II. TINJAUAN PUSTAKA. tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai memiliki biji berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase.

TINJAUAN PUSTAKA Gulma

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai adalah tanaman tahunan yang termasuk dalam famili leguminosae.

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang permintaannya

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut : : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

Dasar agronomy " penanaman"

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal. Kedelai juga toleran terhadap kekeringan pada periode yang pendek dan tidak terlalu terhambat pertumbuhannya pada musim hujan. Kedelai tumbuh paling baik pada tanah subur dengan drainase yang baik dan kisaran ph ideal antara 6,0-6,5 (Yunita, 2012). (1) Biji Kedelai Bentuk biji kedelai tidak sama tergantung varietas, ada yang berbentuk bulat, agak gepeng, atau bulat telur. Namun, sebagian besar biji kedelai berbentuk bulat telur. Ukuran dan warna biji kedelai juga tidak sama. Akan tetapi, sebagian besar berwarna kuning dan sedikit berwarna hitam dengan ukuran biji kedelai yang dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu berbiji kecil (<10 g/100 biji),

12 berbiji sedang (10-12 g/100 biji), dan berbiji besar (13-18 g/100 biji) (Adisarwanto, 2013). (2) Akar dan Bintil Akar Sistem perakaran tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul sejak masa perkecambahan. Pada kondisi yang sangat optimal, akar tunggang kedelai dapat tumbuh hingga kedalaman 2 m. Perkembangan akar tanaman kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyiapan lahan, tekstur tanah, kondisi fisik dan kimia tanah, serta kadar ait tanah. Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai adalah adanya interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japanicum) dengan akar tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar ini sangat berperan dalam proses fiksasi N2 yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk kelanjutan pertumbuhannya khususnya dalam aspek penyediaan unsur hara nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan tanaman kedelai tidak banyak memerlukan tambahan pupuk nitrogen pada awal pertumbuhannya (Adisarwanto, 2013). (3) Batang Pada tanaman kedelai dikenal dua tipe pertumbuhan batang, yaitu determinit dan indeterminit. Ciri tipe determinit apabila pada akhir fase generatif pada pucuk batang tanaman kedelai ditumbuhi polong, sedangkan tipe indeterminit pada

13 pucuk batang tanaman masih terdapat daun yang tumbuh. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai pertambahan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar 15-20 buku dengan jarak antar buku berkisar 2-9 cm. Batang tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada pula yang tidak bercabang, tergantung dari karakter variasi kedelai, akan tetapi umumnya cabang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1-5 cabang (Adisarwanto, 2013). (4) Daun Daun kedelai hampir seluruhnya trifoliat (menjari tiga) dan jarang sekali mempunyai empat atau lima jari daun. Bentuk daun tanaman kedelai bervariasi yakni antara oval dan lanceolate, tetapi untuk praktisnya diistilahkan dengan berdaun lebar (broad leaf) dan berdaun sempit (narrow leaf). Di Indonesia, kedelai berdaun sempit lebih banyak ditanam oleh petani dibandingkan tanaman kedelai berdaun lebar, walaupun dari aspek penyerapan sinar matahari, tanaman kedelai berdaun lebar menyerap sinar matahari lebih banyak daripada yang berdaun sempit. Namun, keunggulan tanaman berdaun sempit adalah sinar matahari akan lebih mudah menerobos di antara kanopi daun sehingga memacu pembentukan bunga (Adisarwanto, 2013). (5) Bunga Bunga pada tanaman kedelai umumnya muncul/tumbuh pada ketiak daun, yakni setelah buku kedua, tetapi terkadang bunga dapat pula terbentuk pada cabang tanaman yang mempunyai daun. Hal ini karena sifat morfologi cabang tanaman kedelai serupa atau sama dengan morfologi batang utama. Pada kondisi

14 lingkungan tumbuh dan populasi tanaman yang optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daun pada buku ke 2-3 paling bawah. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar antara 40-200 bunga/tanaman. Umumnya di tengah masa pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali mengalami kerontokan bunga. Hal ini masih dikategorikan wajar apabila kerontokan yang terjadi pada kisaran 20-40% (Adisarwanto, 2013). (6) Polong Polong kedelai pertama kali muncul sekisar 10-14 hari setelah bunga pertama terbentuk. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau cokelat pada saat dipanen. Pembentukan dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam, yakni 2-10 polong pada setiap kelompok bunga di ketiak daunnya. Sementara itu, jumlah polong yang dapat dipanen berkisar 20-200 polong/tanaman tergantung pada varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna polong masak dan ukuran biji antara posisi polong paling bawah dengan polong paling atas akan sama selama periode pengisian dan pemasakan polong optimal, yaitu antara 50-75 hari. Periode waktu tersebut dianggap optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk tanaman (Adisarwanto, 2013).

