BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berkaitan dengan perilaku atau tingkah laku. Hasil belajar diukur

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Karakteristik dari peserta didik kelas VI adalah peserta didik yang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Matriks Melalui Pembelajaran Model STAD. Rochani. SMKN 3 Blitar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

Anita Windarini SMP Negeri 1 Sanggau anitanajori@rocketmail.com

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI. Derajat Sarjana S-1 Program Studi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : YULITA PRALISTI A54B111011

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.?atan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (KTSP, 2006). b. Fungsi dan Tujuan Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan (KTSP, 2006). Pembelajaran Matematika bertujuan melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Mohamad Nur, 2003: 78) c. Pembelajaran Pembelajaran Matematika akan bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (cotextual problem). d. Penilaian Penilaian yang dilakukan lebih berfokus pada penilaian berbasis kelas. Dalam merancang penilaian, termasuk memilih teknik dan alat penilaian yang digunakan adalah penilaian tertulis, penilaian kinerja, dan penilaian karya atau portofolio. Standar

7 Kompetensi dirancang secara berdiversivikasi, untuk melayani semua kelompok siswa (normal, sedang, tinggi). Kelompok normal adalah kelompok yang memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang, sehingga perlu diberikan pelayanan dalam bentuk menambah waktu belajar atau memberikan remediasi. Sedangkan kelompok tinggi adalah kelompok yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan pelayanan dalam bentuk akselerasi (percepatan) belajar atau memberikan materi pengayaan (Mohamad Nur, 2003: 105). Beberapa aspek penilaian sebagai berikut: 1) Karya meliputi: garis bilangan, maket, model, peta, rumus, dan bangun ruang; 2) Kinerja atau unjuk kerja meliputi: menghitung, menimbang, mengukur jarak, menafsir, mencatat data, dan membuat tabel, grafik, diagram; 3) Perilaku: menunjukkan sifat teliti, menunjukkan sikap kritis, dan kebiasaan berfikir logis (Nur Mohamad, 2003: 96). Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Student Teams Achievment Division (STAD) dapat dilihat berikut ini: 1) Fase Tingkah laku Guru 2) Fase 1 Menyampaikan kompetensi yang diharapkan dan memotivasi siswa guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang diharapkan, dan memotivasi siswa belajar. 3) Fase 2 Menyajikan informasi, guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan melihat gambar atau lewat bahan bacaan. 4) Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok bekerja dan belajar, guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan diskusi secara efisien 5) Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

8 6) Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 7) Fase 6 Memberikan penghargaan, guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya hasil belajar individu maupun kelompok. e. Bermain Kuis 1) Bermain kuis atau dikenal dengan strategi pembelajaran Team Quiz. Langkah-langkah pembelajaran Team Quiz adalah sebagai berikut: a) Guru membentuk tiga kelompok (disesuaikan jumlah siswa). b) Membagi tugas secara bergantian untuk membuat soal, jawaban dan penilaian. c) Buat skor masing-masing jawaban tiap kelompok. 2) Team Quiz adalah suatu kegiatan tanya jawab antar kelompok. Dalam kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan Berfikir itu sendiri adalah bertanya (Hasibuan dan Moejiono, 2004: 86). 3) Pengertian bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong berfikir (Hasibuan dan Moejiono, 2004). Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan tentang fakta yang disampaikan dengan kata-kata sendiri, bukannya mengulang tepat seperti yang tertulis, membantu siswa mempelajari makna teks itu dan bukannya sekedar menghafalkannya (Mohamad Nur,1998). Pendapat ini mendukung bahwa memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari teman adalah sama dengan memberi kesempatan belajar kepada siswa, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa atau student center. 2.1.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) 1. Pengertian Student Team Achievement Divisions (STAD) Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Slavin, 2009: 143). Siswa ditempatkan dalam tim belajar

9 beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contxtual teaching and learning), yaitu tentang learning community. 2. Tahap pelaksanaan pembelajaran model STAD a. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada: 1) Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang. 2) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll. b. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut: 1) Pendahuluan

10 Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. 2) Pengembangan Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaanpertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. 3) Praktik terkendali Praktik terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama. 4) Kegiatan kelompok Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. c. Evaluasi Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok. d. Penghargaan kelompok Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super. e. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

