BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan hasil dari peradaban manusia lebih dari itu pendidikan adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

VISI, MISI, TUJUAN, dan TOPIK BAHASAN PAI

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilakukan. Selain itu, diajukan juga beberapa rekomendasi yang telah berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar dipandang masih belum efektif. Indikasi kearah sana

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

Membahas Kitab Tafsir

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan memberikan arahan yang positif dan dengan pendidikan akan

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. sering kali berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan.

MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap dirinya, bangsa dan agama. 1. mandiri dalam menjalani kehidupan yang dialaminya.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya orang yang meyakini dan menganut ajaran Islam memiliki kepribadian

BAB IV RELEVANSI PROPHETIC INTELLIGENCE (KECERDASAN KENABIAN) HAMDANI BAKRAN DENGAN KURIKULUM PAI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa itu. Firman Allah Swt. Dalam surah Al-Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran, yaitu: Al-Qur an-hadis, Akidah-Akhlak, Al Qur an

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah lahir hingga wafat sampai diteruskan oleh para sahabatsahabatnya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

Memahami Akidah Islam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting artinya, sebab pendidikan merupakan faktor utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan. meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan..

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

BAB I PENDAHULUAN. hidup, lahir dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang berpikir bahwa fiqh merupakan pelajaran agama Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya. Perkembangan teknologi pada era modern ini seringkali membuat perubahan-perubahan paradigma berfikir masyarakat. Mengejar dan menuntut pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan perkembangan masa depan. Fiqh dianggap sebagai salah satu mata pelajaran pelengkap saja yang ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan sekedar memuat ritual-ritual dalam ajaran agama Islam. Hal ini menjadi permasalahan yang berlarut-larut dalam kehidupan sekarang. Fiqh yang di dalamnya masih terdapat berbagai perbedaan dari para ulama sering menimbulkan kebingungan dan keraguan dalam menjalankan beberapa ajaran pokok. Sebagian masih sibuk dengan mengurusi hal-hal ikhtilaf yang bersifat furu iyah di atas daripada mengamalkan yang diketahui. Fenomena lain yang sering terjadi, siswa madrasah cenderung menggampangkan mata pelajaran fiqh. Penyebabnya adalah mata pelajaran fiqh dianggap lebih mudah dipelajari daripada sains dan matematika. Akibat dari terlalu menggampangkan, membuat percaya diri 1

tinggi yang dilandasi kurang usaha dalam mempelajarinya dan ketika hasil evaluasi diumumkan, nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan persepsi mereka. Selain itu, pemahamannya hanya sekedar ingin tahu dan kebanyakan belum mempunyai keinginan yang mendalam dalam mempelajarinya. Namun hal tersebut, tidak bisa hanya dilihat dari usaha para siswa terhadap mata pelajaran fiqh. Keterlibatan guru dalam menyampaikan materi dan mengunakan metode dapat menjadi referensi dalam menemukan sisi-sisi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fiqh. Dalam perkembangan sejarah, fiqh adalah mata pelajaran pertama yang sempat memicu dua kelompok pemikiran yang berbeda akan pentingnya Pendidikan Agama Islam (PAI) pada masa pasca kemerdekaan Orde Baru. Fiqh saat itu menjadi pelajaran yang harus dipelajari kepada peserta didik. Senada dengan uraian di atas Khozin menjelaskan bahwa dalam proses mendapatkan legalitas hukum atas pelaksanaan pendidikan agama sejak kurun kemerdekaan, terjadi tarik-menarik antara kelompok yang pro karena menganggap PAI penting diberikan di sekolah/perguruan tinggi, dan mereka yang kontra karena menganggap tidak penting dan cukup diganti dengan pendidikan budi pekerti. Kelompok kedua ini bisa dipahami, karena agama (Islam) dalam pengertian mereka adalah fiqh, sehingga tidak perlu diajarkan di sekolah. Sementara kelompok pertama berpandangan bahwa agama tidak sekedar dalam pengertian itu, tetapi 2

