BAB I PENDAHULUAN. alam di Indonesia sebagai penunjang perekonomian nasional tetapi juga luas daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah Bumi, air dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

I. PENDAHULUAN. terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal. Pengelolaan hutan di Negara Indonesia sepenuhnya diatur dan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati di dunia. Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country,

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

I. PENDAHULUAN. dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mendefinisikan hutan sebagai sekumpulan pohon-pohon atau tumbuhan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. penegakan hukum yang lemah, dan in-efisiensi pelaksanaan peraturan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai bangsa yang percaya dan meyakini kemahakuasaan Tuhan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Moeljatno menyatakan bahwa orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendali ekosistem, pengaturan tata air dan berfungsi sebagai paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional.hal ini disebabkan hutan itu bermanfaat bagi sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan kita. Dalam hutan terdapat banyak kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Penegakan hukum terhadap Illegal Logging di Kabupaten Bone Bolango

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 865/KPTS-II/1999 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN HAK DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STATUS PERLINDUNGAN HUTAN DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kekayaan alam yang sangat banyak termasuk hutan dibanding Negara ASEAN lainnya.hutan yang merupakan sumber daya alam di Indonesia sebagai penunjang perekonomian nasional tetapi juga luas daya lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia sebagai modal pembangunan nasional kekayaan termasuk hutan. Hutan memiliki manfaat yang sangat nyata bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia baik manfaat teknologi dan sosial budaya maupun ekonomi patut di garis bawahi bahwa pada masa orde baru pembangunan yang diarahkan pada pengelolaan sumber daya alam (hutan,tambang,sumber daya air mineral) secara umum didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan investasi untuk pemulihan perekonomian yang harus ditumbuhkan sebagai kekayaan nasional yang di anugerahkan oleh Allah SWT bagi bangsa Indonesia hutan harus dikelola optimal sebagai rasa syukur hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui selama pemanfaaatannya tidak melampui batas pada kenyataannya pemanfaatan hasil hutan sejak diberlakunya Undang- undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang pokok kehutanan telah lepas dari aspek perlindungan kualiatas daya dukung ekosistem serta manfaatnya. 1 Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut mempengaruhi berbagai sistem tatanan masyarakat baik dalam proses, sosial politik,budaya dan ekonomi. Pengeseran tersebut diakibatkan adanya proses 1 Chaerudin dan dkk, Tindak Pidana Korupsi,Bandung : refika Aditama, 2008, hal. 97 1

perpindahan pola bepikir masyarakat yang lebih kritis dan mengedepankan sistem peningkatan tarap ekonomi yang berbasif kerakyatan. Hutan merupakan suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkunganya, dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan untuk menjamin diperolehnya manfaat yang sebesar\- besarnya dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta berbagai faktor pertimbangan pisik hidrologi dan ekosistem maka luas tanah (wilayah) yang minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari luas daratan. 2 Di dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3 Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan bangsa dan Negara keterlibatan Negara dalam pembinaan dan penataan serta pengurusanya sangat dibutuhkan sehingga hutan tersebut dapat dilestarikan dan terhindar dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pihak atau orang yang tidak bertanggung jawab yaitu melakukan kegiatan yag melanggar ketententuan yang berlaku seperti kejahatan penebangan liar atau yang dikenal dengan iliegal logging. 4 Sebagaimana diketahui bahwa setiap pembangunan akan membawa dampak terhadap perubahan lingkungan terutama eksploitasi sumberdaya hutan dalam rangka pengelolaan dan pemamfaatan hasil hutan jelas akan menimbulkan efek dari perubahan kondisi hutan tersebut. Dengan kata lain bahwa eksploitasi 2 ZainAlam Setia,Hukum Lingkungan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000,hal. 3 3 H.S,Salim,Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Jakarta : Sinar Grafika, 2013,hal.14 4 Supriadi,Hukum Kehutanan&Hukum Perkebunan Indonesia, Jakarta :Sinar Grafika, 2011,hal.17 2

sumber daya hutan itu merupakan salah satu bentuk dari pengrusakan hutan..akan tetapi kerusakan hutan dalam bentuk ini, tidak digolongkan sebagai perbuatan melawan hukum. Hal tersebut karena pengrusakan hutan tersebut melalui mekanisme yang terstruktur dan tersistem yang memiliki proses perencanaan atau manajemen yang matang dengan tidak mempertimbangkan upaya-upaya perlindungan hutan itu sendiri. Pembelakan liar yang merupakan istilah dari penebangan liar(ilegal logging), yang menggambarkan semua praktik atau kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan permanenan,pengelolaan dan perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan hukum Indonesia 5.yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan ataupun pohon- pohon yang ada disekitarnya karena jika tidak memperhatikan kondisi lingkungan akibat dari perbuatan penebangan liar tersebut sehingga kerusakan hutan akan terjadi tanpa melihat hutan tersebut dapat di pergunakan atau hutan tersebut merupakan hutan lindung yang telah dilindung oleh Undangundang yang berlaku.maka timbullah kejahatan atau kriminal atau biasa disebut dengan kriminologi. Kriminologi yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang disiplin sosial kejahatan dari segi sosial.kriminologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial sehingga sebagai pelaku kejahatan yang tidak terlepas dalam interaksi sosial yang artinya, kejahatan menarik perhatian karena perbuatan tersebut yang dirasakan dalam hubungan manusia. 6 Fungsi sosial budaya dari hutan dapat dilihat dengan adanya keterkaitan antara hutan dan masyarakat yang tinggal di dalam dan disekitar hutan, baik 5 Ibid,hal.299 6 Abintoro Prakoso,Kriminologi&Hukum Pidana, Yogyakarta : Laksbang Grafika, 20130,hal.1 3

dalam hubungannya sebagai sumber mata pencaharian, hubungan religius, hubungan adat dan sebagainnya.dilihat dari aspek social, illegal loging menimbulkan berbagai konflik seperti konflik ha katas hutan, konflik kewenangan mengelolah hutan antara pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat adat setempat. Aspek budaya seperti ketergantungan masyarakat terhadap hutan, penghormatan terhadap hutan yang masih dianggap memiliki nilai magik juga ikut terpengaruh oleh praktek-praktek illegal logging yang pada akhirnya akan mengubah persepektif dan prilaku masyarakat adat setempat terhadap hutan. Dampak kerusakan ekologi atau lingkungan akibat dari kerusakan hutan sebagai dampak dari illegal logging yang juga menimbulkan kerusakan flora dan fauna. Dalam penelitian yang dilakukan penulis hanya meneliti tentang kriminologi atau ilmu pengetahuan tentang kejahatan dari segi sosial yang terjadi kabupaten bone bolango khususnya kecamatan suwawa selatan dalam kasus ilegal loging atau penebangan liar yang dilakukan pihak yang tidak mengikuti aturan yang berlaku.padahal hutan yang berada di kecamatan suwawa selatan merupakan lokasi kawasan hutan lindung Bogani Nani Wartabone. Para pihak (oknum) tidak menyadari dampak yang diakibatkan oleh kerusakan hutan tersebut. Padahal akan berdampak pada kerugian baik dari aspek ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya. Walaupun masyarakat disekitar kawasan hutan lindung tidak memiliki izin untuk mengelolah isi hutan, mereka tetap mengelolah hutan dan bahkan melakukan penebangan kayu dan hasil dari penebangan kayu tersebut dijual kepada para penada kayu (pembeli). Ironisnya selain masyarakat 4

melakukan penebangan hutan adajuga keterlibatan oknum aparat desa yang melegalkan penjarahan hutan. Luas wilayah kabupeten Bone Bolango secara keseluruhan yaitu 188.356,74 HA dan berdasarkan KEPMENHUT RI Nomor : SK. 324 /Menhut- II/ 2010 yaitu140.098,14 HA, terdiri dari Taman Nasional (TN-BNW) luasnya 104.740.15 HA, hutan lindung luasnya 15.718.25 HA,hutan produksi terbatas (HTP) luasnya 18.803.29 HA, dan hutan produksi 836,45 HA.Dari kesuluruhan luas hutan yang dimiliki kabupaten terjadi penebangan hutan tanpa izin dari dinas kehutanan serta instansi yang terkait.kerusakan hutan setiap tahun banyak mengalami peningkatan maupun penurunan pada tahun2009 terjadi penebangan kayu dikawasan hutan lindung yang berjenis kayu lasi,pada tahun 2012 kerusakan hutan khususnya hutan produksi (HP) mengalami peningkatan sebesar 26,12 HA, pada tahun 2013 kerusakan hutan makin meningkat sebesar 28,16 HA, sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan yaitu 14,32 HA. Hutan produksi(hp) dapat dipergunakan oleh masyarakat yang dimana telah diatur dalam undang-undang sehingga menjaga kelestarian hutan agar terhindar dari kerusakan. Kerusakan hutan itu dikarenakan adanya kegiatan pertambangan rakyat, konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebebunan sehingga tidak memperhatikan kondisi hutan. Kerusakan hutan juga dapat mengakibatkan damapak yang akan di hadapi oleh masyarkat yang di sekitar hutan karena hutan yang rusak. 5

Berdasarkan uraian latar belakang diatas,penulis terfokus untuk melakukan penelitian proposal dengan judul Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Pelaku Ilegal Logging ( Kecamatan suwawa selatan Kabupaten Bone Bolango). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam proposal ini adalah sebagai berikut : 1. Apa tinjauan Kriminologi di masyarakat suwawa selatan dan faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana illegal logging Di Suwawa Selatan? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi dan upaya-upaya yang dilkukan oleh Dinas Kehutanan dalam MenyelesaikanTindak pidana Illegal Logging Di Suwawa Selatan? C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana Illegal Logging di Suwawa Selatan! 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi serta upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dalam menyelesaikan tindak pidana Illegal logging di Suwawa Selatan! 6

D. Manfaat Penelitian 1. Segi Teoritis Dipergunakan sebagai sumbang saran dari dalam ilmu hukum agar dapat memahami ilmu kejahatan social khususnya terkait dengan kriminologi di tinjau dari prespetif hukum dalam bidang kehutanan 2. Segi Praktis Sebagai bahan masukkan untuk dinas kehutanan khususnya semua pihak atau masyarakat dalam memberantas atau menyelesaikan kejahatan social disekitar apalagi tentang kesejehteraan dalam masyarakat agar terhindar dari kerusakan hutan yang diakibatkan oleh orang yang bertanggung jawab sehingga hutan hutan tersebut dapat dijaga dan dilestarikan agar terhindar dari kerusakan hutan di daerah tersebut. 7