Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tipe 1 di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 53 pasien dengan polineuropati diabetika DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Diabetes mellitus (DM) tipe 1 adalah

HASIL PENELITIAN. variabel faktor demografis, faktor risiko vaskuler, dan karakteristik infark Karakteristik Faktor Demografis Subyek

BAB V HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan neonatus yang memenuhi kriteria inklusi

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

HUBUNGAN TEKANAN DARAH DAN LAMA MENDERITA DIABETES DENGAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA SUBJEK DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

Perbandingan kadar asam folat pada kehamilan dengan preeklampsia dan kehamilan normal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

Perbandingan Tatalaksana Konstipasi Kronis antara Disimpaksi per Oral dengan per Rektal di Instalasi Kesehatan Anak RS DR Sardjito Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, lemak dan protein kronik yang disebabkan karena kerusakan atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pemeriksaan kadar Cystatin C pada penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

Transkripsi:

Artikel Asli Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tie 1 di Indonesia Indra W Himawan,* Aman B Pulungan,** Bambang Tridjaja,** Jose RL Batubara** *Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambungmangkurat-RSUD Banjarbaru ** Deartemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, Jakarta Latar belakang. Salah satu komlikasi jangka anjang diabetes melitus tie 1 (DM tie 1) ada anak adalah nefroati diabetik. Lama menderita diabetes serta masa ubertas meruakan faktor yang memengaruhi terjadi komlikasi tersebut. Kejadian nefroati diabetik ada umumnya akan disertai gejala eningkatan tekanan darah. Tujuan. Mengetahui gambaran tekanan darah anak dengan DM tie 1 berdasarkan umur, jenis kelamin, lama sakit, dan kadar HbA1c. Metode. Studi observational retrosektif ada register nasional DM tie 1 UKK Endokrin Anak IDAI samai tahun 2010. Variabel yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, lama sakit, kadar HbA1c, serta tekanan darah sistolik (TDS) dan diastolik (TDD). Hasil. Di antara 177 anak dengan DM tie 1, 118 (66,7%) eremuan dan 59 (33,3%) laki-laki. Rerata umur saat ertama kali didiagnosis adalah 11,8 tahun. Dijumai 1 (0,6 % ) anak eremuan yang menderita DM tie 1 lebih dari 5 tahun memunyai tekanan darah sistolik dan diastoik di atas ersentil 95. Kesimulan. Sebagian besar tekanan darah anak dengan DM tie 1, normal. Terdaat 0,6% kasus dengan hiertensi (>95 ersentil) yaitu seorang anak eremuan yang telah menderita DM lebih dari 5 tahun. Sari Pediatri 2012;13(5):367-72. Kata kunci: tekanan darah, diabetes mellitus tie 1 Diabetes melitus tie 1 (DM tie 1) adalah kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hierglikemik kronik. Keadaan hierglikemik kronik tersebut disebabkan oleh Alamat koresondensi: Dr. Indra Widjaja Himawan. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNLAM /RSUD Banjarbaru, Jln Palang merah no 2, Banjarbaru. Tel. (0511) 4772380. kerusakan sel beta ankreas baik oleh roses imun atau idioatik sehingga roduksi insulin berkurang atau berhenti. Pasien DM tie 1 bergantung ada insulin dari luar tubuh dan samai saat ini masih belum daat disembuhkan. Walauun demikian berkat kemajuan teknologi kedokteran, kualitas hidu asien DM tie 1 teta daat seadan dengan anak normal. 1-3 Diabetes melitus tie 1 meruakan salah satu enyakit kronik yang sering menimbulkan komlikasi, baik komlikasi jangka endek mauun jangka anjang. Komlikasi jangka anjang daat berua 367

kelainan mikrovaskular dan makrovaskular. Komlikasi vaskular jarang terjadi ada anak dan remaja. Gangguan fungsional dan struktural yang terjadi akan timbul setelah beberaa tahun dari onset enyakit. Komlikasi yang lebih sering terjadi ada anak dan remaja adalah komlikasi mikrovaskular berua retinoati, nefroati, dan neuroati. Komlikasi mikrovaskular daat dicegah atau ditunda dengan endidikan dan engobatan yang baik. 3,4 Nefroati diabetik dierkirakan terjadi ada 25%- 45% asien DM tie 1. Nefroati diabetik ditandai dengan roteinuria >500 mg/24 jam atau albuminuria > 300 mg/24 jam, dan ada umumnya disertai hiertensi dan enurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada kasus DM tie 1, hiertensi yang terjadi seringkali disertai nefroati diabetik, sebaliknya ada DM tie 2 hiertensi sudah didaatkan sebelum atau ada saat diagnosis DM ditemukan. Kadar gula yang ideal harus diertahankan untuk mencegah nefroati diabetik dan engendalian kadar gula intensif daat menurunkan kejadian nefroati 40%-60 %. Skrining terhada nefroati diabetik dilakukan 5 tahun kemudian jika awal diabetes terjadi ada usia 9 tahun; dan 2 tahun kemudian jika usia awal diabetes 11 tahun. Deteksi dini nefroati diabetik dan waktu yang teat engobatan hiertensi sangat enting dalam mencegah stadium akhir gagal ginjal ada asien anak muda dan orang dewasa 3,4,5 Penelitian bertujuan untuk melihat gambaran tekanan darah berdasarkan lama menderita, jenis kelamin, umur, dan kadar HbA1c terakhir Metode Penelitian observasional retrosektif dilakukan berdasarkan data sekunder dari register nasional diabetes melitus UKK Endokrinologi Anak IDAI samai tahun 2010. Variabel yang diteliti adalah jenis kelamin, umur, lama menderita diabetes tie 1, tekanan darah sistolik dan diastolik. Hiertensi aabila rerata tekanan darah sistolik (TDS) dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ersentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia, tinggi badan ada lebih dati tiga kali engukuran. Tekanan darah ditentukan berdasarkan national high blood ressure education rogram working grou on high blood ressure in children and adolescents, National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Tingkatan tekanan darah anak laki-laki dan anak eremuan berdasarkan ersentil usia dan tinggi badan yang sudah direvisi (Tabel 1 dan 2). 6,7 Hasil Telah dilaorkan 177 kasus DM tie 1 ke Registrasi UKK Endokrinologi Anak IDAI yang memunyai data tekanan darah, tanggal lahir, tanggal ertama kali ditegakkan diagnosis DM tie 1, dan kadar HbA1c. Tabel 1 memerlihatkan data kelomok umur terbanyak (55,6%) kasus DM tie 1 adalah umur 10- <15 tahun, dengan rerata umur 11,8 tahun. Sebagian besar asien diabetes melitus adalah anak eremuan yaitu 118 (66,7%) (Tabel 2). Hamir semua subjek memunyai TDS dan TTD interval, kecuali 1 (0,6%) anak eremuan yang menderita DM tie 1 >5 tahun dengan TDS dan TTD >ersentil 95 (hiertensi). Tabel 1. Distribusi subjek berdasarkan kelomok umur Umur (tahun) Jumlah (%) <5 29 (16,4) 5-<10 44 (24,7) 10-<15 98 (55,6) 15-20 6 (3,3) Jumlah 177 Tabel 2. Tekanan darah ada DM tie 1 berdasarkan lama sakit dan jenis kelamin Lama sakit (tahun) <5 (n, %) 5-< 10 (n, %) 10 15 (n, %) Sistol (ersentil) Diastol (ersentil) <95 >95 <95 >95 53 (32,1) 112 (67,9) 0 0 53 (32,1) 112 (67,9) 0 0 5 (45,5) 5 (45,5) 0 1 (9) 5 (45,5) 5 (45,5) 0 1 (9) 1 (100) 0 0 0 1 (100) 0 0 0 Jumlah 165 (93,2) 11 (6,2) 1 (0,6) Jumlah 59 (33,3 ) 117 (66,1) 0 1 (0,6) 59 (33,3) 117 (66,1) 0 1 (0,6 ) 177 (100) 368

