NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERANAN CAMAT SELAKU PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM PERTANAHAN DI WILAYAH KECAMATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

TINJAUAN TENTANG HAMBATAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Anwar Sulaiman Nasution 1.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (2) UUPA menyatakan bahwa seluruh bumi, air dan ruang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

TINJAUAN HUKUM TERHADAP JUAL BELI TANAH TANPA AKTA PPAT (WILAYAH KECAMATAN TINOMBO) CICI FAJAR NOVITA / D

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

PROBLEMA DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

PENULISAN HUKUM. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS TANAH (Studi tentang tindak pidana penyerobotan hak atas tanah PT.Mawija Jaya di kota Tarakan)

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan bagi kehidupan

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

milik adat yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan).

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

PERAN CAMAT SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) SEMENTARA DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

Lex et Societatis, Vol. III/No. 8/Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

RINGKASAN TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan. Oleh : JUMIN B4B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah di Kabupaten Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

Lex Administratum, Vol. V/No. 6/Ags/2017

KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PENGELOLAAN ADMINISTRASI TANAH-TANAH ASSET PEMERINTAH GUNA MENDAPATKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

MITHA SEPTIANI KHAIR Fakultas Hukum Universitas Mulawarman. Haris Retno Susmiyati, SH, MH Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan pemberian Hak Milik dari tanah negara dan. perlindungan hukumnya di Kabupaten Kutai Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

ANALISA YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM PRONA DALAM RANGKA PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH (Studi Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan)

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

DAFTAR PUSTAKA. Abdillah Pius, Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Arkola, Surabaya.

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan. sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

BAB III PENUTUP. pendaftaran Hak Milik atas tanah melalui PRONA pada tahun 2010 di. Kabupaten Bantul telah mewujudkan kepastian hukum karena seluruh

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Analisis Yuridis, Pembuatan Sertifikat Tanah,

BAB IV. mengusai suatu tanah, di masa lalu haruslah membuka hutan terlebih dahulu,

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

MEI SUBROTO NIM. R

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH GANDA DAN PENYELESAIAANNYA (Studi Kasus Terbitnya dua Sertipikat Hak Atas Tanah Ganda)

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERANAN CAMAT SELAKU PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB HUKUM PERTANAHAN DI WILAYAH KECAMATAN KARANGANYAR Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : YOSEF FAJAR KUSTIAWAN C 100 060 166 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

HALAMAN PERSETUJUAN Naskah publikasi telah ini disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing I Pembimbing II ( Septarina. B, S.H, M. Hum. ) ( Darsono, S.H, M.Hum) 1

A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Adanya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau pejabat yang melaksanakan sebagian tugas dari urusan pemerintah tentang pemberian pelayanan kepada masyarakat dalam hal pembuatan akta ini, berdasarkan atas Peraturan Menteri Agraria No.10 tahun 1961 tentang Penunjukkan Pejabat yang dimaksud dalam pasal 19 PP No.10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah jo PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah serta Hak dan Kewajibannya. Jadi setiap perjanjian yang bermaksud mengalihkan hak atas tanah harus dibuktikan dengan suatu akta pejabat ( PPAT). Dan seorang Camat karena jabatannya ditunjuk selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk wilayah kerjanya (PP No. 10 tahun 1961 jo PMA No. 10 tahun 1961 dan PMA NO. 11 tahun 1961) selain dari Notaris. Dalam kaitan dengan hal tersebut maka Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 tahun 1972 menyatakan bahwa, pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan pemberian hak-hak atas tanah serta pengawasannya perlu adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada instansi-instansi didaerah yang berkedudukan dan berfungsi sebagai wakil pemerintah. Dan Camat ditunjuk selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk wilayah daerahnya (kecamatan) walaupun untuk sementara tetapi kenyataannya tetap berlangsung terus hingga kini juga adanya tugas rangkap yang diemban Camat selain sebagai PPAT adalah sebagai Kepala Kecamatan yang mempunyai beban tanggungjawab yang besar atas jalannya roda pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 UU No.5 tahun 1974 tetang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah. Disamping sebagai wakil pemerintah pusat juga peranan Camat kepala Kecamatan di bidang agraria adalah sangat penting dan luas bila dikaitkan dengan segi-segi kepentingan politik hukum agraria. 2