15 2.2 Syarat Tumbuh Kedelai Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Kedelai dapat tumbuh dengan baik di tempat yang berhawa panas, di tempat tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100 400 mm per bulan. Kedelai cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 100 500 meter di atas permukaan laut. Lazimnya, kedelai ditanam pada musim kemarau, yakni setelah panen padi pada musim hujan. Pada saat itu, kelembaban tanah masih bisa dipertahankan. Kedelai memerlukan pengairan yang cukup, tetapi volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan bagi kedelai, karena akarnya bisa membusuk. Sewaktu masih muda, kedelai memerlukan iklim basah. Menjelang tua memerlukan iklim kering. Untuk memeroleh produksi yang baik, tanaman kedelai memerlukan hawa panas. Jika iklim terlalu basah, kedelai tumbuhnya subur, tetapi produksi bijinya kurang. Kedelai sebenernya bisa ditanam pada berbagai jenis tanah. Tetapi, yang paling baik adalah pada tanah yang cukup mengandung kapur dan memiliki sistem drainase (pengairan) yang baik. Perlu diperhatikan, kedelai tidak tahan terhadap genangan air. Kedelai bisa tumbuh dengan baik pada tanah yang struktur keasamannya (ph) antara 5,8-7. Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanahnya cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah padzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup banyak. Penanaman kedelai sebaiknya dilaksanakan setelah panen padi gadu (pada musim

16 kemarau), penanaman dilaksanakan pada awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober atau November. Di tanah tegalan, penanaman dilaksanakan awal musim hujan (Oktober-November), dan akhir musim hujan (Februari-Maret). Penanaman kedelai di sawah tadah hujan hanya bisa dilaksanakan satu kali, yaitu setelah panen padi musim hujan (Suhaeni, 2007). 2.3 Teknik Budidaya Kedelai Setidaknya, ada dua hal yang bisa dilakukan para petani untuk menghasilkan tanaman kedelai yang produktif dan berkualitas, yaitu: pertama, pemilihan bibit bermutu; kedua, menguasai teknik bercocok tanam yang baik. Berikut akan diuraikan beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menanam kedelai secara baik dan benar. Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah. Sebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari jerami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah. Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian atau rendahnya produksi

17 akibat serangan hama penyakit. Teknik produksi yang cukup intensif adalah sebagai berikut : (1). Penyiapan Benih Jumlah benih yang dibutuhkan biasanya tergantung pada luas areal tanam, jarak tanam, varietas kedelai, dan cara bertanam. Pada penanaman yang teratur, yakni sistem penanaman dengan menggunakan jarak tanam dan tugalan, jumlah benih yang dibutuhkan bisa dihitung berdasarkan perkalian jumlah lubang dan berat per seribu butir biji. Jika setiap tugalan diisi 3-5 butir biji, maka bisa diperhitungkan bahwa setiap hektar lahan membutuhkan 30-50 kg varietas kedelai berbiji kecil atau 60-70 kg varietas kedelai berbiji besar. (2). Pengolahan Tanah Di lahan kering dengan tanaman tumpang sari, tanah diolah dua kali dengan alat bajak dan luku, sedangkan di sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan dari jerami, kemudian tanah diolah satu kali. Untuk tanah yang phnya rendah, diberi kapur atau dolomit antara 200 300 kg /ha. Pada saat ini juga tanah diberi pupuk dasar, yaitu pupuk SP-36 sebanyak 100 kg untuk monokultur, sedangkan bila tumpang sari dengan jagung dosisnya adalah sebanyak 200 kg 250 kg /ha. (3). Penanaman Kedelai Baik di lahan sawah maupun lahan kering, penanaman kedelai dianjurkan secara tugalan dengan jarak tanam yang teratur. Jika varietas yang ditanam berumur

18 sedang, jarak tanam yang dianjurkan adalah 40 x 15 cm. Bila menggunakan varietas umur genjah, arak tanam sebaiknya 40 x 10 cm atau 30 x 15 cm. Sebelum ditanam, benih sebaiknya diberi insektisida karbosulfan (Marshal 25 ST) dengan takaran 5 gram bahan aktif/kg benih. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah serangan hama lalat kacang. Benih ditanam 2-3 biji per lubang. Setelah dimasukkan ke lubang tanam (tugal), lubang ditutup dengan tanah halus dan jangan ditekan. (4). Penyiangan Dan Pemupukan Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 30 35 hari, dan setelah itu langsung dipupuk, yaitu untuk tanaman monokultur dengan 50 kg/ha Urea dan 50 kg/ha KCl. Bila kondisinya masih kurang baik, maka penyiangan dilakukan lagi pada umur 55 hari. Sedangkan untuk tanaman tumpangsari penyiangan dilakukan pada umur jagung 40 45 hari dan setelah itu diberi pupuk sebanyak 350 kg/ha urea dan 100 kg/ha KCl. (5). Pengairan/Drainase Pada lahan yang persediaan airnya terbatas, tanaman perlu diari pada awal pertumbuhan (20-25 HST), masa berbunga (35-40 HST), dan masa pembentukan polong dan pengisian biji (50-60 HST). (6). Panen Panen sebaiknya dilakukan jika semua daun tanaman telah rontok, polong berwarna kuning/cokelat dan mengering. Pemanenan dimulai sekitar jam 09.00

19 ketika air embun sudah menguap dengan cara memotong pangkal batang tanaman dengan dabit bergerigi atau sabit tajam. Hindari pemanenan dengan cara mencabut tanaman untuk menghindari terbawanya kotoran (tanah). Brangkasan tanaman hasil panen dikumpulkan di tempat yang bebas dari air dan diberi alas dengan terpal atau plastik. Langkah selanjutnya adalah penjemuran brangkasan tanaman, pembijian, pengeringan, pembersihan, dan penyemaian biji. Penyemaian biji perlu diperhatikan, sebab hal ini memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas biji atau benih (Suhaeni, 2007). 2.4 Gulma Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat, daur hidup lama. Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya (Tjirtosoedirdjo, 1984). Keberadaan gulma disuatu lahan pertanian tidak dikehendaki karena (1) menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari dengan tanaman pokok, (2) menurunkan kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang dapat mengganggu tanaman pokok, (4) menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit (Sukman dan Yakup, 2002 dalam Marlina, 2012). Gulma dapat dikelompokkan berdasarkan siklus hidup, cara berkembangbiak, habitat, tempat tumbuh, sistematika asal dan morfologi. Berdasarkan

20 morfologinya gulma dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu golongan berdaun lebar, golongan rumput dan golongan teki. 2.4.1 Asystasia gangetica Gulma ini umumnya dikenal sebagai Violet Cina, Coromandel atau Creeping foxglove merupakan tumbuhan perennial dari family Acanthaceae yang tumbuh menjalar dan menempel pada tanaman pokok. Tanaman ini merupakan ramuan penyebaran atau graoundcover, tinggi mencapai 600 mm atau samapi dengan 1 m jika kondisi mendukung. Daun berbentuk oval dan kadang-kadang hampir berbentuk segitiga dengan panjang 2,5-16,5 cm dan lebar 0,5-5,5 cm. Buahnya merupakan kapsul peledak yang dimulai dengan warna hijau, tetapi kering dan berwarna coklat setelah pembukaan. Sub spesies Asystasia gangetica 30-40 mm, Asystasia gangetica menghasilkan bunga berwarna putih dengan tanda ungu (Gorham dan Hosking, 2007 dalam Yunita, 2012). Kingdom Angiosperms (unranked) Asterids Ordo Family Genus Species Binomial name : Plantae (unranked) : Eudicots (unranked) : Lamiales : Acanthaceae : Asystasia : A. gangetica : Asystasia gangetica (L.) T.Anderson.

21 Gambar 1. Gulma Asystasia gangetica ; (a). gulma dewasa dan bibit (a) Asystasia gangetica sangat menarik, cepat tumbuh, dan menyebar. Batang daun berwarna hijau sederhana dan gelap. Asystasia gangetica merupakan gulma berdaun lebar yang penyebarannya melalui biji. Mayoritas jenis gulma daun lebar mempunyai jalur fotosintesis C3 (Anonim, 2010 dalam Marlina, 2012). 2.4.2 Rottboellia exaltata Rumput manjah rumpunnya berukuran kecil. Terdiri atas beberapa buluh yang tumbuh tegak dan kokoh. Tinggi tiap buluhnya dapat mencapai 2 m. Buluh tersebut licin. Buku-buku yang letaknya di bawah berakar sedangkan yang letaknya di tengah sampai ke atas. Pada ketiak seludangnya keluar cabangcabang. Dibandingkan dengan ukuran daun secara menyeluruh, pelepahnya pendek. Permukaan pelepah tersebut berbulu kasar dan mudah gugur terutama pada bagian-bagian yang mendekati pangkal daun. Bila buluh-buluh ini sudah gugur biasanya yang terlihat hanya bintik-bintik kasar saja.

22 Ordo Family Genus Spesies : Poales : Poaceae : Rottboellia : Rottboellia exaltata Gambar 2. Gulma Rottboellia exaltata Permukaan daunnya, terutama pada bagian tepi, berbulu kasar dan jarang. Daundaun yang masih muda disukai ternak. Perbungaannya berupa tandan yang bergabung sampai 8 buah, keluar di ujung-ujung cabangnya. Tandan-tandan ini mempunyai ciri yang khusus sehingga mudah sekali membedakannya dengan rumput-rumput yang lainnya. Tandan tersebut berbentuk bumbung dan terdiri atas buku-buku. Pada tiap-tiap buku keluar dua buliran, satu letaknya di bawah dan satu lagi letaknya di atas. Buliran antar buku letaknya selang-seling. Buku itu sendiri mudah patah. Rumput ini memperbanyak diri melalui malainya, selain itu anakan dan potongan buluhnya juga dapat turut mempercepat perkembangbiakannya.

23 Rumput manjah umumnya tumbuh dalam jumlah banyak. Dapat bercampur dengan jenis rumput-rumput lain seperti jukut marak-merak, alang-alang, rumput kerbau atau jukut pait. Pada hutan-hutan jati muda, ladang atau hutan bakau biasanya banyak juga ditemui jenis ini. Rumput ini menyukai tempat-tempat terbuka sampai agak temaungi. Tumbuhnya pada ketinggian 0-750 m. Daerah penyebarannya meliputi India, Burma, Thailand, dan Malaysia (Lipi, 1980). 2.4.3 Cyperus rotundus Semua jenis gulma yang termasuk golongan tekian memiliki ciri utama letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga tidak beruas dan berbentuk silindris, segi empat, atau segitiga. Untuk jenis tertentu seperti Cyperus rotundus, batang membentuk umbi (Sembodo, 2010). Cyperus rotundus adalah tumbuhan abadi, yang dapat mencapai ketinggian hingga 40 cm. Nama rumput mur dan alang mur (bersama dengan spesies yang terkait Cyperus esculentus) berasal dari umbinya, yang agak menyerupai kacang, meskipun botanical mereka tidak ada hubungannya dengan kacang. Seperti pada Cyperaceae lainnya, daun tumbuh dalam jajaran tiga dari pangkal tanaman. Bunga dan batang memliki silang segitiga-section. Bunganya biseksual dan memiliki tiga stamina dan carpel tiga-stigma. Kingdom : Plantae (unranked) Angiosperms (unranked) : Eudicots (unranked) Comelinids Ordo : Poales Genus : Cyperus Species : C. rotundus Binomial name : Cyperus rotundus L.

24 (a) (b) Gambar 3. Gulma Cyperus rotundus; (a).umbi; (b). Gulma dewasa Sistem akar tanaman yang masih muda awalnya berwarna putih dan rimpang berdaging. Beberapa rimpang tumbuh ke atas dari dalam tanah, kemudian membentuk struktur bola lampu seperti tunas-tunas baru dan akar yang baru tumbuh, setelah muncul akar baru rimpang baru akan tumbuh. Rimpang lainnya tumbuh horizontal atau ke bawah, dan dalam bentuk umbi berwarna cokelat kemerahan (Moenandir, 1990). Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakannya dengan tuber (umbi). Gulma ini merupakan gulma C4 yang tidak tahan terhadap naungan (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984 dalam Siagian 2012). Teki sangat adaptif dan karena itu merupakan gulma yang sangat sulit dikendalikan. Teki membentuk umbi dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.

