I. PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

IV. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Nama : Heru Sudrajat NIM : D

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : Slamet Heri Winarno

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB. I. PENDAHULUAN A.

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. kaya akan kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman jenis flora dan fauna

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme.

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PELAYANAN SARANA PRASARANA DAN HARGA YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGUNJUNG DI KEBUN BINATANG SURABAYA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. TSI II Prigen ini merupakan Safari Park terbesar di Asia yang berlokasi di

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

III. KERANGKA PEMIKIRAN

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 ( 5 April 2016).

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi. Keanekaragaman makhluk hidup yang menjadi kekayaan alam Indonesia ini dimungkinkan karena letak kepulauan Indonesia yang berada diantara dua wilayah biogeografis utama dunia yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Berdasarkan penelitian dunia, 10 persen tumbuhan dan 17 persen satwa di dunia ada di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 persen dari luas bumi. Karena kekayaan satwa dan tumbuhannya itu maka dunia menyebut Indonesia sebagai negara mega biodiversity, yaitu negara yang memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo 1. Kekayaan jenis satwa Indonesia merupakan peringkat pertama dunia untuk jenis mamalia (binatang menyusui) yang berjumlah sekitar 515 jenis, dengan 36 persennya adalah satwa yang hanya dapat ditemukan di Indonesia atau lebih dikenal dengan istilah endemik. Dari golongan primata terdapat 36 jenis, dan 18 persen diantaranya adalah endemik Indonesia. Untuk burung yang terdiri dari 1.539 jenis, dari keluarga burung nuri dan kakatua yang berjumlah 78 jenis, 44 persen diantaranya adalah endemik Indonesia. Selain itu di Indonesia juga terdapat 16 persen reptil, 45 persen ikan, dan 15 persen serangga yang ada di dunia 2. Namun walaupun Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan satwa langka, di sisi lain juga dikenal sebagai negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa yang terancam punah. Suatu jenis satwa dikatakan terancam punah jika dalam waktu yang tidak lama lagi jenis satwa tersebut akan segera punah jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkannya, padahal kehidupan satwa-satwa ini menyeimbangkan bumi dengan fungsi ekologis serta interaksi biologis yang terjaga. Kehidupan manusia sangat bergantung padanya. Oleh karena itu, upaya pelestarian satwa langka ini penting dilakukan untuk menyelamatkannya dari kepunahan. Saat ini pelestarian satwa langka menjadi salah satu bidang yang menjadi perhatian besar bagi pemerintah. 1 Indonesia. Januari 2010. www.wikipedia.com. (Diakses Tanggal 20 Februari 2010) 2 Mega Biodiversity yang Terancam. 2 Mei 2008. www.balivetman.wordpress.com. (Diakses Tanggal 25 Februari 2010)

Berbagai upaya pelestarian satwa langka ini dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga dan memelihara kekayaan alam Indonesia. Hal ini didukung dengan adanya bagian Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Kementerian Kehutanan Republik Indonesia yang fokus dalam mempertahankan kekayaan Indonesia khususnya flora dan fauna langka. Untuk kegiatan konservasi ini pemerintah membuat kawasan pelestarian alam ataupun kawasan dilindungi yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya. Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam juga mendorong organisasi-organisasi non pemerintah, kelompok atau perorangan terlibat dalam upaya pelestarian alam ini. Salah satu kriteria bagi kawasan yang dilindungi adalah Taman Wisata, yaitu kawasan alam atau lanskap yang kecil atau tempat yang menarik dan mudah dicapai pengunjung, dimana nilai pelestarian rendah dan pengelolaan yang berorientasi rekreasi atau wisata. Adapun tujuan dari pengusahaan taman wisata adalah untuk pelestarian keanekaragaman spesies dan genetik, pendidikan (lingkungan), serta rekreasi dan wisata alam 3. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa upaya pelestarian ini juga terkait dengan minat masyarakat terhadap sektor pariwisata yang dapat mendorong pengusahaan taman wisata tersebut. Secara umum, minat masyarakat Indonesia terhadap sektor pariwisata dapat dilihat dari adanya perkembangan sektor pariwisata yang didukung oleh pendapatan masyarakat yang meningkat, semakin tingginya aktivitas kerja masyarakat perkotaan, dan meningkatnya subsektor jasa swasta yang meliputi kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan dan rumah tangga. Menurut data BPS, pertumbuhan subsektor jasa swasta sekitar 7,6 persen pada tahun 2007 yang kemudian meningkat di tahun 2008 menjadi 8,0 persen. Kenaikan tertinggi dialami oleh jasa hiburan dan rekreasi yaitu sekitar 8,7 persen pada tahun 2008, dibandingkan jasa sosial kemasyarakatan serta jasa perorangan dan rumah tangga masing-masing tumbuh sekitar 8,4 persen dan 7,8 persen di tahun 2008. Data tersebut menunjukkan 3 Widada. 2001. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Upaya Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun. www.rudyct.com. (Diakses Tanggal 1 Maret 2010) 2

