Perlindungan Hukum Terhadap Animal Welfare. Oleh : Simplexius Asa Konsultan Hukum BAWA

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN [LN 2009/84, TLN 5015]

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

Bab XXV : Perbuatan Curang

Bab XII : Pemalsuan Surat

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1992 TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN [LN 1992/46, TLN 3478]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

Bab VI : Pelanggaran Kesusilaan

UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN [LN 2002/94 TLN 4226]

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433]

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011

Draf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474]

7. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kabupaten Lahat sebagai Daerah Otonom; diatur kembali;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

PRODUKSI BARANG MEWAH DIBALIK PEMBUNUHAN HEWAN Oleh : Yerrico Kasworo* Naskah Diterima: 10 Juli 2017; Disetujui: 13 Juli 2017

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

RechtsVinding Online

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

Regulasi Pangan di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN. Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612]

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB XX KETENTUAN PIDANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 06 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2009/154, TLN 5073]

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Perlindungan Hukum Terhadap Animal Welfare Oleh : Simplexius Asa Konsultan Hukum BAWA

Tujuan : 1. Menyamakan persepsi tentang Perlindungan Hukum terhadap Animal Welfare; 2. Mendiskusikan upaya meningkatkan animal welfare melalui kebijakan kriminal yang ada dalam dalam peraturan perundangundangan; 3. Mencari upaya dan terobosan dalam implentasi animal welfare di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya ;

Ruang Lingkup : 1. Perlindungan Hukum terhadap Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) menurut KUHP ; 2. Perlindungan Hukum Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perlindungan Satwa jo PP Nomor 7 / 1999, jo Lampiran PP Nomor 7 / 1999 ; 3. Perlindungan Hukum Menurut UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Hewan ;

A. Perlindungan Hukum menurut KUHP KUHP terbagi atas tiga buku: Buku I : Ketentuan Umum Pasal 1 103 ; Buku II : Kejahatan Pasal 104 488 ; Buku III : Pasal Pelanggaran 489 569 ; Perlindungan Hukum Dalam KUHP ditemukan dalam Buku II dan Buku III

Perlindungan Hukum menurut KUHP Dari Buku II tentang Kejahatan : perlindungan terhadap Animal Welfare dapat ditemukan dalam Pasal, 170, 241, 302, 363 dan 406 ayat (2) ; Dalam Buku III tentang Pelanggaran : perlindungan terhadap Animal Welfare dapat ditemukan dalam Pasal 490, 540, 541, 548, 549 ;

Perlindungan Hukum menurut KUHP Dari Buku II tentang Kejahatan: Pasal 170 ayat (1): Barangsiapa yang dimuka umum bersama-sama melakuan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun 6 bulan Ayat (2) a, Jika sitersalah dengan sengaja menyebabkan luka atau jika ia dengan sengaja merusakkan barang atau jika kekerasan yang dilakukannya menyebabkan sesuatu luka maka ancaman hukumannya adalah 7 tahun (Bdk: Pasal 406 ayat (2) ; KUHP mempersamakan binatang sebagai barang)

Mentransportasi / Membawa Binatang dengan Pas Palsu Pasal 241: Dihukum penjara selama-lamanya tiga bulan penjara atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 4500, barangsiapa dalam hal yang diwajibkan memakai surat pas jika membawa hewan, diwaktu membawa hewan itu dengan sengaja memakai pas yang diberikan untuk hewan lain, seolah-olah pas itu diberikan untuk hewan yang dibawanya

Penganiayaan Terhadap Binatang Pasal 302 ayat (1): Dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500, dihukum karena penganiayaan ringan pada binatang: 1e Barangsiapa tidak dengan maksud yang patut atau dengan melewati batas yang diijinkan untuk mencapai maksudnya itu, sengaja menyakiti atau membikin catat binatang atau merusakkan kesehatan binatang 2e Barangsiapa dengan maksud yang tidak patut atau dengan melewati batas yang dijinkan untuk mencapai maksudnya itu, sengaja tidak memberi makanan yang perlu kepada binatang yang sama sekali atau sebagiannya menjadi kepunyaannya dan ada didalam penjagaannya atau pada binatang yang harus dipeliharanya. Pasal 302 ayat (2): Jikalau perbuatan itu menyebabkan binatang itu sakit lebih dari seminggu, atau hilang salah satu anggota badannya atau mendapat luka berat dalam hal yang lain atau menyebabkan kematiannya, maka pelaku dihukum penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500. Pasal 302 ayat (3): Jika binatang itu kepunyaan pelaku maka dapat dirampas.

