ABSTRAK. Kata kunci: Faktor pencetus, Gastritis. Abstrack

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA SISWA DI SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO ROSI HERDIANTO SUBJECT: Perilaku, Gastritis, Siswa

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN. GASTRITIS Page 1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN GASTRITIS PADA PASIEN GASTRITIS DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :

3.EPIDEMIOLOGI 4. ETIOLOGI. Infeksi bakteri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. merasakan sakit atau tidak enak badan pasti akan melakukan upaya untuk

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu seorang pakar/ahli dalam mendiagnosa berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DALAM PENGGUNAAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI KAPIH SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC)

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT STRESS DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PUSKESMAS PAKUAN BARU JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

WASPADAI BAHAYA ASAM KUAT DALAM PRODUK YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN.

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Obat Penyakit Diabetes & Cara Mendiagnosis Gastroparesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK

Lanny Helfiani Murdiana¹ Program Studi Diploma III Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

KARAKTERISTIK PENDERITA DISPEPSIA DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

Transkripsi:

ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh pengalaman penulis yang mempunyai pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu yang tidak nyaman pada pencernaan. Beberapa faktor pencetus gastritis adalah pola makan, rokok, stres, obat anti inflamasi non steroid, minuman beralkohol, dan kafein. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang faktor pencetus gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi dokumenter dan wawancara. Data diambil dari status pasien dengan menggunakan studi dokumentasi dan wawancara pada tanggal 17-23 April 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosa gastritis di Puskesmas Parongpong selama periode bulan Januari-Maret 2013 dan pasien yang berobat dan diwawancarai pada tanggal 17-23 April 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pencetus gastritis pada pasien yang berobat di Puskesmas Parongpong adalah sebagai berikut: pola makan tidak teratur merupakan pencetus yang sangat banyak, kafein merupakan pencetus yang banyak, rokok dan stres merupakan pencetus yang sedikit mempengaruhi, minuman beralkohol dan obat anti inflamasi nonsteroid merupakan pencetus yang sangat sedikit terhadap kejadian gastritis. Faktor pencetus yang paling dominan adalah pola makan makan tidak teratur terhadap angka kejadian gastritis sedangkan faktor pencetus yang kurang dominan adalah penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan minuman beralkohol. Saran yang dapat penulis berikan kepada pimpinan Puskesmas Parongpong adalah perlunya memberikan penyuluhan kepada pasien untuk merubah hidup dan pola makan kearah yang lebih sehat. Untuk bidang penelitian, penulis mengharapkan adanya penelitian lanjutan tentang hubungan antara pola makan tidak teratur dengan kejadian gastritis. Kata kunci: Faktor pencetus, Gastritis Abstrack The background of the riset is motivated by the experience of the authors who have irregular eating patterns and eating foods that are too spicy and uncomfortable in digestion. Several precipitating factors are gastritis diet, smoking, stress, non-steroidal anti-inflammatory drugs, alcohol, and caffeine. The purpose of this research to gain an overview of the trigger gastritis in patients who seek treatment at the health center Parongpong West Bandung regency. The method used is descriptive method to study documentary and interview techniques. The data is taken from the patient's status using the documentation and interview study on 17 to 23 April 2013. The population in this study were all patients who were diagnosed with gastritis in Parongpong health center during the period from January to March 2013, and patients were treated and interviewed on 17 to 23 April 2013. The results showed that the trigger gastritis in patients who seek treatment at the health center Parongpong are as follows: irregular eating pattern is very much 1

