional (EQ)

5 dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Bila ditinjau dari aspek psikologi siswa sekolah menengah tingkat pertama yang berusia antara 13-15 tahun merupakan masa dimana anak mulai memahami apa yang sedang mereka pelajari bukan sekedar mengetahui seperti siswa di sekolah dasar. Siswa SMP harus bisa mengelola emosi dalam proses pembelajaran (Setiawati dkk, 2002). 1.2 Rumusan Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Salah satu cara menilai kualitas seorang anak dengan melihat prestasi belajarnya. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen yaitu jasmani, fisiologis, dan psikologis dan eksogen meliputi lingkungan, sosial, dan instrumental (Wasis, 2001). Sebagai salah satu faktor endogen yang penting, yaitu kecerdasan emosional memiliki sumbangan lebih banyak daripada kemampuan intelegensi pada hasil belajar anak (Goleman, 2001). Selain faktor dari psikologis anak, faktor fisologis yang salah satunya adalah status gizi dapat mempengaruhi prestasi belajar anak. Menurut penelitian Krisnawati (2009) terdapat hubungan antara malnutrisi dengan kecerdasan intelegensi yang rendah. Dari uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Dalam

6 perumusan masalah tersebut dapat dirumuskan sebuah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran dari kecerdasan emosional (EQ) pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung? 2. Bagaimana gambaran status gizi pada siswa SMPN 22 Bandar Lampung? 3. Bagaimana gambaran hasil prestasi belajar pada siswa SMPN 22 Bandar Lampung? 4. Adakah hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung? 5. Adakah hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran kecerdasan emosional (EQ) pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. 2. Mengetahui gambaran status gizi pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. 3. Mengetahui gambaran prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

7 4. Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan prestasi belajar siswa. 5. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung? 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dan status gizi dengan prestasi belajar pada mahasiswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. 2. Bagi Siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung Dapat memahami bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan emosional dan status gizi sehingga mereka mengetahui bahwa harus menjaga asupan nutrisi bagi tubuhnya agar selalu cukup dan seimbang. 3. Bagi Sekolah Dapat turut mendukung segala faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa termasuk dalam aspek gizi. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah pengetahuan, kepustakaan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

8 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teori IQ Psikologis Intelegensi/ Kecerdasan Perhatian Minat EQ SQ Internal Bakat Motivasi Kematangan PRESTASI BELAJAR Kesiapan Status gizi Fisiologis Panca indera Eksternal Lingkungan Waktu Instrumental Kesehatan Cacat Tubuh (Sumber: Slameto, 2010 dan Wasis, 2001, Setiawati dkk., 2002) Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

9 1.5.2. Kerangka Konsep Kecerdasan emosional (EQ) Prestasi Belajar Status Gizi Variabel bebas Variabel Terikat Gambar 2. Kerangka konsep hubungan kecerdasan emosi (EQ) dan status gizi dengan prestasi belajar. 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diambil hipotesis: a. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung. b. Terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung.