BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Menurut Sudana (2011:143) struktur modal (capital structure)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekuitas (Marcus, 2008:6). Sedangkan menurut (Fahmi, 2013:179), struktur modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang sukses akan memperoleh pendapatan (income).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Octavianus Hendratmo (2004) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori yang Relevan dengan Kebijakan Deviden. bahwa teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Struktur Modal 1. Modigliani and Miller (MM) Theory Menurut Adler (2006) Keuangan perusahaan jelas akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Modigliani dan Miller menilai struktur modal perusahaan. Modigliani dan Miller yang dikenal dengan MM. Teori yang dimiliki MM ini mempunyai asumsi sebagai berikut:. 1. Perusahaan dengan kelas sama mempunyai risiko yang sama dimana risiko bisnis tersebut diukur dengan standard deviasi dari laba sebelum bunga. 2. Investor mempunyai harapan yang sama atau homogen terhadap laba perusahaan dan risiko perusahaan terhadap EBIT di masa mendatang. 3. Surat hutang obligasi dan penyertaan dalam bentuk saham diperdagangkan pada pasar saham yang sempurna (perfect capital market). Ciri pasar efisien :. a. tidak adanya pajak pribadi dan pajak perusahaan b. adanya informasi yang merata dan dapat diakses dengan tanpa biaya c. investor bersikap rasional serta tidak adanya biaya transaksi d. investor dapat melakukan diversifikasi atas investasinya e. adanya tingkat bunga pinjaman dan meminjamkannya yang sama besarnya yaitu tingkat bunga bebas risiko. 7

8 Ketika MM teori dipromosikan, tidak adanya pajak merupakan asumsi pertama. Proporsi I : Nilai Perusahaan adalah kapitalisasi laba bersih (EBIT) atau laba sebelum bunga dan pajak dengan tingkat kapitalisasi (ko) yang konstan sesuai dengan tingkat risiko perusahaan. Nilai perusahaan yang tidak mempunyai hutang sama dengan nilai perusahaan yang mempunyai hutang. Ini juga berarti struktur modal tidak berlaku pada perusahaan tersebut. Proporsi 2: Biaya ekuitas yang mempunyai hutang kel, merupakan jumlah dari biaya ekuitas yang tidak mempunyai hutang plus risk premium. Proporsi 3 : MM teori Investasi baru akan meningkatkan nilai perusahaan. 2. Pecking Order Theory Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutanurutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan-perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencakupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Pendanaan atas dasar pecking order theory, perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal. Apabila

9 digunakan dana yang berasal dari eksternal maka urutan pendanaan yang disarankan adalah pertama dari laba ditahan, diikuti hutang, dan yang terakhir penerbitan ekuitas baru. Pecking Order Theory mengemukakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal (retained earnings) sebanyak mungkin untuk membiaya proyek-proyek di dalam perusahaan. Utang menjadi pilihan kedua setelah sumber pendanaan internal kemudian convertible bond, preffered stock, dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan menerbitkan common stock (exrernal equity). Hal ini terjadi karena adanya transaction cost didalam mendapatkan dana dari pihak eksternal. 3. Asymmetric Information Theory Asymmetric information theory merupakan suatu kondisi dimana manager perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya (Gitman, 2009). Adanya asymmetric information membuat manager perusahaan lebih leluasa bertindak di dalam menentukan strategi capital structure karena lebih menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak.

10 4. Agency Theory Teori ini dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (Lukas Setia Atmaja, 2008 : 12), manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut biaya agensi. Biaya agensi menurut Lukas Setia Atmaja (2008 : 12) adalah biaya yang muncul ketika satu atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain ( agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Salah satu pendapat dalam agency theory adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakini bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham. Mereka juga berpendapat bahwa agency relationship merupakan sebuah ikatan kerja dimana satu orang atau lebih sebagai pemegang

11 saham perusahaan (principal) menunjuk pihak lain (agent) untuk memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan atas nama principal. B. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli yang menuangkannya dalam buku mereka, diantaranya adalah: Weston dan Copeland (dalam Situmorang, 2010) memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham. Nilai buku modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan akumulasi laba ditahan. Jika perusahaan memiliki saham preferen, saham akan ditambahkan ke ekuitas pemegang saham.