b. Perumusan Masalah Untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan yang penulis harapkan, maka perlu bagi penulis untuk mengadakan perumusan masalah yaitu : 1. Bagaimanakan peranan Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam mewujudkan tertib hukum pertanahan di wilayah Kecamatan Kota Karanganyar, Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimanakah usaha-usaha yang dilakukan Camat selaku PPAT dalam mewujudkan tertib hukum pertanahan di wilayah Kecamatan Karanganyar? 3. Hambatan apakah yang dihadapi Camat selaku PPAT dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi dalam pelaksanaan tertib hukum pertanahan tersebut? c. Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dalam penelitian yang penulis lakukan ini tidak lepas dari tujuan tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut : a. Sebagai sarana pengembangan ilmu pegetahuan yang didapat dari perkuliahan maupun data hasil penelitian, sehingga dapat dipergunakan untuk memperkuat ataupun untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada khususnya ilmu pensetahuan hukum. a. Untuk memperoleh ataupun menambah pengetahuan,pengalaman serta lebih memperdalam ilmu pengetahuan khususnya Hukum Agraria. d. Metode Penelitian Untuk mengumpulkan data bagi penyusunan skripsi ini penulis menggunakan 3

beberapa metode, agar hasil dari penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenaranya. Adapun beberapa metode itu sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan penelitian diskriptif. 3. Jenis Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris Penelitian yuridis empiris. 4. Jenis Data a. Data primer b. Data sekunder 5. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data a. Penelitian Lapangan (Field Research) dengan: 1) Wawancara 2) Kuesioner b. Penelitian Kepustakaan (Library Research) 5. Metode Analisa Data Adapun analisa data yang penulis pergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah dengan mempergunakan Metode Analisa Data Kualitatif dari Soerjono Soekanto yaitu sebagai berikut Suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analitis. 4

B. Pembahasan 1. Peranan Camat Selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Mewujudkan Tertib Hukum Pertanahan di Wilayah Kecamatan Kota Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Peran camat sebagai PPAT sementara karena jabatan ini sesuai wilayah kerja masing-masing camat mempunyai kewenangan camat sebagai PPAT bagi warga di lingkungannya. Instansi yang berperan dalam proses sertifikasi adalah BPN (Badan Pertanahan Nasional) yang biasanya berperan dalam proses pengeringan misalkan membeli sawah kemudian akan diubah ke perumahan ini yang dinamakan pengeringan. 1 Dengan berlakunya UU No. 5 tahun 1960 khususnya dalam pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan berbagai peraturan pelaksanaan lainnya, yang lebih khusus ditunjukkan didalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Berbicara mengenai peran Camat tidak dapat lepas dari kedudukan camat dalam pemerintahan daerah. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,pengertian kedudukan adalah status yaitu keadaan atau tingkatan orang, badan atau Negara. 2 Kedudukan juga dapat diartikan sebagai tempat pegawai tinggal untuk melakukan pekerjaan atau jabatannya. Jadi kedudukan camat sebagai PPAT Sementara karena status Camat sebagai kepala kecamatan pada kecamatan tempat ia tinggal untuk melakukan jabatannya. 1 Wawancara Pribadi, Yustin Atmojo, SH., Camat Kecamatan Karanganyar, 10 Januari 2012. 2 Poerwodharminto, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 260 5

Kedudukan camat sebagai PPAT Sementara adalah sama kedudukannya dengan PPAT, yaitu sebagai pejabat umum. Sedangkan di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 126 ayat (2) disebutkan bahwa: "Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kecamatan yang dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Pasal 126 ayat (3) menyebutkan bahwa; selain tugas dimana dimaksud pada ayat (2) camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi; 1) Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2) Mengkoordinasikan upaya menyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; 3) Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; 4) Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 5) Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; 6) Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; 7) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan; 3 Jadi artinya, selain sebagai kepala kecamatan, Camat mempunyai tugas-tugas lain, diantaranya menjabat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara. Kedudukan Camat sebagai PPAT sama kedudukannya dengan PPAT/Notaris. Kedudukan Camat sebagai 3 Nurhidayat., 2005, Otonomi Daerah, Bandung :Penerbit Nuansa Aulia, hal.52 6

