BAB I PENDAHULUAN. dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. melalui tuturan di dalamnya. Stiker juga merupakan salah satu media

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raydinda Nacita Ramadhani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan pesan baik itu berupa ide, gagasan, maupun informasi.

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, maksud, pikiran, lain-lain. Sarana komunikasi tersebut. masyarakat dan bahasa tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

ERIZA MUTAQIN A

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. wahana kritik sosial. Kritik sosial dalam WLLC diwujudkan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

ANALISIS WACANA PLESETAN PADA KAOS DAGADU DJOKDJA (KAJIAN PRAGMATIK)

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI dan Tetangga Masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu berintraksi dengan sesama manusia. Manusia dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. tutur. Kegiatan berinteraksi antara penutur dan mitra tutur dapat berupa dialog

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa juga mengalami perkembangan dalam setiap peradapan. Bahasa sebagai media komunikasi selalu dikaitkan dengan makna. Makna dipahami dan diuraikan dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir diwujudkan dalam aksi atau tindakan. Pada awal abad ke-20, Ferdinan de Saussure berhasil menemukan teori bahasa yang ternyata menjadi tonggak penting seluruh ilmu sosial dan humaniora sepanjang abad ini. Kaum strukturalisme Eropa yang mengangkat bahasa pada tatanantatanan baku menggambarkan bahwa tidak ada kaitan yang langsung, logis, dan alamiah di antara tiga hal, yakni: penanda (Signifer), maknanya (signified), dan realitas di dunia yang diacunya (referent), kecuali kaitan yang diada-adakan dan sewenang-wenang (arbitrary). Hukum mana suka inilah yang sampai saat ini dianut ilmu bahasawan dalam mengembangkan ilmu bahasa. Tidak ada penjelasan yang mutlak mengapa kursi disebut kursi, bahasa disebut bahasa, dimana pun tempatnya. Perkembangan bahasa dalam suatu peradaban mempunyai kaitan dengan fungsinya sebagai komunikasi. Semakin sering bahasa itu digunakan 1

2 dalam komunikasi, semakin cepat perkembangannya. Tidak menutup kemungkinan suatu bahasa hilang karena ditingkalkan penuturnya. Hal ini juga memungkinkan bahasa-bahasa baru terbentuk. Hubungan antara perkembangan kebudayaan dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dijelaskan Brown dan Yule (1996: 2) bahwa kemampuan menyampaikan informasi melalui pemakaian baasa membuat orang mampu mengunakan pengetahuan nenek moyangnya dan menyerap pengetahuan orang lain serta kebudayaan yang lain. Informasi yang dimaksud di sini memiliki lingkup yang luas tetapi efektif. Adapun keefektifan sebuah pesan tergantung pada pembuatnya. Dilihat dari unsur kuantitas produksi berbahasa turut mempengaruhi keefektifan sebuah pesan. Pesan yang efektif ditangkap oleh penerimanya dengan tepat seperti yang diharapkan pembuatnya. Bahasa yang terlalu panjang tidak menjamin pesan yang disampaikan efektif dan diterima dengan baik oleh penerimanya. Pembuat pesan dengan bahasa yang singkat juga belum tentu menjamin kejelasan pesan. Faktor-faktor di luar penutur juga memberi kontribusi besar. Faktor yang dimaksud berupa aspek tata bahasa dan penguasaan konteks yang menyertai bahasa tersebut. Berdasarkan sudut pandang produksinya, bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulis. Keduanya mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Ciri yang menonjol pada bahasa lisan, yakni digunakannya isyarat paralinguistik atau bahasa nonverbal seperti ekspresi

3 wajah dan gestur, sedangkan bahasa tulis memiliki kelebihan lebih mudah untuk dianalisis. Bahkan, demi kepentingan analisis bahasa lisan pun harus ditransfer ke dalam bahasa tulis. Produksi bahasa oleh penuturnya sering mengalami fenomena-fenomena yang menarik untuk dicermati, salah satunya adalah bahasa plesetan. Bahasa plesetan dianggap penyimpangan dari bahasa yang dipakai masyarakat karena memiliki pola-pola yang tidak lazim dan melanggar konvensi kebahasaan. Ketidaklaziman memiliki dua kemungkinan anggapan, yakni sebagai hal yang terpuji atau tercela. Plesetan sering dipandang dalam kaitannya dengan hal-hal nonkebahasaan sebagai sifat nonkonfrontatif, tidak jujur, tidak serius, dan semaunya. Hal ini terlihat pada sering dipakainya bahasa plesetan pada situasi tutur yang banyak menekankan humor dan kelucuan, serta besifat santai. Bahasa plesetan mewakili tiga fungsi (informatif, ekspresif, dan direktif) yang tidak dapat digantikan oleh bahasa resmi. Fungsi informatif plesetan merupakan salah satu cara menyampaikan pesan dengan format nonresmi dan tidak berpegangan pada konvensi bahasa yang telah ada. Fungsi ekspresif mewakili rasa seni dalam berbahasa dan mengeluarkan sesuatu yang menjadi jati diri seseorang. Adapun fungsi direktif menempatkan plesetan sebagai bahasa langsung yang digunakan pada situasi tutur keseharian. Bahasa plesetan sering dikaitkan sebagai praktik berbahasa yang sewenang-wenang, sebagai akibat dari tata sosial dalam sebuah pemerintahan yang dianggap

4 tidak adil. Terlepas dari unsur lucu dan menghibur sebagai fungsi yang menonjol, bahasa plesetan memiliki peluang sebagai alat kritik yang tersamar. Plesetan jenis ini biasanya menggunakan gaya bahasa ironi. Sindiran tetap terasa pedas meskipun dalam bentuk humor. Beberapa bentuk sindiran dengan bentuk plesetan kadang kala lebih menyakitkan daipada kritikan langsung. Bidang kehidupan yang sering memanfaatkan bentuk plesetan sebagai alat kritik diantaranya bidang politik dan hiburan. Sebagai contoh nyata yang sedang popular pada saat ini yaitu sebuah acara di setasiun televisi swasta yang berjudul democrasy yang diplesetkan dari kata demokrasi. Acara tersebut memuat hiburan dan kritik terhadap fenomena-fenomena sosial dan politik di Indonesia pada waktu itu. Pada dasarnya plesetan yang dikenal masyarakat selalu memuat prinsip dan aturan tertentu sebagai unsur pembentuknya. Menurut Ariel Heryanto (1996:132-133), Prinsip prinsip plesetan seperti halnya lelucon, hanya akan berhasil apabila ada tiga hal, yaitu (1) kelaziman (acuan yang jelas tentang makna suatu kata dan disepakati bersama); (2) penyelewengan; dan (3) ada pihak yang menerima. Bahasa disebut plesetan apabila memiliki acuan atau hal yang ditiru, kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga berbeda dari acuannya. Acuan plesetan tidak memiliki batasan pada bidang tertentu. Berbagai aspek kehidupan tentunya boleh saja dijadikan plesetan kecuali hal yang

5 menyimpang dari nilai agama dan hak-ak asasi manusia. Selain kedua bidang tersebut untuk saat ini tidak ada yang luput dari plesetan. Penyelewengan yang terjadi pada plesetan secara mutlak berada di tangan pembuatnya. Sebagai contoh sebuah wacana yang mengandung fenomena tindak tutur perlokusi Saya ndak suka situ baca tulisan ini, wacana tersebut merupakan tindak tutur perlokusi langsung karena data yang dituliskan penutur mempunyai maksud agar si mitra tutur atau pembaca tidak membaca tulisan tersebut. Tindak perlokusi di atas mempunyai daya pengaruh atau efek bagi lawan tutur secara langsung setelah membaca wacana tersebut pasti akan menghentikan kegiatan membacanya. Umumnya pengguna plesetan ialah para remaja karena penutur yang sering melakukan praktik plesetan adalah remaja. Kondisi psikologi remaja yang mengedepankan kebebasan dan cenderung memberontak aturan yang berlaku di sekitarnya diyakini sebagai alasan kuat bahasa plesetan terbentuk. Saat ini plesetan lebih berkembang di kalangan dewasa dan orang tua. Kalangan praktisi politik menggunakan plesetan ini sebagai media kritik. Bahasa plesetan, Khususnya di Yogyakarta berakar pada kebiasaan kaum muda Jawa menyisipkan tindak tutur yang lucu dalam omongan sehari-hari. Hal ini dapat ditelusuri sebagai sifat kas yang dimiliki orang Jawa secara umum. Wacana plesetan kaos Dagadu Djokdja menarik untuk diteliti dan disimak. Dalam wacana kaos Dagadu Djokdja selain penutur menuturkan

6 kalimat tuturan tidak langsung kepada lawan tutur atau pembaca, penutur juga menggunakan gambar indeksal untuk mendukung suatu maksud dalam wacana plesetan, selain itu juga bertujuan untuk menambah daya tarik kepada lawan tutur atau pembaca. Sebuah komunikasi yang wajar (dalam arti serius) mempunyai prinsipprinsip yang harus diperhatikan penutur dan lawan tutur agar berjalan lancar (makna dari penutur tersampaikan seperti yang dikehendaki lawan tutur). Penyimpangan terhadap prinsip-prinsip ini akan membuat komunikasi mengalami ketidak wajaran. Ketidak wajaran inilah yang salah satu dasar mengapa bahasa plesetan terjadi. Menurut Wuri Soejatmiko (dalam Wijana, 2003: 20) humor ditingkat wacana diciptakan lewat penyimpangan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Contoh wacana yang mengandung penyimpangan maksim dalam prinsip kerja sama Saya ndak suka situ mbaca tulisan ini, wacana tersebut merupakan wacana yang menyimpang dari maksim cara, maksm ini menginginkan kejelasan maksud dan tidak bertele-tele. Agar tidak menyimpang dari maksim cara, wacana tersebut dapat diganti dengan kalimat Situ tidak usah baca tulisan ini. Kalimat tersebut lebih mengacu pada kejelasan makna atau maksud dibandingkan dengan kalimat sebelumnya. Plesetan sebagai bagian dari humor menganut penyimpangan kedua prinsip tersebut.

7 Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil wacana plesetan kaos Dagadu Djokdja edisi 2009 sebagai bahan penelitian. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tindak tutur perlokusi dan penyimpangan maksim dalam prinsip kerja sama yang terjadi dalam wacana plesetan kaos Dagadu Djokdja edisi 2009. Berangkat dari ini peneliti mengambil judul penelitian Tindak Tutur Perlokusi dan Penyimpangan Prinsip Kerja Sama Pada Wacana Plesetan Kaos Dagadu Djokdja Edisi 2009, dengan menggunakan pragmatik sebagai ancangannya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk tindak tutur perlokusi ditinjau dari psikologinya yang terdapat pada wacana plesetan kaos dagadu djokdja edisi 2009? 2. Bagaimana maksud yang terkandung pada wacana plesetan kaos Dagadu Djokdja edisi 2009 dilihat dari keliteralan dan kelangsungannya? 3. Bagaimana penyimpangan prinsip kerja sama yang terdapat pada wacana plesetan kaos dagadu djokdja edisi 2009?

8 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi uraian tentang tujuan secara spesifik yang ingin dicapai dan hendak dilakukan. Berdasarkan masalah yang dikaji, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Memaparkan bentuk tindak tutur perlokusi ditinjau dari psikologinya yang terdapat pada wacana plesetan kaos dagadu djokdja edisi 2009? 2. Bagaimana maksud yang terkandung pada wacana plesetan kaos Dagadu Djokdja edisi 2009 dilihat dari keliteralan dan kelangsungannya? 3. Memaparkan penyimpangan prinsip kerja sama yang terdapat pada wacana plesetan kaos dagadu djokdja edisi 2009? E. Manfaat Penelitian Adanya perumusan manfaat penelitian sering diperlukan dan biasanya juga sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis Edi Subroto (2007:99). Di bawah ini akan diuraikan setiap manfaat yang dimaksud sebagai berikut.

9 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tindak tutur para penulis bahasa plesetan disini kaos sebagai medianya melalui pendekatan pragmatik. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis pada penelitian ini adalah memberikan informasi yang berarti bagi peneliti khususnya dan pembaca mengenai tindak tutur wacana plesetan yang ada pada kaos dagadu djokdja. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.