12 Menurut Gitman (dalam Situmorang, 2010), definisi struktur modal adalah campuran dari utang jangka panjang dan ekuitas yang harus dipertahankan oleh perusahaan". Struktur modal perusahaan menggambarkan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal ekuitas yang digunakan oleh perusahaan. Pengertian modal secara dasar atau modal yang benar-benar dimiliki perusahaan adalah modal sendiri yang merupakan kelebihan nilai aktiva di atas hutang-hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak pemberi pinjaman. Hal ini sesuai dengan pengertian ekuitas menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007): PSAK No.21, Paragraf 2 dan 3, yaitu: 1. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. 2. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah kombinasi penggunaan hutang dan modal sendiri oleh perusahaan untuk membiayai aktifitasnya dalam rangka peningkatan nilai perusahaan.

13 2. Arti Penting Struktur Modal Arti penting struktur modal dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik di antara tiap-tiap komponen yang terdapat dalam struktur modal tersebut. Perbedaan karakteristik tersebut secara umum mempunyai pengaruh kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang. Adapun karakteristik dari tiap-tiap sumber pembiayaan yang pokok antara lain adalah modal sendiri dan modal asing. Karakteristik utama dari modal sendiri terletak pada tidak adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali setiap keadaan dan tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Pada umumnya elemen-elemen modal sendiri adalah antara lain modal saham, cadangan dan laba ditahan. Modal saham adalah modal dasar perusahaan, sedangkan laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham dan belum ditetapkan tujuan penggunaannya. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva dan pada investasi untuk menghadapi resiko kerugian/kegagalan yang relatif besar. Karakteristik umum modal asing adalah semakin lama jangka waktu dan semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang-hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas kesempatan bagi perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana yang berskala dari hutang tersebut. Meskipun

14 demikian, hutang tersebut harus tetap dibayar kembali pada waktu yang tepat tanpa melihat kondisi keuangan perusahaan pada saat itu. Supaya tercapai struktur modal yang optimal, maka perusahaan harus dapat mengelola dengan baik bagaimana memilih sumber-sumber pembiayaan yang ada di pasar modal, yang mampu memberikan nilai maksimal atas harga saham perusahaan dan juga mempunyai biaya yang minimal atas jenis modal yang dipilihnya. C. Komponen-Komponen Struktur Modal Menurut Bernstein & Wild dalam buku Sugiarto (2009 : 2), yang menyatakan bahwa hakikatnya struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan lebih menggambarkan target komposisi hutang dan modal (ekuitas) dalam jangka panjang pada suatu perusahaan. Terdapat beberapa rasio untuk mengukur struktur modal menurut Syamsuddin (2009 : 54-56) diantaranya adalah : 1. Debt Asset Ratio (DAR) Rasio yang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dapat dibayar oleh kreditur. Semakin tinggi DAR semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rumus : Total Liabilities DAR = Total Aset

15 2. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Besar kecilnya penggunaan hutang dalam perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap rentabilitas ekonomi, dan besar kecilnya rentabilitas modal sendiri akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan. Rumus : Long Term Debt DER = Stockholders Equity 3. Time Interest Earned (TIE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajibankewajiban tetap berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan di dalam membayar bunga-bunga atas segala utangutangnya. Rumus : Earning Berofe Interest and Taxes TIE = Annual Interest Payment

16 1. Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt) Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang biasanya timbul, karena adanya kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikan jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi hutanghutang yang lain. Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek. Menurut Sundjaja dan Barlian (2007:324), utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 20 tahun. Pinjaman utang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi utang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (utang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalam surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut. Kelebihan penggunaan hutang jangka panjang bagi perusahaan sebagai sumber dana perusahaan, yaitu :

17 1) Biaya hutang terbatas, dimana para kreditur tidak ikut menikmati laba yang diperoleh perusahaan 2) Jika digunakan pembiayaan hutang, pemilik perusahaan (pemilik saham mayoritas) tidak ikut mengendalikan pengelolaan perusahaan 3) Bunga yang dibayarkan merupakan pengurangan pajak penghasilan 4) Melalui financial leverage di mungkinkan laba per lemar saham akan meningkat. Kelemahan penggunaan hutang jangka panjang bagi perusahaan sebagai sumber dana perusahaan, yaitu : 1) Hutang memiliki biaya yang tetap, jika perusahaan mengalami kemunduran yang tajam maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam membayar hutang 2) Tingkat leverage yang tinggi berarti memerlukan tingkat laba yang semakin tinggi pula 3) Hutang memiliki tingkat jatuh tempo yang pasti dan sewajarnya perusahaan harus melunasi sesuai dengan waktu yang ditentukan 4) Karena hutang jangka panjang merupakan suatu ikatan dalam jangka waktu yang relatif lama, bobot resiko yang terkandung didalamnya cukup tinggi 5) Dalam ikatan kontrak jangka panjang, persyaratannya cenderung lebih berat dibandingkan persyaratan hutang jangka pendek 6) Selalu ada batasan seberapa besar dana dapat digali melalui hutang jangka panjang.

18 2. Modal Sendiri Menurut Sundjaja at al. (2007:324), modal sendiri/equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan. Modal sendiri/ekuitas modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri, berasal dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik. Modal sendiri merupakan modal dalam suatu perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko usaha maupun risiko kerugian-kerugian lainnya. a. Saham preferent (prefered stock) Saham preferen adalah saham yang memiliki preferensi atas saham biasa dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan, saham preferen memberikan pendapatan yang relatif konstan, disamping itu biaya modal saham preferen cenderung lebih tinggi dari pada biaya hutang, karena resiko yang dihadapi pemegang saham preferen lebih besar dari resiko pemegang obligasi pemegang saham preferen memiliki preferen dalam pembayaran deviden. Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut Sundjaja at.al (2007) adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan 2. Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil risiko untuk memaksakan jika

19 usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya 3. Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan pembayaran melalui utang baru dan divestasi. b. Saham biasa (common stock) Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi. Dari segi investor (Sundjaja, 2007) keuntungan menggunakan saham (modal sendiri) adalah sebagai berikut: 1. Memiliki hak suara (hak kendali) dalam perusahaan 2. Tidak ada jatuh tempo 3. Karena menanggung resiko yang lebih besar, maka kompensasi bagi pemegang modal sendiri lebih tinggi dibanding dengan pemegang modal pinjaman.

20 c. Laba ditahan Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan yang ditahan, dan merupakan salah satu sumber dan internal perusahaan. Besarnya laba dimasukkan dalam cadangan atau laba ditahan, selain tergantung pada besarnya laba diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung pada dividend policy yang dijalankan perusahaan. Meskipun laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan sebagai dividen, maka bagian laba yang dijalankan cadangan adalah jumlahnya. D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Berdasarkan hasil kajian studi teoritis, yakni pecking order theory dan kajian empiris, dapat diidentifikasikan faktor-faktor utama yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, antara lain : 1. Profitabilitas Pengertian Prifitabilitas menurut Gitman (2009), terdapat banyak cara untuk mengukur profitabilitas, berbagai pengukuran ini memugkinkan analis untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan dilihat baik dari sisi penjualan, aset ataupun investasi pemilik.

21 Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Sutrisno (2009:222) adalah sebagai berikut : 1. Profit Margin (NPM) Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus : Laba Setelah Pajak NPM = Penjualan Bersih 2. Return On Assets (ROA) ROA sering disebut juga rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dlam mengfhasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rumus : Laba Setelah Pajak ROA = Total Aktiva 3. Return On Equity (ROE) ROE yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Rumus : Laba Setelah Pajak ROE = Modal Setelah Pajak

22 4. Return On Investment (ROI) ROI merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Rumus : Laba Setelah Pajak ROI = Total Aktiva 5. Earning Per Share (EPS) EPS merupakan ukuran kemempuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang pemiliki. Rumus : Laba Setelah Pajak EPS = Jumlah Saham Yang Beredar 2. Likuiditas Setiawan (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung tidak melakukan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Menurut Benny Alexandri dan Linna Ismawati (2007:16) Mengukur likuiditas ada bermacam-macam yaitu :

23 1. Current Ratio Yaitu membandingkan total aktiva lancar dengan hutang lancer, rumusnya adalah : Aktiva Lancar CR = Hutang Lancar 2. Acid Test (Quick) Ratio Yaitu ukuran yang lebih yang lebih konservatif dalam mengukur likuiditas karena persediaan tidak ikut digunakan sebagai pembilangnya. Rumusnya adalah : Aktiva Lancar - Persediaan QTR = Hutang Lancar 3. Net Working Capital Yaitu rasio modal kerja bersih yang digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya adalah : Aktiva Lancar Kewajiban Lancar NWC = Kewajiban Lancar 3. Growth (Pertumbuhan) SFAC No. 1 (FASB) menyatakan bahwa user khususnya investor dan kreditor ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba untuk menilai

24 earning power dan menilai risiko apabila berinvestasi atau memberikan pinjaman. Pernyataan SFAC No. 1 memberikan pengertian bahwa pengguna laporan keuangan sangat berkepentingan terhadap informasi laba. Informasi laba akan berguna dalam memberikan prediksi dan estimasi khususnya dalam prediksi dan estimasi pertumbuhan laba, dimana prediksi dan estimasi dibuat dengan mengolah informasi-informasi yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Prediksi dan estimasi pertumbuhan laba sangat berguna bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut, serta bagi para manajemen untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah mereka terapkan. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan cara : Pertumbuhan Laba = Laba t Laba t-1 Laba t-1 4. Size (Ukuran Pertumbuhan) Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari laporan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar, tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan

25 didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan cara : Ukuran Perusahaan = log (Total Aktiva) 5. Risiko Bisnis Menurut Gitman (2009) risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah. Dunia investasi mengenal risiko bisnis sebagai bagian dari risk premium, yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan yang disebabkan oleh sifat alami dari bisnis itu sendiri seperti produk, pelanggan dan cara penghasilan produknya (Brown dan Reilly 2009). Oleh karena itu risiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun dengan menggunakan rumus sebagai berikut : RISK = STD Return Saham Return = Pi,t Pi,t-1 Pi,t-1

26 6. Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva Laba ditahan terhadap total aktiva berguna untuk memprediksi prospek profitabilitas perusahaan pada masa yang akan datang dengan kondisi ekonomi yang berbeda. Laba ditahan terhadap total aktiva dipandang sebagai indikator prospek perusahaan. Laba ditahan terhadap total aktiva dapat dihitung sebagai berikut : Retained Earning to Total Aktiva = Laba Ditahan Total Aktiva 7. Struktur Aktiva Menurut Syamsudin (2007:9) struktur aktiva adalah: Penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam satu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimasukkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa.

27 Variabel ini diukur dengan rumus : Aktiva Tetap SA = Total Aktiva E. Penelitian Terdahulu Tinambunan (2008) dalam penelitiannya menguji pengaruh kebijakan dividen perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kebijakan dividen perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Secara parsial kebijakan dividen dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal beberapa sektor industri yang dianalisis. Weli perwira (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur dan menguji hipotesis pecking order theory. Pada penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah profitability, liquidity, institutional ownership, manajerial ownership, growth, size serta struktur modal. penelitian ini menggunakan pendekatan model packing order theory. Hasil dari penelitian ini adalah variabel liquidity, size mempunyai pengaruh terhadap leverage perusahaan serta mendukung hipotesis pecking order theory, sedangkan variabel profitability, institutional ownership, managerial ownership, growth tidak mempunyai pengaruh terhadap leverage yang tidak mendukung hipotesis pecking order theory.

28 Talberg, et al (2008) dalam jounal of economics and finance dengan menganalisis capital structure across industries. Penelitian ini menguji hubungan structure assets, growth, profitability, company size, company age revenue per employee sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa structure assets, company size memiliki hubungan positif terhadap capital structure. Profitability, growth, company age memiliki hubungan negatif terhadap capital structure. Sedangkan revenue per employee tidak memiliki hubungan terhadap capital structure. La Rocca, et al (2009) dalam journal of economics and finance dengan menganalisis effect of diversification on capital structure. Penelitian ini menguji pengaruh ROA, non-debt tax shield, tangibility, size, growth opportunities sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa capital structure dipengaruhi oleh ROA, nondebt tax shield, tangibility, size, growth opportunities. Al-Fayoumi, et al (2009) dalam journal of economics and finance dengan menganalisis ownership stucture and corporate finance. Di mana penelitian ini menguji pengaruh dan hubungan antara profitability, size, growth, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sebagai variabel independen terhadap capital structure sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh profitability, size, dan growth. Dan kepemilikian manajerial memiliki hubungan negatif terhadap capital structure, sedangkan kepemilikan institusional memiliki hubungan positif terhadap capital structure.

29 Abimanyu (2009) dalam penelitiannya dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian 2005-2007. Faktor-faktor tersebut adalah struktur aset, profitabilitas, operating laverage, dan likuiditas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas, operatin laverage, likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Situmorang (2010) dalam penelitiannya menguji pengaruh struktur aset, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel independen mempengaruhi struktur modal. Secara parsial struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

30 F. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh variabel profitabilitas, likuiditas, growth, dan size. Kerangka konseptual disajikan dalam gambar berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas (X 1 ) Likuiditas (X 2 ) Growth Struktur Modal (Y) (X 3 ) Size (X 4 )