PPAT Sementara sama kedudukannya dengan PPAT/Notaris, tetapi seorang Pejabat pembuat Akta Tanah Sementara hanya berwenang membuat akta mengenai tanah-tanah yang terletak dalam daerah kerjanya. 4 Pengertian peran adalah jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Peran adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan pekerjaan atau tugasnya. 5 Fungsi camat sebagai PPAT adalah membuat akta tanah. Fungsi ini tercipta karena jabatan pekerjaan yang dilakukan yaitu sebagai kepala kecamatan. Sebagai PPAT Sementara, pertanggungjawaban Camat sama dengan PPAT lainnya yaitu kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, Kepala Kantor Pertanahan Kota dan Kabupaten, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Pertanggungjawaban sebagai PPAT Sementara ini berupa laporan bulanan yang diberikan secara rutin setiap bulannya. Surat keputusan penunjukan camat sebagai Pejabat Pembuat Akta tanah Sementara ditandatangani oleh kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri sesuai bentuk yang sudah ditetapkan. Menurut Penulis, dengan semakin pentingnya dan dibutuhkannya Camat selaku PPAT oleh masyarakat dan para pihak yang membutuhkannya, maka Camat selaku PPAT dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya tanpa melupakan kecermatann dan ketelitian didalam menunaikan tugasnya. Karena hal tersebut disamping akan memberikan rasa puas dan kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa itu, juga pada akhirnya akan mempengaruhi pula segi-segi kehidupan yang lain terutama segi hukumnya yang nantinya akan memberikan ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. peran atau kewajiban seorang camat sebagai 4 EfTendi Perangin,1994, Hukum Agraria di Indonesia, Jakarta: Raja Grafmdo Persada, hal.4. 5 Poerwodharminto, 1999, Kamus Besar bahas Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 283. 7

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara adalah sama dan sejajar dengan peran atau kewajiban dari Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Notaris. Artinya dalam menjalankan jabatannya tersebut, Camat sebagai PPAT Sementara harus sama-sama berpedoman dan berpegang pada Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Oleh karena peran dan fungsinya sama, maka dalam hal pengangkatan seorang camat sebagai Pejabat Pembuat Akta (PPAT) Sementara harus pula memperhatikan persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan harus sesuai pula denganketentuan yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah, misalnya syarat diangkatnya Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara dapat dilakukan, apabila Formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Notaris belum mencukupi di daerah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dengan berdasarkan formasi penempatan tersebutlah, sebagai dasar diangkatnya seorang Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara. Hal ini berarti, apabila di suatu wilayah tertentu formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Notaris telah terpenuhi, maka camat tidak boleh lagi mengajukan permohonan untuk menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara dan apabila hal tersebut dilakukan, Menteri wajib dan akan menolak permohonan tersebut. 8

2. Usaha-Usaha yang Dilakukan Camat Selaku PPAT Dalam Mewujudkan Tertib Hukum Pertanahan di Wilayah Kecamatan Karanganyar. Untuk pelaksanaan tertib hukum dibidang pertanahan di wilayah Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Karanganyar Kota sudah berjalan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan, yakni dengan telah banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa Camat selaku PPAT untuk dibuatkan aktanya, dan juga banyaknya tanah yang telah disertifikatkan baik melalui prona maupun secara perseorangan. Hal ini manandakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat itu cukup tinggi. 6 Demi kepastian hukum, untuk terselenggarakannya tertib hukum pertanaahan di Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Karanganyar maka pada setiap kesempatan Camat mengingatkan kepada warganya supaya warga mendapatkan kepastian hukum diadakan pertemuan-pertemuan di Kelurahan-kelurahan untuk sosialisasi pentingnya pendaftaran tanah baik melalui PPAT di kecamatan khususnya. Antara Camat dengan Notaris mempunyai kewenangan yang sama karena produk hukumnya sama 7 Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat diberikan hak untuk menguasai tanah dalam rangka untuk mewujudkan kemakmuran rakyat, yang dikenal sebagai hak menguasai negara. Negara menguasai artinya negara sebagai badan penguasa mempunyai wewenang untuk pada tingkatan tertinggi (1) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; (2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa dan (3) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara 6 Wawancara Pribadi, Yustin Atmojo, SH., Camat Kecamatan Karanganyar, 10 Januari 2012. 7 Wawancara Pribadi, Yustin Atmojo, SH., Camat Kecamatan Karanganyar, 10 Januari 2012. 9

orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. 8 Menurut Penulis, Negara dalam hal ini diwakili oleh Camat sebagai kepanjangan dari Negara dapat ikut berperan aktif dalam mewujudkan tertib hukum tanah dalam bidang agrarian. Negara selaku Badan Penguasa dapat mengatur bermacam-macam hak-hak atas tanah seperti yang disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA. Pemberian beberapa macam hak atas tanah baik kepada perorangan maupun badan hukum, disamping memberikan wewenang untuk mengelola tanah tersebut sesuai dengan hak yang dipegangnya dan sepanjang tidak bertentangan dengan pembatasan yang berlaku itu, juga membebankan kewajiban kepada pemegang hak tersebut untuk mendaftarkan hak atas tanahnya dalam rangka menuju kepastian hukum. 9 Menurut Penulis, dengan adanya pembinaan maupun penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh para Camat selaku PPAT di kecamatan yang penulis jadikan sampel tersebut dan dengan adanya kerjasama dengan instansi-instansi yang terkait, menjadikan pengetahuan dan wawasan masyarakat dalam bidang pertanahan itu semakin bertambah dari tidak tahu menjadi mengerti. Dan tumbuh kesadarannya untuk menjamin kepastian akan hak atas tanah yang dimilikinya, yaitu dengan jalan menyertifikatkan tanahnya sebagai bukti pemilikan hak atas tanahnya dan untuk menghindarkan terjadinya sengketa di kemudian hari, maka sertifikat tanah itu penting sekali. 8 Maria.S.W Sumardjono, 2005, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta: Kompas, hal.3. 9 Effendi Bahtiar, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, ( Bandung: Alumni, 1993 ), hal 5. 10

3. Hambatan yang Dihadapi Camat Selaku PPAT dan Upaya Yang Dilakukan Camat Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Tertib Hukum Pertanahan Tersebut. Menurut Penulis, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Camat sebagai PPAT sementara seperti hambatan bahwa banyak masyarakat yang tidak memberi tau kepada kecamatan bahwa tanahnya telah terjadi peralihan hak atas tanah dapat menjadi bumerang bagi pihak kecamatan jika terjadi sengketa di Pengadilan. Pihak kecamatan yang seharusnya ikut mengurus masalah agraria di wilayah hukumnya dianggap mengabaikan kepentingan agraria rakyatnya. Padahal yang kita tau bahwa dalam kenyataannya yang dapat dipersalahkan ada 2 (dua) sebab antara lain kesalahan dari pihak masyarakat sendiri yang tidak mau memberikan informasi atas perubahan status tanahnya melalui peralihan hak atas tanah ke pihak kecamatan. Kesalahan yang kedua sebagai kesalahan alternatif bahwa kemungkinan kurangnya sosialisasi dari pihak kecamatan kepada warganya akan pentingnya informasi mengenai perubahan hak atas tanahnya tersebut. Penulis juga mencatat bahwa tidak semua Camat di Kabupaten Karanganyar berpendidikan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sehingga diperlukan pendidikan khusus untuk pengetahuan pertanahan bagi para Camat yang tidak mengenyam pendidikan pertanahan. Ini akan mempengaruhi ketrampilan dalam melaksanakan tugas sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Sementara hambatan lainnya dalam kaitan peranan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam proses pendaftaran tanah di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karangnyar khususnya di Kecamatan Karangnyar Kota pada saat pihak kecamatan mengecek ke lokasi tanah, banyak dari tanahtanah tersebut belum diberi tanda-tanda batas atau tanda-tanda batasnya tidak jelas sehingga 11

petugas camat akan kesulitan dalam melakukan pencatatan luas hak milik atas tanah tersebut. Dalam pelaksanaan pembuatan akta baik untuk akta peralihan maupun pembebanan hak atas tanah sudah barang tentu ada hambatannya. Adapun hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tertib hukum pertanahan diwilayah Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karangnyar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kesadaran masyarakat rendah atas pensertifikatan tanah. Mereka beranggapan bahwa sertifikat itu tidak penting, karena untuk mengurusnya itu memerlukan waktu yang lama dan biayanya yang mahal, selain itu kadang-kadang masih dibebani dengan pungutanpungutan yang tidak semestinya. Hal inilah yang menjadikan mereka enggan dan malas mengurusnya dan mereka berpendapat bahwa dengan dimilikinya bukti hak tanah yang berupa Petuk D, letter C serta pembuktian lain, maka hak milik mereka atas tanah di anggap sudah aman dan terjamin kepastian hukumnya. 2. Dalam praktek apabila terjadi peralihan hak atas tanah yang dilakukan tidak melalui jasa Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tetapi melalui jasa Notaris PPAT biasanya tidak diberitahukan kepada Camat selaku PPAT bahwa telah terjadi peralihan hak atas tanah atau minimal memberikan laporan kepada Kepala Desa dimana tanah itu berada. Maka dari itu pihak desa tidak mengetahui segala sesuatunya tentang perubahan yang terjadi atas tanah tersebut, baik yang menyangkut obyek maupun subyek tanahnya. Sehingga hal ini akan menyulitkan pihak desa dalam penarikan pajaknya dan iuran-iuran pembangunan lainnya. Upaya yang dilakukan oleh Camat selaku PPAT untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan tertib hukum pertanahan di wilayah hukum Kecamatan Karanganyar adalah 12

sebagai berikut : 10 1. Dengan menyelenggarakan ataupun mengadakan penyuluhan-penyuluhan serta menyebarluaskan informasi kepada warga masyarakat tentang program pendaftaran tanah ini dan dengan adanya informasi tersebut diharapkan warga masyarakat menjadi tahu dan mengerti akan arti pentingnya dan fungsi dari kegiatan pendaftaran tanah tersebut dan mendorong masyarakat untuk segera mengurusnya agar dapat segera diperoleh sertifikat tanahnya, karena sertifikat tanah itu penting sekali, dan sebagai tanda bukti pemilikan hak. Sehingga hak atas tanah yang dimilikinya itu apabila dikemudian hari terjadi sengketa ataupun perselisihan telah terjamin kepastian hukumnya. 2. Diperlukan adanya pengertian antara para Camat selaku PPAT dan Notaris PPAT dalam hal terjadinya pelaksanaan peralihan hak atas tanah, sehingga Camat maupun Kepala Desa itu tahu perubahan yang terjadi dalam wilayahnya. Dan untuk peralihan hak atas tanah yang tidak di ketahui status pemiliknya atau perubahan hak itu tidak dicatat oleh pihak desa dalam Buku Ugeran Desa, maka sudah barang tentu mengenai pajak maupun segala mncam iuran-iuran untuk pembangunan tidak dapat ditarik dan ini yang membayar atau menjadi tanggungan pihak desa. 10 Wawancara Pribadi, Yustin Atmojo, SH., Camat Kecamatan Karanganyar, 10 Januari 2012. 13