Tabel 3. Hubungan rerata tekanan darah dengan lama sakit, usia, usia saat didiagnosis, dan kadar HbA1c Variabel Rerata sistolik (mmhg, n, SB) Rerata diastolik (mmhg, n, SB) Lama sakit (tahun) <3 >3 105 (7) 107 (10) 0,4 68 (6) 70 (6) 0,5 Usia saat enelitian (tahun) <11 >11 Usia saat didiagnosis (tahun) <10 >10 HbA1c (%) <9 >9 103 (6) 108 (9) 0,04 105 (8) 107 (9) 0,2 107 (9) 107 (12) 0,9 68 (6) 69 (6) 0,6 69 (7) 69 (6) 0,7 68 (4) 67 (8) 0,7 Tidak didaatkan hubungan antara tekanan darah sistolik dan diastolik dengan lama sakit, umur saat didiagnosis, dan kadar HbA1c. Terdaat erbedaan rerata tekanan sistolik antara umur kurang dari 11 dengan lebih dari 11 tahun, sedangkan tekanan diastoliknya tidak berbeda (Tabel 3). Pembahasan Insiden DM tie 1 sangat bervariasi baik antar-negara mauun di dalam suatu negara. Di negara barat lebih dari setengah asien DM tie 1 didiagnosis sebelum umur 15 tahun, dengan dua uncak insiden yaitu umur 5-6 tahun dan 11 tahun. 1,2,8 Pada enelitian kami, insiden terbanyak terdaat ada umur 10-<15 tahun dan yang kedua antara umur 5-<10 tahun, jadi insiden di Indonesia hamir sama dengan enelitian lainnya dengan uncak rata-rata umur 11,8 tahun. Diabetes melitus meruakan enyakit kronik yang dalam beberaa tahun sejak onset enyakit tersebut daat menimbulkan komlikasi vaskular jangka anjang termasuk retinoati, nefroati, neuroati, dan enyakit vaskular lainnya. Pada beberaa enelitian didaatkan bahwa engaruh lama diabetes ada anak reubertas memberi damak tidak sama ada masing masing individu dalam hal komlikasi mikrovaskular (retinoati, nefroati, neuroati), sehingga secara rutin asien diabetes yang sudah didiagnosis selama 3-5 tahun atau ada masa ubertas dianjurkan untuk emeriksaan skrining. Salah satu komlikasi mikrovaskular DM tie 1 adalah nefroati diabetes yang daat diketahui dengan ditemukan mikroalbuminuria yang meruakan manifestasi aling awal dari nefroati diabetes. Jika ada emeriksaan DM tie 1 didaatkan eningkatan tekanan darah, kadang kadang didaatkan juga mikroalbuminuria yang daat diakai sebagai ertanda rognosis enyakit buruk. 9 Dalam sejarah hiertensi diyakini bahwa tekanan darah diastolik yang aling enting, namun kemudian secara umum diterima bahwa sistolik meruakan alat rediksi yang lebih baik untuk tujuan engobatan. Menurut Darkan dkk, 10 asien DM dengan mikroalbuminuria memiliki tekanan darah diastolik yang lebih tinggi dibandingkan asien normoalbuminuria, tetai tidak ada erbedaan tekanan sistolik dan diastolik antara kelomok normoalbuminuria dan mikroalbuminuria. Tekanan diastolik menunjukkan hubungan dengan lama diabetes, rata-rata HbA1c, dan tingkat mikroalbuminuria. Derajat tekanan diastolik ada asien diabetes daat diakai untuk menentukan risiko terjadinya nefroati. Cohen dkk 11 meneliti tekanan darah ada asien normoalbuminuria dan normotensif, didaatkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik asien DM tie 1 lebih tinggi dari non diabetik. Demikian juga ada malam hari tekanan darah sistolik dan diastolik lebih tinggi dibanding siang hari. Peningkatan tekanan darah asien diabetik ada malam hari daat diakai untuk menentukan risiko enyakit nefroati dan kardiovaskular. 369

Kami laorkan satu asien DM tie 1 yang telah sakit lebih dari 5 tahun dengan hiertensi, rerata tekanan darah sistolik berhubungan dengan umur asien. Dierkirakan hal tersebut berhubungan dengan lama sakit DM tie 1 dan umur saat didiagnosis, karena jika usia asien lebih dari 11 tahun maka skrining harus lebih sering dilakukan yaitu setia dua tahun dibandingkan usia 9 tahun yang dianjurkan mulai lima tahun kemudian. Usia saat diagnosis ditegakkan, kadar HbA1c, dan lama sakit secara umum tidak memunyai erbedaan. Hal tersebut berbeda dengan laoran Darkan dkk 10 yang melakukan engukuran tekanan darah siang dan malam, maka dianjurkan dilakukan engukuran tekanan darah dilakukan secara serial. Pada enelitian oleh Darkan dkk didaatkan hubungan bermakna antara hiertensi dengan mikroalbumin dibandingkan dengan normoalbumin (54 versus 17,54%; =0,05). 11 Sedangkan Berrut dkk, 12 melaorkan erubahan tekanan darah sangat berhubungan dengan mikroalbuminuria DM tie 1. Kesimulan Pengukuran tekanan darah ada asien DM tie 1 erlu dilakukan secara rutin, karena daat digunakan sebagai skrining nefroati diabetik, aabila emeriksaan mikroalbuminuria belum dilakukan. Ucaan terima kasih Peneliti mengucakan terima kasih keada semua dokter Sesialis Anak yang tergabung dalam UKK Endokrinologi dari Medan, Padang, Palembang, Bandung, Banten, Jakarta, Solo, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Malang, Manado, Makasar, dan Bali, yang telah mengirim data asien DM tie 1 yang diergunakan dalam enelitian ini. Daftar ustaka 1. Craig ME, Hattersley A, Donaghue KC. Definition, eidemiology and classification of diabetes in children and adolescents. Pediatric Diabetes 2009:10: 3 12. 2. Tridjaja B. Konsensus nasional engelolaan diabetes melitus tie 1. Edisi kedua. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009. Satriono, Harjantien N. Diabetes melitus. Dalam : Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi ertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h. 125-90. 4. Donaghue KC, Chiarelli F, Trotta D, Allgrove J, Jorgensen KD. Microvasculer and macrovasculer comlications associated with diabete in children and adolescents. Pediatric Diabetes 2009;10: 195-203. 5. American Diabetes Association. Nehroathy in diabetes. Diabetes care 2004:27:79-83. 6. Luma GB, Siotta RT. Hyertension in children and adolescents. Am Fam Physician2006; 73:1158-68. 7. National High Blood Pressure Education Program Working Grou on High Blood Pressure in Children and Adolescents. The Fourth Reort on the Diagnosis, Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescents. Pediatrics 2004;114:555-76. 8. Thunander M,Petersson C,Jonzon K dkk. Incidence of tye 1 and tye diabetes in adults and children in Kronoberg, Sweden.Diabetes Res Clin Pract 2008; 82: 247 255. 9. Mogensen CE. Twelve shifting aradigms in diabetic renal disease and hyertension. Diabetes Res Clin Pract 2008;82:2-9. 10. Darcan S, Goksen D, Mir S, Serdaroglu E, Buyukinan M, Coker M, dkk. Alterations of blood ressure in tye 1 diabetic children and adolescents. Pediatr Nehrol 2006;5:672-6. 11. Cohen CN, Filho FM, de Fátima Gonçalves M, de Brito Gomes M. Early alterations of blood ressure in normotensive and normoalbuminuriat Tye 1 diabetic atients Diabetes Res Clin Pract 2001;53:85-90. 12. Berrut G, Hallab M, Bouhanick B, Chameau AM, Marre M, Fressinaud P. Value of ambulatory blood ressure monitoring in tye I (insulin-deendent) diabetic atients with inciient diabetic nehroathy. Am J Hyertens 1994;3:222-7. 370

371

372