ajaran moral yang bersumber dari kitab suci, meski dalam prakteknya yang lebih dikedepankan adalah ajaran-ajaran yang bersifat fiqhiyah. 1 Fiqh merupakan ilmu yang harus dipahami oleh setiap umat muslim karena di dalamnya banyak memuat panduan ibadah sehari-hari. Menghubungkan interaksi kepada Allah. Ketika ibadah yang dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw (ittiba rasul) maka ibadah akan diterima. Namun, ketika tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw maka tidak diterima. Untuk mengetahui ibadah yang murni contoh dari Nabi Muhammad, tentu tidaklah mudah. Setelah Rasulullah wafat, hidup sebagian sahabat, tabi tabi in dan para ulama. Fiqh berperan sebagai ijtihad yang dilakukan oleh para ulama. Walaupun masih banyak perbedaan pendapat di dalamnya. Mata pelajaran fiqh terdapat di dalam salah satu bagian dari struktur kurikulum madrasah yang hanya mengajarkan lima bidang studi agama, yaitu Fiqh, Aqidah-Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Qur an- Hadist, dan Bahasa Arab. Menurut Azra dalam Khozin bahwa ketika ditetapkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah serta diberlakukannya Kurikulum 1994, di mana status madrasah sebagai madrasah diniyah berubah menjadi sekolah berciri khas Islam. Dengan perkataan lain, 1 Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia Rekonstruksi sejarah untuk Aksi (rev. ed. Malang: 2006), hal. 225 3

kedudukan madrasah sudah berbanding lurus dengan sekolah-sekolah umum. 2 Melihat kurikulum madrasah, mata pelajaran fiqh merupakan bagian dari mata pelajaran agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam. Sehingga kelak dapat menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, pembiasaan dan keteladanan. Mata pelajaran fiqh meliputi: Fiqh Ibadah, Fiqh Muamalah, Fiqh Munakahat, Fiqh Jinayah, Fiqh Siyasah, dan Ushul Fiqh. Hal ini menggambarkan bahwa Fiqh bisa mewujudkan keserasian akan keseimbangan manusia dengan Tuhannya dan manusia yang lain (lingkungan atau dirinya sendiri). Istilah tersebut sering kita kenal dengan istilah Habblumminallah wa Habblumminannass. 3 Fiqh dalam arti kata adalah paham yang mendalam. Hal ini dijelaskan dibeberapa surat dalam al-qur an. Di antaranya terdapat dalam surat al-taubah ayat 122 dan surat 20; 19. Di dalam dua ayat tersebut ada kata fa qa ha. fa qa ha dalam surat al-taubah digunakan untuk halhal yang bersifat lahiriah, sehingga fiqh diartikan sebagai paham yang menyampaikan ilmu zhahir kepada ilmu batin. Sedangkan di surat 20;19, fa qa ha dimaknai sebagai bentuk tertentu dari kedalaman paham dan 2 Ibid., hal. 129 3 Asrofudin, Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Fiqh, diakses pada tanggal 14 April 2011 dari http://www.canboyz.co.cc/tujuan-dan-fungsi-mata-pelajaran-fiqih.html 4

kedalaman ilmu yang menyebabkan dapat diambil manfaat darinya. Pendapat lain ada yang mengatakan fiqhu atau paham tidak sama dengan ilmu walaupun lafaznya sama. Namun, meskipun bukan termasuk ilmu, paham merupakan pikiran yang baik dari kesiapannya dalam menangkap apa yang dituntut. Menurut Ibnu Subki (dalam Amir Syarifuddin) mendefinisikan fiqh Ialah Ilmu tentang hukum-hukum syar i yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. 4 Fiqh ilmu yang digali dari dalil-dalil tafsili dalam al-qur an maupun hadist. Fiqh bukan merupakan hukum yang tak berdalil. Namun memiliki suatu kedudukan ilmu yang sangat diperhatikan oleh beberapa ulama agar umat Islam mampu menerapkannya sesuai sumber hukum Islam. Kata amaliyah yang terdapat dalam definisi di atas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya menyangkut tindak tanduk perbuatan manusia yang bersifat lahiriah. Jadi yang bukan amal amaliyah seperti keimanan dan Aqidah tidak termasuk dalam lingkungan fiqh. Sedangkan Saifuddin al- Amidiy dalam Amir Syarifuddin memberikan definisi fiqh, yaitu ilmu tentang seperangkat hukum-hukum syara yang bersifat furu iyah yang berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal. Dalam hal di atas dapat disimpulkan bahwa fiqh merupakan ilmu tentang hukum Allah yang 4 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 5 5