the originator, the originator of a lot of caffeine, cigarettes and stress is a trigger that little influence, alcohol and nonsteroidal anti-inflammatory drugs is the originator of the very few on the incidence of gastritis. The most dominant trigger is irregular eating diet on the incidence of gastritis while the less dominant precipitating factor is the use of non-steroidal anti-inflammatory drugs and alcoholic beverages. Suggestion that the author can give to the health center leadership Parongpong is the need to provide counseling to patients and to change life patterns towards more healthy eating. For the field study, the authors expect any further research on the relationship between irregular diet with the incidence of gastritis. Keyword: precipitating factors, Gastritis 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti dengan pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu yang tidak nyaman pada pencernaan menyebabkan peneliti menderita gastritis. Gastritis tersebut menyebabkan rasa perih dan terbakar pada perut, mual, cegukan, sehingga menyebabkan susah tidur dan susah konsentrasi saat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh dosen. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian ilmiah dengan judul: FAKTOR PENCETUS GASTRITIS PADA PASIEN DI PUSKESMAS PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor pencetus gastritis pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 1.2.1. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu: 1. Menentukan sebaran faktor pencetus gastritis pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi faktor pencetus gastritis manakah yang paling dominan dan tidak dominan pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 1.3. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna bagi: 1. Pimpinan Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat, sebagai bahan masukan dalam memberikan penyuluhan untuk memotivasi kepada pasien agar menjaga pola makan teratur. 2. Bidang penelitian, sebagai bahan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya. 2

2. Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Dasar Gastritis 2.1.1. Pengertian Gastritis Phipps et al (2003:1023) mengatakan bahwa gastritis adalah penyebaran atau respon lokal mukosa lambung terhadap cidera dan infeksi. 2.1.2. Klasifikasi Gastritis 2.1.2.1 Gastritis Akut Phipps et al (2003:1023) mangatakan bahwa gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi alkohol, konsumsi obat-obatan, stres fisik yang parah atau trauma, terapi radiasi, makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri serta mengkonsumsi zat berbahaya. Suzanne et al (2007:1204) mendefinisikan bahwa gastritis akut adalah kesalahan makan yaitu mengkonsumsi makanan pengiritasi, makanan berbumbu, makanan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme penyebab penyakit, konsumsi alkohol, terapi radiasi serta obat-obatan. 2.1.2.2 Gastritis Kronis McCance dan Huether (2006:1395) mengatakan bahwa gastritis kronis cenderung terjadi pada individu usia muda yang menyebabkan penipisan dan degenerasi dinding lambung dengan berhentinya pertumbuhan sel epitelium lambung. Gastritis dibagi menjadi gastritis kronis tipe A dan tipe B. Gastritis kronis tipe A (kronik fundal) adalah degenerasi luas mukosa lambung yang terjadi pada tubuh dan fundus lambung yang dapat mengakibatkan berhentinya pertumbuhan sel lambung. Gastritis kronis tipe B (antral) pada umumnya terjadi pada antrum lambung dan rata-rata empat kali lebih sering terjadi daripada gastritis kronis tipe A. Gastritis kronis terjadi karena pengunaan obat-obatan anti steroid, alkohol dan rokok. Suzanne et al (2007:1204) menambahkan bahwa gastritis kronis adalah peradangan pada lambung yang sudah lama yang disebabkan oleh sel malignan atau benign pada lambung karena infeksi bakteri Helicobacter pylori. 2.1.3. Etiologi Gastritis Phipps et al (2003:1023) gastritis akut disebabkan oleh konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan, stres, trauma fisik, menelan zat berbahaya, paparan radiasi dan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri. McCance dan Suzanne et al (2007:1204) mengatakan bahwa gastritis kronis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh mengkonsumsi makanan yang terlalu berbumbu dan mengiritasi, infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, adanya sel malignan dan benign pada lambung penyakit autoimun seperti anemia pernisious, faktor makanan seperti kafein, alkohol, rokok, refluks kronik dari sekresi pankreas dan cairan empedu ke dalam lambung. 3