C. Penutup a. Kesimpulan: 1. Peran camat sebagai PPAT sementara karena jabatan sesuai wilayah kerja masingmasing camat mempunyai kewenangan sebagai PPAT bagi warga di lingkungannya. 2. Demi kepastian hukum, untuk terselenggarakannya tertib hukum pertanaahan di Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Karanganyar maka pada setiap kesempatan Camat mengingatkan kepada warganya supaya warga mendapatkan hak atas tanah demi kepastian hukum maka diadakan pertemuan-pertemuan di Kelurahankelurahan untuk sosialisasi pentingnya pendaftaran tanah baik melalui PPAT di kecamatan khususnya. Antara PPAT Camat dengan PPAT Notaris mempunyai kewenangan yang sama karena produk hukumnya sama. 3. Adapun hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tertib hukum pertanahan diwilayah Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karangnyar tersebut adalah sebagai berikut: a. Kesadaran masyarakat rendah atas pensertifikatan tanah. Mereka beranggapan bahwa sertifikat itu tidak penting, karena untuk mengurusnya itu memerlukan waktu yang lama dan biayanya yang mahal, selain itu kadang-kadang masih dibebani dengan pungutan-pungutan yang tidak semestinya. Hal inilah yang menjadikan mereka enggan dan malas mengurusnya dan mereka berpendapat bahwa dengan dimilikinya bukti hak tanah yang berupa Petuk D, letter C serta pembuktian lain, maka hak milik mereka atas tanah di anggap sudah aman dan terjamin kepastian hukumnya. b. Dalam praktek apabila terjadi peralihan hak atas tanah yang dilakukan tidak 14

melalui jasa Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tetapi melalui jasa Notaris PPAT biasanya tidak diberitahukan kepada Camat selaku PPAT bahwa telah terjadi peralihan hak atas tanah atau minimal memberikan laporan kepada Kepala Desa dimana tanah itu berada. Maka dari itu pihak desa tidak mengetahui segala sesuatunya tentang perubahan yang terjadi atas tanah tersebut, baik yang menyangkut obyek maupun subyek tanahnya. Sehingga hal ini akan menyulitkan pihak desa dalam penarikan pajaknya dan iuran-iuran pembangunan lainnya. b. Saran Saran dan kritik dalam penulisan skripsi diperlukan supaya Camat dapat lebih berperan aktif dalam usaha menciptakan tertib hokum pertanahan dengan memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya Camat lebih aktif lagi dan ikut membantu Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar dalam melakukan sosialisasi mengenai pendafatarn tanah kepada masyarakat yang masih buta hokum agrarian bahkan tanah-tanah yang mungkin masih belum bersertifikat; 2. Bagi masyarakat sebaiknya dapat memanfaatkan peran camat sebagai PPAT dengan lebih aktif karena memang sudah menjadi tugas dan kewenangan yang diberikan oleh Negara dan pemerintah diharapkan dapat menyediakan pendidikan khusus untuk para Camat yang latar belakang disiplin ilmunya tidak sesuai dengan kebutuhan bidang pekerjaan yang menuntut pengetahuan dan keterampilan dibidang pertanahan 15

D. Daftar Pustaka A.P. Perlindungan, 1985. Pedoman Pelaksanaan UUPA Dan Tata Cara Penjabat Pebuat Akta Tanah. Alumni, Bandung. A. Ridwan Ha1im. 1985. Hukum Agraria Dalam Tanya - Jawab, Ghalia Indonesia: Jakarta. Abduarahman, 1983.Beberapa Aspekta Tentang Hukum Agraria, Alumni : Bandung. Bayu Surianingrat, 1987. Wewenang, Tugas Dan Tanggung-Jawab Camat, Patco, Jakarta- Surabaya. Boedi. Harsono, 1983.Hukum. Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah,. Djambatan, Jakarta. Bachtiar Effendie, 1983Pendaftaran Tanah Di Indonesia Dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya. Alumni, Bandung., 1982. Kumpulara Tulisan Tentang, Hukum Tanah, Alumni, Bandung. Effendi Perangin,1991. Hukum. Agraria Di Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, Rajawali Pers. Jakarta., 1990. Praktek Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit, Rajawali Pers. Jakarta., 1990. Praktek Jual Beli Tanah Rajawali Pers, Jakarta. Harun A1 Rashid, 1987. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah; (Berikut: Peraturan-Peraturannya ), Ghalia lndonesia, Jakarta. J. D. Sihombing Purwoatmojo dan Pius Triwahyudi, 1987. Hukum Agraria I, Sebelas Maret; University Press, Surakarta. K. Wantjik Saleh, 1977. Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia. Jakarta. Madjloes, 1984. Beberapa Petunjuk Bagi Camat Selaku Pejabat Pembuat Akte Tanah, Departemen Hukum Isntitut Ilmu Pemerintahan, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1984. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia. Jakarta. 16