bersifat Amaliyah furu iyah, berdasarkan kepada dalil tafsili dan melalui penalaran dan istidlal seorang mujtahid atau faqih. 5 Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fiqh penting untuk diketahui agar dapat memberi informasi penting di dalam lembaga tersebut. Siswa dapat dilihat minatnya dari berbagai keterlibatan aktifnya dalam berinteraksi dengan mata pelajaran fiqh sehingga menjadi usaha perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar, pemberian evaluasi pembelajaran, pemilihan metode dan lain sebagainya. Berkaitan dengan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan kajian tentang Minat Belajar Siswa Madrasah Aliyah Terhadap Mata Pelajaran Fiqh (Studi Kasus Kelas XI di MAN Malang 1). MAN Malang 1 merupakan Madrasah Aliyah Negeri yang keberadaannya telah banyak diakui oleh beberapa kalangan. Dengan adanya karya tulis ini, bisa memberikan informasi baru bagi setiap pendidik (guru) dalam melihat minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fiqh dan membantu menerapkan praktek-praktek ibadah sesuai syari at Islam di dalam kehidupannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan. Maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu : 5 Ibid., hal. 7 6

1. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI yang sebenarnya terhadap mata pelajaran fiqh di MAN Malang I? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa kelas XI terhadap mata pelajaran fiqh? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan minat belajar siswa kelas XI terhadap mata pelajaran fiqh di MAN Malang I. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa kelas XI terhadap mata pelajaran fiqh di MAN Malang 1. D. Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kajian ilmu pendidikan Islam, terutama kajian-kajian yang membahas tentang minat belajar siswa Madrasah Aliyah terhadap mata pelajaran fiqh. b. Bagi sekolah Penelitian ini berfungsi sebagai acuan dalam melakukan peningkatan bagi lembaga terkait untuk terus mempertahankan prestasi yang ada sehingga tetap menjadi sekolah Terpadu yang terdepan. c. Bagi peneliti 7

Penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan, pengalaman latihan, dan pengembangan teori untuk diterapkan dari apa yang didapat selama menempuh kuliyah. E. Definisi Operasional Judul penelitian ini adalah "Minat Belajar Siswa Madrasah Aliyah Terhadap Mata Pelajaran Fiqh" (Studi Kasus Terhadap Kelas XI MAN Malang 1). Agar tidak terjadi misinterpretasi dalam pemahaman judul penelitian ini, penulis perlu menegaskan istilah-istilah tersebut dalam bentuk definisi operasional sebagai berikut: 1. Minat Belajar Minat yang dimaksud disini adalah kecendrungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian dan keaktifan berbuat. Sedangkan pengertian belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja dan akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2. Madrasah Aliyah 8

Madrasah adalah sekolah atau lembaga pendidikan dalam Islam. 6 Aliyah adalah jenjang setara SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas). Madrasah Aliyah adalah Sekolah Agama Tingkat Atas (setingkat SLTA). 7 Sebuah lembaga pendidikan Islam yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). 3. Mata pelajaran fiqh Mata pelajaran adalah salah satu isi berupa materi-materi yang dijabarkan dari kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam). Fiqh adalah hasil ijtihad para ulama tentang hukum islam. Misalnya cara bersuci, sah atau batalnya wudhu, tata cara sholat jenazah dll. Mata pelajaran fiqh adalah sejumlah materi yang telah ditentukan di dalam kurikulum PAI, terfokus pada kajian tentang syariat-syari at Islam yang merupakan hasil ijtihad dari ulama atau mujtahid berdasarkan al-qur an dan Hadist. 6 Ibid., hal. 356 7 Ibid., hal. 356 9