Pencurian Hewan sebagai Pencurian Dengan Pemberatan Pasal 363,Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, barangsiapa yang mencuri hewan. Catatan: Lihat pasal 101 tentang apa yang dimaksud dengan hewan yaitu binatang berkuku satu (kuda), binatang memamah biak (sapi, kerbau, kambing, biri-biri dan babi. Penekanannya adalah hewan sebagai komoditas.

Menghancurkan atau Merusakkan Barang Pasal 406 (2): Dihukum penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.5000 ; barangsiapa dengan sengaja dan dengan melawan hak membinasakan/ membunuh, merusakkan, membuat sehingga tidak dapat digunakan lagi atau menghilangkan binatang yang sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain Bandingkan dengan pasal 170 dan/ atau Pasal 363 ayat (1) ke 4e dan ayat (2)

Perjudian Dengan Mengadu Binatang Pasal 303 Ayat (1): Dengan hukuman penjara selama-lamanya 10 tahun atau denda sebanyak-banyaknya 25 juta rupiah, dihukum barangsiapa dengan tidak berhak : 1e Menuntut pencaharian dengan jalan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi, atau sengaja turut campur dalam perusahaan main judi 2e Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, atau sengaja turut campur dalam perusahaan untuk itu, biarpun ada atau tidak ada perjanjiannya atau dengan cara apapun untuk memakai kesempatan itu Pasal 303 ayat (2): Kalau sitersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya, maka dapat dipecat dari jabatannya itu Pasal 303 ayat (3): Yang dikatakan main judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan untuk menang pada umumnya bergantung pada untung-untungan saja, apalagi jika pengharapan tersebut bertambbah besar karena kepintaran atau kebiasaan pemian. Taruhan tentang hasil akhir/ skor atau keputusan dalam suatu perlombaan termasuk judi.

Perlindungan Hukum menurut KUHP Dalam Buku III tentang Pelanggaran: Pasal 490: Dengan hukuman kurungan selama-lamanya 6 hari atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 375, dihukum: 1e Barangsiapa mengacuhkan binatang kepada manusia atau kepada binatang yang ditunggangi, dipasang kereta atau digerobak atau yang dimuati barang 2e Barangsiapa tidak mencegah binatang, yang ada dalam penjagaannya, jika binatang itu menyerang manusia atau binatang yang ditunggangi, dipasang dikereta atau gerobak atau yang dimuati barang 3e Barangsiapa tidak menjaga dengan sempurna binatang yang berbahaya yang ada dalam penjagaannya, supaya binatang itu tidak mendatangkan bahaya 4e barangsiapa yang memelihara binatang buas yang berbahaya, dengan tidak memberitahukan hal itu kepada polisi atau kepada pegawai negeri yang ditunjuk atau yang tidak memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh pejabat / pegawai negeri yang ditunjuk untuk itu

Membiarkan Binatang Peliharaan Pasal 494: Dengan hukuman denda sebanyakbanyaknya Rp. 375, dihukum bagi: 4e Barangsiapa meninggalkan binatang kendaraan, binatang penarik atau binatang pengangkut atau ternak yang dibawannya dijalan umum dengan tidak mengambil tindakan penjagaan seperlunya, supaya jangan mendatangkan kerugian ; 5e Barangsiapa membiarkan ternak berjalan terlepas dijalan umum dengan tidak mengambil tindakan penjagaan seperlunya, supaya ternak itu jangan mendatangkan kerugian ;