2.1.4. Gejala Gastritis 2.1.4.1 Gejala Gastritis Akut Menurut Suzanne et al (2007:1204) tanda gejala gastritis adalah rasa tak nyaman pada perut, sakit kepala, lesu, cegukan, tidak selera makan serta mual dan muntah yang bisa terjadi beberapa jam hingga beberapa hari. 2.1.4.2 Gejala Gastritis Kronis Menurut Suzanne et al (2007:1204) tanda dan gejala gastritis adalah tidak selera makan, rasa terbakar pada perut setelah makan, sendawa, rasa asam pada mulut. Sebagian pasien merasakan nyeri sedang pada epigastrium, nyeri saat mengkonsumsi makanan pedas dan berminyak. Gangguan penyerapan vitamin B 12 menyebabkan produksi antibodi yang mengikat vitamin dan faktor intrinsik menjadi terganggu. 2.1.5. Patofisiologi 2.1.5.1 Patofisiologi Gastritis Akut Phipps et al (2003:1023) menjelaskan bahwa gastritis akut terjadi ketika mekanisme perlindungan mukosa lambung rusak dengan adanya iritasi atau hadirnya bakteri dalam lambung. Mukus lambung memberikan sedikit perlindungan terhadap cedera kimia yang terjadi di dalam lambung. Regenerasi mukosa lambung dari cidera biasanya cepat dan efisien, dan meskipun demikian kelainan biasanya sudah bisa berkurang setelah faktor iritasi diatasi. Lewis et al (2004:1021) menambahkan bahwa kesalahan mengkonsumsi makanan menyebabkan gastritis akut. Mengkonsumsi alkohol dapat memperbesar luka akut pada mukosa lambung, kerusakan sel permukaan epitel hingga kehancuran mukosa lambung, perdarahan dan edema. 2.1.5.2 Patofisiologi Gastritis Kronis Menurut Phipps et al (2003:1023) gastritis kronis terjadi karena penurunan sekresi asam lambung yang disebabkan oleh autoimun sel parietal. Kelenjar lambung secara bertahap berhenti bertumbuh dan mukosa lambung menjadi tipis dan memburuk. Penyakit tersebut biasanya tidak erosif dan didiagnosa melalui pemeriksaan histologi mukosa lambung. Kerusakan progresif sel parietal mengarah kepada anemia pernisious. Biasanya tidak ada tanda gejala hingga proses kerusakan terjadi. McCance dan Huether (2006:1396) mengatakan bahwa gastritis kronis tipe A terjadi penurunan fungsi mukosa lambung secara ekstensif didalam tubuh dan fundus lambung. Hilangnya sel utama dan sel parietal menyebabkan berkurangnya sekresi pepsinogen, asam hidroklorik dan faktor intrinsik. Gastritis kronis tipe B terutama melibatkan fundus dan antrum lambung. Penurunan minimal sekresi asam lambung, jumlah gastrin normal yang tinggal, dan penyerapan vitamin B 12 biasanya jarang terjadi namun kondisinya mukosa mengalami gangguan pertumbuhan serta mengalami penurunan sekresi asam lambung. 4

2.1.6. Tes Diagnostik 2.1.6.1 Tes Napas Mayo (2012:4) mengatakan bahwa dokter merekomendasikan tes untuk menentukan apakah bakteri Helicobacter pylori hadir dalam tubuh penderita. Jenis tes yang dijalani tergantung pada situasi. Helicobacter pylori yang dideteksi dalam bentuk tes napas dimana pasien diberi minum segelas kecil cairan tawar yang mengandung karbon radioaktif. 2.1.6.2 Tes Darah Klasco (2012:2) menambahkan bahwa dokter akan memeriksa jumlah sel darah merah untuk melihat apakah penderita gastritis mengalami anemia dengan ditemukannya jumlah sel darah merah sedikit, dimana anemia dapat menyebabkan gastritis. 2.1.6.3 Tes Tinja Menurut Mayo (2012:4) tes tinja digunakan untuk mengetahui Helicobacter pylori pada sampel tinja seseorang yang di bawa ke laboratoruim dan diperiksa.tes ini menggunakan suatu antibody dari Helicobacter pylori untuk memastikan adanya Helicobacter pilory ada tinja. 2.1.6.4 Endoskopi Mayo (2012:4) menjelaskan bahwa pemeriksaan sistem pencernaan bagian atas menggunakan endoskopi. Dokter memasukkan tabung berongga yang dilengkapi dengan lensa (endoskopi) melalui tenggorokan masuk kedalam perut sampai ke usus kecil untuk mencari tanda-tanda peradangan. 2.1.6.5 Sinar X Annisa (2012:11) menambahkan bahwa cairan putih metalik (mengandung barium) yang ditelan oleh penderita akan melapisi saluran pencernaan dan membuat ulkus atau borok lebih terlihat saat pemeriksaan sinar-x. 2.1.7. Pengobatan Gastritis 2.1.7.1 Obat Antibiotik Phipps et al (2003:1024) menjelaskan bahwa antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, meringankan gejala rasa sakit, mual dan menyembuhkan inflamasi. 2.1.7.2 Obat Penghalang Produksi Asam Suzanne et al (2007:1206) menambahkan bahwa protomp inhibitor mengobati luka pada mukosa lambung dan mengobati infeksi bakteri Helicobacter pylori. 2.1.7.3 Obat untuk Mengurangi Produksi Asam Mayo (2012:4) mengatakan bahwa asam blocker atau disebut dengan histamin berguna untuk mengurangi sekresi asam lambung yang dilepaskan ke saluran pencernaan serta mengurangi rasa sakit dan mendorong penyembuhan. 5

2.1.7.4 Antasida yang Menetralisir Asam Lambung Mayo (2012:4) menjelaskan bahwa antasida menetralisir asam lambung yang berlebih dan dapat mengurangi nyeri dengan cepat serta dapat meredakan mulas atau gangguan pencernaan tetapi tidak mengobati gastritis. 2.1.8. Pencegahan Menurut Kunkun (2010:2) gastritis bisa dicegah dengan menerapkan pola makan sehat: menghindari jenis makanan yang merangsang produksi asam lambung seperti kopi, minuman alkohol, anggur putih dan sari buah sitrus. Menghindari konsumsi makanan yang mengandung gas, antara lain sayuran (kol, sawi) dan buahan (nangka, pisang ambon, kedondong, buah yang dikeringkan) serta minuman bersoda, kue tart, coklat dan keju. Selain itu menghindari makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan pedas, terlalu asam, merica, makanan terlalu berbumbu dan cuka. Olahraga teratur dan rutin serta mengontrol stres karena stres bisa meningkatkan produksi asam lambung dan akan memperparah gejala gastritis. Berhenti merokok untuk menghindari penyebab meningkatnya asam lambung dan tukak lambung, selain itu rokok bisa menyebabkan berbagai komplikasi lain seperti gangguan janin, impotensi, gangguan kehamilan dsb. 3. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan studi dokumentasi dan wawancara. Dokumen yang dipilih untuk penelitian ini adalah data semua pasien gastritis yang memenuhi kriteria penelitian dan faktor pencetus gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Untuk mendapatkan data faktor pencetus gastritis pada pasien di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat menggunakan teknik studi dokumentasi. Peneliti juga mewawancara 31 pasien yang berobat dan terdiagnosa gastritis pada tanggal 17-23 April 2013. 3.1. Proses Pengumpulan Data Setelah mendapat ijin dari pimpinan Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat, pada tanggal 17-23 April 2013 maka peneliti mengambil data dari status pasien yang mengalami gastritis pada periode bulan Januari-Maret 2013 yang berjumlah 62 dokumen. Data-data yang dikumpulkan dari status pasien adalah faktor pencetus gastritis yaitu pola makan, merokok, penggunaan obat non steroid anti inflamasi, stres yang dialami pasien, konsumsi minuman beralkohol, dan konsumsi kafein. Selain itu peneliti juga mewawancara 31 pasien yang terdiagnosa gastritis yang datang berobat ke Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat pada tanggal 17-23 April 2013. Peneliti mewawancara faktor pencetus gastritis yang dialami oleh pasien tersebut mulai dari pola makan, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, stres yang dialami pasien, serta menggunakan kafein. Wawancara tersebut menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan. Kemudian dari data yang terkumpul dalam bentuk cek list, tiap kasus yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria dari salah satu faktor pencetus gastritis 6

akan disimpulkan kasus gastritis yang disebabkan oleh faktor tersebut. Kemudian dari seluruh kasus yang terkumpul dikelompokkan jumlah sesuai sesuai faktor penyebabnya. Angka kasus yang terakumulasi dari tiap faktor dibagi total kasus yang diteliti dan dikali 100 untuk menjadi persentase. 3.2. Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan melalui studi dokumentasi dan wawancara, data diolah menggunakan rumus Kountur (2006:27). Kemudian data tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis penyebabnya untuk mengetahui berapa persentase penyebab tersebut dari seluruh pencetus gastritis yang terjadi. Selanjutnya jumlah kumpulan tiap faktor penyebab dibagikan dengan total sampel dikali dengan seratus persen. Maka nilai dari faktor pencetus disusun sesuai dengan peringkat paling tinggi sampai paling rendah. Kemudian diambil satu faktor pencetus yang nilainya paling tinggi dan paling rendah. 4. Hasil dan Analisa Data 4.1. Hasil dan Analisis Faktor pencetus gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: pola makan tidak teratur dengan angka kejadian 88 pasien (95%), mengkonsumsi kafein ada 68 pasien (73%), Stres ada 23 pasien (25%), merokok ada 22 pasien (24%), mengkonsumsi minuman beralkohol dan penggunaan obat anti inflamasi non steroid masing-masing 15 pasien (16%). Faktor pencetus yang paling dominan adalah pola makan makan tidak teratur terhadap angka kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Pola makan tidak teratur tersebut adalah karena jadwal makan yang tidak teratur, sering terlambat makan, gemar mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Faktor pencetus yang kurang dominan adalah penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan merokok. Obat anti inflamasi yang digunakan oleh pasien yang berobat ke Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah obat Ibuprofen. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Faktor pencetus terhadap angka kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: pola makan tidak teratur merupakan pencetus yang sangat banyak terhadap angka kejadian gastritis. Kafein merupakan pencetus yang banyak terhadap angka kejadian gastritis. Stres dan rokok merupakan pencetus yang sedikit terhadap angka kejadian gastritis. Minuman beralkohol dan obat anti inflamasi non steroid merupakan pencetus yang sangat sedikit terhadap angka kejadian gastritis. Pola makan tidak teratur merupakan faktor pencetus yang paling dominan terhadap kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan penggunaan obat anti inflamasi non steroid dan alkohol merupakan faktor pencetus yang kurang dominan terhadap angka kejadian gastritis di Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat. 7

5.2. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan sebagai bahan untuk memberikan penyuluhan dan motivasi kepada pasien yang berobat ke Puskesmas Parongpong Kabupaten Bandung Barat agar menjaga pola makan teratur. Pada bidang penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya, yaitu mengenai hubungan antara pola makan tidak teratur dengan kejadian gastritis. Daftar Pustaka Annisa, A. 2012. Gastritis [online]. Available: http://nissanissofkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-49837-umum-gastritis.html [1 Februari 2013]. Klasco, R. 2011. Diagnosa Gastritis [online]. Available: http://www.localhealth.com/article/gastritis-1[11 Maret 2013]. Kunkun, A. 2010. Gastritis [online]. Available: http://www.mitrakeluarga.com/bekasibarat/gastritis-sakit-maag/ [24 Februari 2013]. Lewis, S.M. et al. 2004. Medical-Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems. 16 th edition. USA: Mosby. McCance, K.L. and Huether S.E. 2006. Pathophisiology: The Biologic Basis For Disease in Adults and Children. 15 th edition. USA: Mosby. Mayoclinic. 2011. Treatments and Drugs [online]. Available: http://www.mayoclinic.com/health/gastritis/ds00488/dsection=treatm ents-and-drugs [21 Februari 2013]. Phipps, W.J. et al. 2003. Medical Surgical Nursing: Health and Ilness Perspektive. 7 th edition. USA: Mosby. Suzanne, C.S. et al 2007. Brunner and Suddarth Textbook of Medical-Surgical Nursing. 11 th edition. USA: Mosby. 8