25 Gulma ini termasuk dalam tumbuhan berfotosintesis melalui jalur C4 (Anonim, 2011 dalam Siagian, 2012). 2.5 Kompetisi Gulma dengan Tanaman Dalam mencapai produksi optimal tanaman pertanian tidaklah mudah, ditentukan oleh beberapa faktor antara lain oleh gangguan gulma. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang dibudidayakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Sukman dan Yakup (1991) dalam Yeheskiel (2006) menyatakan bahwa mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat, daur hidup lama. Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya. Menurut Dowson dan Hotstum cit. Pamplona (1975) dalam Tjitrosoedirdjo (1984) menyatakan bahwa ada beberapa cara sehingga gulma menurunkan hasil tanaman budidaya : 1. Menekan pertumbuhan dan mereduksi hasil dengan jalan bersaing (kompetisi) dengan tanaman budidaya. Kompetisi ini terutama dalam hal air, unsur hara, cahaya dan juga CO 2. 2. Apabila kita mengendalikan gulma, kadang kala cara pengendalian yang kita gunakan dapat merusak tanaman budidaya dan menurunkan hasil.

26 3. Mengganggu aktivitas panenan, oleh karena itu meningkatnya biaya panenan dan merugikan hasil. 4. Merendahkan kualitas hasil dan membuat panenan tidak serempak 5. Memungkinkan sebagai tumbuhan inang dari jasad pengganggu lain (serangga, nematode, dan lain-lain) sehingga dapat menurunkan hasil, baik kualitas maupun kuantitas. Kompetisi adalah salah satu bentuk interaksi antara tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang persediaannya terbatas pada lahan dan dalam waktu yang sama dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut misalnya air, hara, cahaya, CO 2, dan ruang tumbuh. a. Persaingan memperebutkan hara Setiap lahan berkapasitas tertentu di dalam mendukung pertumbuhan berbagai tanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda, oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen. Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka nitrogen lebih cepat habis terpakai. Gulma lebih banyak menyerap banyak unsur hara daripada tanaman. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.

27 b. Persaingan memperebutkan air Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air semakin meningkat. Air diserap dari dalam tanah kemudian sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. c. Persaingan memperebutkan cahaya Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhan yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat. Besar kecilnya persaingan antara gulma dengan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara, dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanamn pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kerapatan gulma, jenis gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, habitus gulma, jalur fotosintesis gulma, dan allelopati (Siagian, 2012). Menurut Sukman dan Yakub (1991) dalam Yunita (2012) menyatakan bahwa gulma juga dapat bersaing dengan tanaman dengan cara mengeluarkan senyawa allelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan biji, abnormalitas kecambah, terhambatnya

28 pertumbuhan memanjang akar, dan perubahan sel-sel akar tanaman. Senyawasenyawa allelopati ini dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan antara lain pada daun, batang, akar, rhizom serta bagianbagian tumbuhan yang membusuk. Radjit & Purwaningrahayu (2007) dalam Hendrival dkk.(2014) menyatakan bahwa gulma yang sering dijumpai di pertanaman budidaya tanaman pangan seperti kedelai adalah gulma semusim. Beberapa jenis gulma yang merugikan pada tanaman kedelai adalah Eleusine indica, Cyperus sp., Cynodon dactylon, Digitaria ciliaris, Amaranthus sp., Ageratum conyoides, Echinocloa colonum, Hedyotis corymbosa, Cleome rudidosperma, Borreria alata, Ludwigia sp., Cyanotis cristata, Polytriasamaura, Digitaria sp., dan Imperata cylindrica. Menurut Guntoro dkk. (2003) dalam Yeheskiel (2006) menyatakan bahwa ekstrak bahan kering gulma Borreria alata, Ageratum conyzoides dan Cyperus rotundus cenderung menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai dimana peningkatan konsentrasi ekstrak gulma tersebut cenderung meningkatkan pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai.