Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai sosial, norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

FENOMENA HOMOSEKSUAL DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

Ringkasan Putusan.

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kehidupannya. Masa remaja juga dipahami sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

I. PENDAHULUAN. dengan tindakan ancaman dan kekerasan. Perkosaan sebagai salah satu bentuk kejahatan yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PERFILMAN

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dalam melakukan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan berbagai bentuk kenakalan sosial lain. Kenakalan merupakan

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya, sekolah maupun media massa. Unsur-unsur pengertian sosialisasi adalah sosialisasi merupakan cara belajar atau suatu proses akomodasi dan yang dipelajari adalah nilainilai, norma-norma, ide-ide atau gagasan, pola-pola tingkah laku dan adat istiadat serta keseluruhannya itu diwujudkan dalam kepribadiannya 1. Keseluruhannya itu merupakan segala aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan sosialisasi menyangkut keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi. Sosialisasi juga sebagai proses belajar individu dalam kehidupan bermasyarakat, kehidupan yang berpedoman pada norma-norma. Norma merupakan kaidah, pokok, kadar atau patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman dan menyenangkan 2. Norma sendiri masih terbagi menjadi beberapa jenis seperti norma agama, norma kesusilaan, norma hukum dan adat istiadat, sifatnya pun bermacam-macam seperti ringan lunak, 1 Farida Hanum, Diktat Mata Kuliah: Sosioantropologi Pendidikan, Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta, 2006, hlm. 25. 2007, hlm. 14. 2 Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, Jakarta: Raja Grafindo Persada

memperbolehkan dan menggunakan sedikit paksaan dan bisa sebaliknya bersifat melarang sama sekali bahkan menjadi tabu. Artinya dilarang menjamin atau melakukannya karena diliputi kekuatan-kekuatan gaib yang lebih tinggi. Norma bisa juga berupa larangan-larangan dengan sanksi keras, hukuman atau tindak pengasingan. 3 Kenyataannya, meskipun sudah ada norma yang mengatur kehidupan masyarakat, namun tetap saja ada perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma tersebut. Individu yang berperilaku tidak sesuai dengan norma yang berlaku dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma. Pada umumnya, individu dalam interaksinya dengan individu atau kelompok lain dalam mencapai tujuan tertentu menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku. Sebaliknya, ada individu atau kelompok dalam mencapai tujuannya tidak dapat menyesuaikan norma yang berlaku disebut deviasi. 4 Perilaku-perilaku yang melanggar norma-norma sosial itu disebut sebagai perilaku menyimpang. Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan populasi 5. Homoseksual dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku yang tidak wajar dan menyimpang. Menurut perspektif perilaku menyimpang, masalah sosial terjadi karena 3 Ibid, hlm. 15. 4 S. Wisni Septiarti, Diktat Mata Kuliah Deviasi Sosial, 2009, hlm. 1. 5 Kartini kartono, op. cit, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2007, hlm. 11.

terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Seperti halnya keberadaan homoseksual, sampai saat ini sebagian masyarakat masih belum bisa menerima keberadaan kaum homoseksual. Alasan apapun yang menyatakan bahwa seseorang adalah seorang homoseksual masih saja ditolak oleh masyarakat umum, karena menyukai sesama jenis adalah hal yang tidak wajar. Homoseksual secara sosiologis adalah seseorang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual dan homoseksualitas sendiri merupakan sikap, tindakan atau perilaku pada homoseksual. 6 Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun 7. Kutipan di atas merupakan isi dari kitab Undang-undang hukum pidana pasal 292 yang secara eksplisit mengatur soal, sikap, tindakan homoseksual yang dikaitkan dengan usia di bawah umur. Negara Indonesia belum memiliki perundang-undangan yang secara khusus mengatur masalah-masalah homoseksual. Masyarakat dengan keanekaragamannya memang sulit menerima keberadaan kaum homoseksual, masyarakat seolah tidak ingin tahu alasan seseorang menjadi homoseksual. Masyarakat sepertinya terlanjur menilai kaum homoseksual dari kisah-kisah homoseksual yang pernah dilakukan oleh kaum Nabi Luth zaman terdahulu 8. 6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Grafindo Persdaa, 1990, hlm. 381. 7 Ibid, hlm. 382. 8 Dede Oetomo, Memberi Suara pada yang Bisu, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2003, hlm. 16.

Banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi homoseksual, alasan biologis dan psikologis maupun lingkungan. Sifat keperempuanan dan pengaruh lingkungan menjadikan seorang lelaki menjadi penyuka sesama jenis. Kecenderungan untuk tertarik pada sesama jenis dapat dirasakan baik saat remaja ataupun setelah dewasa. Banyak kaum homoseksual yang menyadari kecenderungan homoseksualnya setelah dewasa, selain itu kecenderungan tertarik pada sesama jenis juga dapat dirasakan saat remaja. Keberadaan homoseksual dalam masyarakat nusantara, perilakunya diatur dengan bermacam-macam cara seperti hubungan dikenal dan diakui. Hubungan homoseksual dilembagakan dalam rangka pencarian kesaktian pemertahanan sakralitas. Orang yang berperilaku homo diberi jabatan sakral, perilaku homoseksual dijadikan bagian ritus sinisasi, perilaku homoseksual dilembagakan dalam seni pertunjukan. 9 Salah satu bukti bahwa keberadaan kaum homoseksual masih belum bisa diterima oleh masyarakat adalah ditentangnya pengadaan festival film homoseksual di Indonesia di akhir tahun 2010 lalu. Fenomena-fenomena homoseksual dapat ditemukan dimana saja termasuk di Kota Yogyakarta. Banyaknya terdapat tempat-tempat hiburan di Yogyakarta yang merupakan tempat yang cenderung digunakan untuk berkumpulnya komunitas-komunitas homoseksual tersebut. Sangat mudah sekali menjumpai kaum homoseksual di Yogyakarta, namun tidak semua berasal dari Yogyakarta, ada juga yang berasal dari luar kota, luar pulau bahkan luar negri. 9 Ibid, Hlm. 30.

Kenyataanya kaum homoseksual tersebut sudah lebih berani untuk memperkenalkan diri sebagai homoseksual baik secara langsung maupun melalui dunia maya. Banyak terdapat sosial network khusus untuk mengakses perkumpulan-perkumpulan kaum homo, facebook khusus kaum homo, chatting room khusus kaum homo dan masih banyak lagi situs-situs yang dikhususkan untuk berkomunikasi antar kaum homoseksual. Tentunya fenomena tersebut berdampak pada kehidupan mereka sebagai kaum homoseksual, misalnya cap negatif dari masyarakat sekitar. Latar belakang di atas merupakan alasan penulis untuk meneliti Fenomena Homoseksual di Kota Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah, antara lain: 1. Masih belum dipahami sepenuhnya bahwa homoseksual sebagai entitas masyarakat pada umumnya. 2. Eksistensi kaum homoseksual di Indonesia sudah mulai terbuka. 3. Persepsi masyarakat terhadap kaum homoseksual sehingga cenderung bersifat negatif. 4. Tabunya persepsi masyarakat terhadap pendidikan seks. 5. Terdapat banyak situs dan sosial network, komunitas dan tempat hiburan di Yogyakarta sebagai sarana berkumpulnya kaum homoseksual. C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini fokus, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada alasan dan latar belakang memilih homoseksual sebagai pilihan hidup dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan kaum homoseksual di Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa homoseksual menjadi pilihan hidup? 2. Bagaimanakah persepsi masyarakat tentang keberadaan kaum homoseksual di Kota Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan alasan memilih homoseksual sebagai pilihan hidup 2. Untuk mendekripsikan persepsi masyarakat tentang keberadaan homoseksual di Kota Yogyakarta F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi-informasi tentang masalah sosial khususnya fenomena homoseksual terutama

kehidupan homoseksual di tengah-tengah masyarakat dengan eksistensinya dan berbagai macam penilaian dari masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi warga Universitas Negeri Yogyakarta mengenai fenomena-fenomena kehidupan homoseksual di kota Yogyakarta. b. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial, terutama tentang masalahmasalah sosial yang berkaitan dengan keberadaan homoseksual. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat agar mulai menyadari bahwa keberadaan kaum homoseksual itu memang benar-benar ada serta keberadaannya ada di sekitar kita. Penelitian ini pun memberikan informasi tentang kehidupan dan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan homoseksual.