Perlakuan Pada Kuda Yang Belum Dewasa Pasal 541 ayat (1): Dengan hukuman denda sebanyak-banyaknya Rp. 225, dihukum: 1e Barangsiapa memakai kuda untuk pekerjaan memikul, ditunggangi, atau menarik, sedang binatang itu belum berganti gigi atau yang kedua giginya disebelah dalam tulang rahang dimuka (yang di atas) belum menyanggit dengan giginya disebelah dalam dari tulang rahang dibelakang (yang di bawah) ; 2e Barangsiapa memberi kuda berpakaian atau mengikat atau memasang kuda itu pada kendaraan atau pada binatang penarik, sedang kuda itu belum berganti gigi atau yang kedua giginya disebelah dalam tulang rahang dimuka (yang di atas) belum menyanggit dengan giginya disebelah dalam dari tulang rahang dibelakang (yang di bawah) ; 3e Orang yang memakai kuda betina untuk melakukan pekerjaan memikul, ditunggangi atau menarik sedang ia membiarkan anak kuda yang belum mempunyai gigi muda keenam-enamnya mengikut induknya ; Pasal 541 ayat (2): Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lagi lalu 1 tahun, sejak sejak ketetapan putusan hukum yang dahulu bagi sitersalah lantaran pelanggaran serupa itu atau lantaran salah satu pelanggaran seupa itu atau lantaran salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam pasal 540 atau lantaran kejahatan yang tersebut dalam pasal 302, maka hukuman denda tersebut dapat diganti dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga hari ;

Membiarkan Ternak Bersayap Merusak Tanaman Pasal 548: Barangsiapa dengan tidak berhak membiarkan ternaknya yang bersayap tidak dapat terbang, berjalan dikebun orang atau ditanah yang sudah ditaburi, ditugali atau ditanami, dihukum denda sebanyak-banyaknya Rp. 225 ;

Membiarkan Hewan / Ternak merusak Tamanam Pasal 549 ayat (1): Barangsiapa dengan tidak berhak membiarkan hewannya berjalan dikebun, disesuatu padang, ladang rumput atau padang jerami, ataupun disesuatu tanah yang telah ditaburi, diugali, atau ditanami, ataupun yang hasilnya belum lagi diambil, ataupun tanah kepunyaan orang lain, oleh yang berhak dilarang dimasuki dengan sudah diberi tanda larangan yang nyata bagi sipelanggar dihukum denda sebanyak-banyaknya Rp. 375 Pasal 549 ayat (2): Ternak yan menyebabkan pelanggaran itu dapat dirampas Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lagi liwat 1 tahun, sesudah keterangan putusan hukuman yang dahulu bagi sitersalah lantaran pelanggaran yang serupa itu juga, maka denda itu dapat diganti dengan hukuman kurungan selama-lamanya 14 hari ;

B. UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA atau UU KONSERVASI HAYATI jo PP 7/1999 i.c Lampiran PP 7/1999 Pasal 3, Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Pasal 11 : Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan melalui kegiatan: pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

BAB XII - Ketentuan Pidana Pasal 40 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran.

C. UU Nomor 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan Pengaturan penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan bertujuan untuk: a. mengelola sumber daya hewan secara bermartabat, bertanggung jawab, dan berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; b. mencukupi kebutuhan pangan, barang, dan jasa asal hewan secara mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan bagi peningkatan esejahteraan peternak dan masyarakat menuju pencapaian ketahanan pangan nasional; c. melindungi, mengamankan, dan/atau menjamin wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman yang dapat mengganggu kesehatan atau kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan; d. mengembangkan mengembangkan sumber daya hewan bagi kesejahteraan peternak dan masyarakat; dan e. memberi kepastian hukum dan kepastian berusaha dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan.

UU 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan BAB XIII KETENTUAN PIDANA : Pasal 86 Pasal 92, diklasifikasi atas kejahatan dan pelanggaran Menurut Pasal 93, tindak pidana dalam UU Nomor 18/2009 terdiri atas Pelanggaran, yaitu: Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88, Pasal 89 Pasal 90, dan Pasal 91 Sedangkan tindak pidana sebagaimana dalam pasal 89 UU Nomor 18/2009 merupakan kejahatan.

UU 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan Pelanggaran - Pasal 86: Setiap orang yang menyembelih: a. ternak ruminansia kecil betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah); dan b. ternak ruminansia besar betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). Pasal 18 (2) Ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan, atau pengendalian dan enanggulangan penyakit hewan. Pelanggaran - Pasal 87: Setiap orang yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Pasal 22 (4) Setiap orang dilarang: a. mengedarkan pakan yang tidak layak dikonsumsi; b. menggunakan dan/atau mengedarkan pakan ruminansia yang mengandung bahan pakan yang berupa darah, daging,dan/atau tulang; dan/atau c. menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan.