bahwa terjadi peningkatan minat atau kebutuhan masyarakat terhadap jasa hiburan dan rekreasi. Menurut Gaol (2008) pertumbuhan pariwisata sebagai fenomena sosial dan ekonomi telah berkembang cukup signifikan khususnya beberapa tahun terakhir ini yang ditandai dengan berkembangnya aspek 4T (Transportation, Telecommunication, Tourism, and Technology). Kecenderungan kunjungan wisatawan yang selalu meningkat dari waktu ke waktu, juga disebabkan oleh hari libur yang semakin panjang, tabungan masyarakat yang semakin besar, ukuran keluarga yang semakin kecil, tingkat kesehatan yang semakin baik, dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi (Yoeti, 2006). Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sektor jasa rekreasi dan wisata mendorong berbagai pihak untuk lebih menggali potensi alam Indonesia guna dijadikan obyek wisata yang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah Kabupaten Bekasi yang memiliki moto SWATANTRA WIBAWA MUKTI (Swatantra artinya Daerah yang mengurus rumah tangga sendiri, Wibawa artinya Pengaruh, Mukti artinya Jaya, Makmur), berupaya untuk menuju pembentukan daerah otonom yang seluasluasnya dan mengatur rumah tangganya sendiri. Untuk mewujudkan tujuan daerah tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Bekasi berusaha untuk selalu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan salah satu caranya mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Bekasi. Berkembangnya sektor pariwisata akan meningkatkan pendapatan daerah, karena berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 7 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan, setiap jenis pengusahaan tempat rekreasi dan tempat sarana olahraga memiliki kewajiban untuk membayar retribusi. Subyek retribusi izin usaha kepariwisataan adalah setiap orang atau badan yang memperoleh dan menikmati pelayanan ijin usaha kepariwisataan yang dibayarkan setiap tahun berjalan sesuai dengan klasifikasi atau golongan, profesi dan kelas perusahaan. Adapun obyek wisata yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Bekasi sampai saat ini adalah wisata situ (situ cibeureum, situ burangkeng, situ tegal abidin), wisata pantai (pantai muara bendera dan pantai muara benting), wisata cagar budaya (batujaya, gedung tinggi tambun, gedung tuan tanah gabus), wisata 3

kuliner (kampoeng djamoe organik dan rumah makan saung juragan), dan wisata taman (Taman Buaya Indonesia Jaya). Rencana pembangunan jangka menengah daerah 2007-2012 Kabupaten Bekasi, bertujuan menurunkan angka kemiskinan, menciptakan peluang pasar UKM dan lapangan pekerjaan, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Obyek Daerah Tarik Wisata (ODTW). Rencana pembangunan ini juga sekaligus untuk mendukung visi Kabupaten Bekasi, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 33 Tahun 2001, yaitu Manusia Unggul yang Agamis berbasis Agribisnis dan Industri berkelanjutan. Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ), Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi merupakan taman wisata milik swasta yang menjadikan buaya sebagai obyek utama untuk menarik pengunjung sekaligus sebagai upaya pelestarian binatang langka yang dilindungi undang-undang. Buaya merupakan salah satu jenis satwa dilindungi dan dimonitor perkembangannya oleh Kementerian Kehutanan RI, khususnya Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Hayati. Adapun jenis koleksi buaya TBIJ adalah Buaya Muara, Buaya Air Tawar, dan Buaya Senyulong. Selain itu ada juga buaya albino dan jenis buaya buntung yang oleh sebagian masyarakat dipercaya memiliki kekuatan magis. Selain kolam yang berisi buaya, TBIJ juga menyediakan berbagai wahana mainan bagi anak-anak (seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, mandi bola, dan komedi putar). Pada hari Minggu atau hari libur, pengelola menyajikan atraksi Joko Tingkir, yaitu atraksi buaya dengan manusia yang dikombinasikan dengan atraksi debus dan edukasi tentang pengenalan serta cara menghadapi binatang buas (ular). Upaya ini dilakukan pengelola untuk lebih menarik minat pengunjung dari wilayah Kabupaten Bekasi dan untuk lebih luasnya daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Di Jabodetabek sendiri ada beberapa obyek wisata yang memanfaatkan buaya untuk obyek wisata, diantaranya adalah Taman Safari Bogor dan Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Namun obyek wisata yang melakukan penangkaran buaya secara khusus, ada dua yaitu Taman Buaya Teluk Naga di Tangerang dan Taman Buaya Indonesia Jaya yang berlokasi di Kabupaten Bekasi dan keduanya merupakan milik Lukman Arifin dan berada di bawah nama CV TBIJ. 4

Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ) merupakan salah satu obyek wisata Kabupaten Bekasi yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan kelestarian buaya dan perolehan keuntungan secara maksimal guna membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik secara langsung melalui pembayaran retribusi TBIJ kepada pemerintah daerah ataupun tidak langsung yaitu dengan berkembangnya TBIJ akan menciptakan peluang bisnis dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar TBIJ. Selain itu, bersaing dengan berbagai alternatif obyek wisata yang ada di Jabodetabek, merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Banyaknya alternatif obyek wisata di Jabodetabek membuat TBIJ harus mampu bersaing dengan wisata lain untuk menarik minat pengunjung yang merupakan faktor penting dalam usaha wisata. Melalui tarif tiket masuk wisata yang ditentukan, perusahaan dapat memenuhi biaya operasional untuk menjaga kekontinuitasan usahanya. Berdasarkan uraian di atas, TBIJ membutuhkan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat memanfaatkan peluang secara maksimal dan mencegah berbagai ancaman yang datang dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian strategi pengembangan usaha menjadi suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan perusahaan untuk tetap menjalankan usahanya terkait dengan menjaga kelestarian buaya dan memperoleh keuntungan yang maksimal guna membantu perekonomian daerah serta dapat bertahan dari persaingan. 1.2. Perumusan Masalah Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa, kepuasan pengunjung sebagai konsumen jasa wisata yang ditawarkan patut menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan keberlangsungan usaha wisata sangat tergantung pada jumlah pengunjung yang datang. Taman Buaya Indonesia Jaya merupakan obyek wisata yang peduli terhadap pelestarian keanekaragaman hayati dan dengan potensi yang dimilikinya TBIJ memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai wisata andalan yang dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar. 5

Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ) adalah badan usaha perseorangan milik Lukman Arifin yang bertujuan untuk melestarikan buaya dan mulai beroperasi sebagai obyek wisata pada tahun 1991. Sebagai suatu unit bisnis yang sudah cukup lama bersaing di industri pariwisata, TBIJ juga menghadapi persoalan baik dari aspek operasional maupun manajemen perusahaan. Jumlah pengunjung yang sepi dan masih jauh dari yang diharapkan membuat pengelola merasa prihatin, jumlah pengunjung pada hari Minggu atau hari libur nasional hanya mencapai 150 sampai 200 orang, pada hari kerja pengunjung hanya 5 sampai 8 orang, bahkan tidak jarang dalam satu hari tidak ada satupun pengunjung yang datang ke TBIJ. Berikut data pengunjung TBIJ dari tahun 2005-2009 ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Jumlah Pengunjung TBIJ Tahun 2005-2009 Tahun Jumlah Pengunjung (orang) Persentase Perubahan (%)* 2005 28.304-2006 29.483 4,60 2007 30.711 4,12 2008 31.991 3,62 2009 33.324 4,00 Sumber : Data Jumlah Pengunjung TBIJ Tahun 2005-2009 diolah Data di atas menunjukkan bahwa persentase perubahan jumlah pengunjung selalu bernilai positif sepanjang periode tahun 2005-2009, artinya bahwa pengunjung TBIJ selalu meningkat setiap tahunnya. Namun, peningkatan jumlah pengunjung ini, masih dirasakan kurang berhasil karena belum mampu menutupi biaya operasional perusahaan setiap bulannya. Persentase peningkatan jumlah pengunjung pun tidak signifikan atau masih relatif kecil, yaitu dengan rata-rata persentase perubahan sebesar 4,09 persen per tahun. Rendahnya jumlah pengunjung juga menjadi masalah yang sangat penting ketika hasil dari penjualan tiket pengunjung tersebut tidak mampu menutupi biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya operasional yang harus dikeluarkan terdiri dari gaji karyawan, pakan buaya, perawatan dan perbaikan fasilitas, biaya listrik dan air, serta biaya lain-lain dengan total biaya 6

operasional perusahaan per bulan adalah sebesar Rp 20.000.000,00 Rp 30.000.000,00. Rincian biaya operasional TBIJ tahun 2009 dijelaskan pada Gambar 1. Gaji Karyawan 9% 29% 9% 37% Pakan Buaya Perawatan dan perbaikan fasilitas Listrik dan Air 16% Lain-lain Gambar 1. Biaya Operasional TBIJ tahun 2009, diolah Biaya operasional tersebut dipenuhi dari sumber utama pendapatan perusahaan, yaitu dari biaya tiket masuk pengunjung. Data pengunjung dan pendapatan perusahaan dari tiket masuk per bulan pada Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan data pendapatan dari tiket masuk pengunjung tahun 2009, dengan harga tiket untuk dewasa Rp 12.000,00 dan anak-anak Rp 6.000,00, pendapatan perusahaan per bulan masih belum mampu memenuhi biaya operasional. Namun demikian, perusahaan mengaku dalam satu tahun siklus keuangan, perusahaan tetap memperoleh keuntungan, yaitu dengan mengandalkan bulan-bulan tertentu yang ramai pengunjung seperti libur hari raya dan libur panjang nasional lainnya serta penjualan dari produk buaya (kulit, tangkur, dan replika buaya) yang dilakukan tidak tentu atau hanya jika ada permintaan. Dengan kondisi keuangan perusahaan seperti itu, maka hal ini akan menjadi kendala bagi pemilik jika harus mengeluarkan dana talangan per bulan untuk perbaikan fasilitas ataupun biaya operasional lainnya sehingga perusahaan tidak mandiri. Permasalahan lain yang dihadapi oleh TBIJ adalah sistem manajemen yang kurang efektif. Permasalahan ini disebabkan oleh tidak adanya struktur organisasi perusahaan dan pembagian kerja yang kurang jelas untuk masingmasing karyawan khususnya dalam fungsi manajemen sehingga satu pegawai dapat memiliki wewenang dan tanggung jawab ganda, kondisi ini menyebabkan pegawai tidak fokus dan akhirnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara 7

maksimal. Permasalahan ini juga menyebabkan peran pemilik sangat dominan, sehingga perusahaan memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap satu orang pemilik. Selain itu TBIJ juga belum menjalankan perencanaan, hal ini didukung oleh tidak adanya visi, misi, dan tujuan perusahaan yang menjadi arahan bagi seluruh pegawai perusahaan. Pengawasan yang dilakukan TBIJ juga belum maksimal, kurang maksimalnya pengawasan ini dikarenakan tidak adanya standar baku prestasi yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pegawai. Tabel 2. Jumlah Pengunjung dan Pemasukan dari Tiket Pengunjung TBIJ Tahun 2009 Bulan Kunjungan Jumlah Pengunjung (orang) Jumlah Pemasukan (Rp) Total Pemasukan (Rp) Dewasa Anak-anak Dewasa Anak-anak Januari 600 400 7.200.000 2.400.000 9.600.000 Februari 552 430 6.624.000 2.580.000 9.204.000 Maret 514 315 6.168.000 1.890.000 8.058.000 April 673 441 8.076.000 2.646.000 10.722.000 Mei 663 347 7.956.000 2.082.000 10.038.000 Juni 715 510 8.580.000 3.060.000 11.640.000 Juli 756 600 9.072.000 3.600.000 12.672.000 Agustus 773 465 9.276.000 2.790.000 12.066.000 September 621 314 7.452.000 1.884.000 9.336.000 Oktober 238 140 2.856.000 840.000 3.696.000 November 15.000 7.000 180.000.000 42.000.000 222.000.000 Desember 745 512 8.940.000 3072.000 12.012.000 Jumlah 21.850 11.474 262.200.000 68.844.000 331.044.000 Sumber: Dokumen CV TBIJ, 2010 Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, perusahaan perlu memiliki strategi pengembangan usaha yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Dalam menentukan dan menerapkan suatu strategi, 8

TBIJ perlu mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Oleh karena itu proses perumusan strategi sangat penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi yang paling tepat bagi suatu perusahaan adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Maka beberapa hal yang perlu diteliti dalam merumuskan rancangan strategi pengembangan usaha adalah : 1) Bagaimana kondisi lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) serta kondisi lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dari TBIJ? 2) Bagaimana strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan TBIJ dalam menjalankan usahanya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) serta kondisi lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dari TBIJ. 2) Merancang strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan TBIJ dalam menjalankan usahanya. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1) Bagi pemilik dan pengelola TBIJ, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengambil keputusan dan menetapkan strategi pengembangan usahanya. 2) Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan kebijakan, terutama dalam program pengembangan wisata andalan daerah. 3) Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis suatu permasalahan secara ilmiah. 4) Bagi masyarakat secara umum, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi baru bagi pembaca yang ingin mengetahui strategi pengembangan TBIJ. 9