UU 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan Pelanggaran - Pasal 88: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan alat dan mesin tanpa mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pemakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dan/atau belum diuji berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 11 (sebelas) bulan dan denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 24 ayat (2) Pakan yang dibuat untuk diedarkan secara komersial harus memenuhi standar atau persyaratan teknis minimal dan keamanan pakan serta memenuhi ketentuan cara pembuatan pakan yang baik yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 24 ayat (3) Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berlabel sesuai dengan peraturan perundangundangan.

UU 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan Pelanggaran - Pasal 89: (1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran atas tindakan mengeluarkan dan/atau memasukkan hewan, produk hewan, atau media pembawa penyakit hewan lainnya dari dan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (5), Pasal 58 ayat (5), dan Pasal 59 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Pasal 42 ayat (5) Setiap orang yang melakukan pemasukan dan/atau pengeluaran hewan, produk hewan, dan/atau media pembawa penyakit wajib memenuhi persyaratan teknis kesehatan hewan. Pasal 58 ayat (5) Produk hewan yang dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal jika dipersyaratkan oleh negara pengimpor. Pasal 59 ayat (1) Setiap orang yang akan memasukkan produk hewan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh izin pemasukan dari menteri yang terkait di bidang perdagangan setelah memperoleh rekomendasi: untuk produk hewan segar dari Menteri; atau untuk produk hewan olahan dari pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan dan/atau Menteri. (2) Setiap orang yang mengeluarkan dan/atau memasukkan hewan, produk hewan, atau media pembawa penyakit hewan lainnya ke dalam wilayah bebas dari wilayah tertular atau terduga tertular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5), Pasal 59 ayat (3), dan Pasal 60 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal 46 ayat (5) Setiap orang dilarang mengeluarkan dan/atau memasukkan hewan, produk hewan, dan/atau media yang dimungkinkan membawa penyakit hewan lainnya dari daerah tertular dan/atau terduga ke daerah bebas. Pasal 59 ayat (3) Produk hewan olahan yang akan dimasukkan ke alam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yang masih mempunyai risiko penyebaran zoonosis yang dapat mengancam kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan budi daya, harus mendapatkan rekomendasi dari Menteri sebelum dikeluarkannya rekomendasi dari pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan. Pasal 60 ayat (1) Setiap orang yang mempunyai unit usaha produk hewan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh nomor kontrol veteriner kepada pemerintah daerah provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. (3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan matinya orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah).

UU 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan Pelanggaran - Pasal 90: Setiap orang yang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk konsumsi manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 51 ayat (3): Setiap orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk konsumsi manusia. Pelanggaran - Pasal 91: Setiap orang yang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah). Pasal 52 ayat (1): Setiap orang dilarang membuat, menyediakan, dan/ atau mengedarkan obat hewan yang: a. berupa sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia; b. tidak memiliki nomor pendaftaran; c. tidak diberi label dan tanda; dan d. tidak memenuhi standar mutu.

UU 18 / 2009 tentang Kesejahteraan Hewan Kejahatan - Pasal 92: (1) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi atau pejabat yang berwenang, pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda dengan pemberatan ditambah 1/3 (sepertiga) dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 sampai dengan Pasal 91. (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi atau pejabat yang berwenang dapat dikenai pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha, status badan hukum, atau status kepegawaian dari pejabat yang berwenang.

Kesimpulan & Rekomendasi Animal welfare bukanlah issue yang baru karena telah diakui oleh hukum pidana sejak tahun 1890-an ; pada saat dimana Wetboek van Straftrecht diundangkan di Belanda dan diberlakukan di Indonesia. Secara umum, issue perlindungan hukum dan kesejahtraan hewan (animal welfare) berkenaan dengan peranan binatang/hewan : (1) sebagai komoditas, (2) sebagai sehabat manusia, (3) sebagai pembantu yang dapat meringankan pekerjaan manusia, (4) binatang sebagai penjaga ekosistem kehidupan, dlsb. Perlu sosialisasi dan sensitisasi yang terus-menerus sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap animal welfare. Terlepas masih adanya kekurangan berupa rendahnya hukuman yang ditetapkan, tiap-tiap perbuatan yang melanggar prinsip animal welfare mestinya ditindak tegas dengan sanksi pidana yang setimpal dan memadai. Diperlukan studi lanjutan yang lebih luas dan dalam terutama terkait law reform sehingga perlindungan hukum terhadap animal welfare lebih sesuai dengan tuntutan jaman / keadaan pada saat sekarang.