11 2.1.3. Media Gambar Menurut Oemar Hamalik (2006: 43) berpendapat bahwa Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (200: 329) Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya. Menurut Arief Sadiman, (2003: 28-29): Media grafis visual sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya. Dari beberapa pendapat di atas media gambar adalah sesuatu yang berwujud visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. 2.1.4. Hakikat Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut pendapat dari Wasty Soemanto (1998: 104) Bahwa belajar adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia, supaya terjadi perubahan kualitatif secara individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Menurut Syaiful Bahri J.(2007: 44) belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah berakhirnya aktivitas. Sedangkan menurut Thursan Hakim (2002: 1) mendefinisikan belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri manusia dan perubahan itu ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas, kuantitas tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan. Dari beberapa difinisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu yang awalnya mampu melaksanakan sesuatu kemudian setelah terjadinya

12 interaksi akan terjadi perubahan-perubahan atau mampu melakukan sesuatu, dan wujudnya berupa perubahan sikap, tingkah laku, motivasi dll. 2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Wasty S. (1998: 113) adalah faktor stimuli belajar, metode belajar dan individu. Seseorang mengalami proses belajar dengan ditandai adanya perubahan yang diperoleh melalui pengalaman. Adapun yang mempengaruhi keberhasilan belajar menurut Conny R.S (2002: 11-16) dibagi menjadi beberapa faktor yaitu: pemenuhan kebutuhan psikologis; intelegensi, emosi dan motivasi; pengembangan kreativitas; implikasi; pengamatan; interpretasi dan eksperimen. Namun tidak hanya dari beberapa faktor tersebut di atas yang mempengaruhi pada keberhasilan belajar, seperti yang dikemukakan oleh S.Suryabrata dalam Lilik W.U (2009: 19) yaitu faktor dari dalam terdiri dari fisis meliputi fisis umum dan panca indra dan psikis meliputi kecerdasan, bakat, minat motivasi, emosi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor lainnya dari luar meliputi lingkungan terdiri dari alami dan sosial dan instrumental terdiri dari kurikulum, program, materi, sarana/fasilitas dan tenaga pengajar. Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka penulis berpendapat bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa, dari luar diri siswa dan faktor pendekatan atau metode yang dipergunakan untuk belajar. 3. Ciri-Ciri Belajar Pada hakikatnya perubahan tingkah laku yang dihasilkan dalam belajar memiliki ciri-ciri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 15) sebagai berikut: a. Peribahan terjadi secara sadar, hal ini terjadinya perubahan sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, kondisi yang terjadi bahwa perubahan yang terjadi dalam dirinya berlangsung terus menerus dan tidak statis serta mengakibatkan perubahan berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari pada sbelumnya. d. Perubahan belajar bukan bersifat sementara, hanya terjadi beberapa saat saja. e. Perubahan terarah dan bertujuan, hal ini terjadi benar-benar disadari.

13 f. Perubahan mencakup seluruh aspek dalam kebiasaan, keterampilan, pengetahauan dan sebagainya. 2.1.5 Hakikat Hasil Belajar Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin, 2004: 1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuatu dengan aturan tertentu, atau dengan kata untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Menurut Bell-Gradler ( dalam Udin S Winataputra ) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, ketrampilan, dan sikap. Hal tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui serangkaian proses belajar sepanjang hayat. Hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri individu yang diperoleh dari pengalaman yang bersifat relative tetap. Perubahan perilaku ini terjadi dari adanya interaksi pada diri individu. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek yaitu aspek sikap, aspek nilai, dan aspek ketrampilan atau psikomotor. Perubahan yang bersifat tetap adalah disebut hasil belajar, sedangkan perubahan yang tidak bersifat tetap karena sesuatu hal tidak disebut hail belajar. 2.2. Kajian Penelitian Relevan Nastiti, Titik Triyana (2012) Peningkatan Prestasi Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Student Teams Achievement Division (Stad) Pada Siswa Kelas IVB SD N Puro Pakualaman Yogyakarta. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai rata-rata kelas yang pada siklus I meningkat sebesar 16,44 (kondisi awal sebesar 46,23 menjadi 62,67) dan pada siklus II meningkat sebesar 35,44 (kondisi awal 46,23 menjadi 81,67). Dilihat dari peningkatan setiap siklus dapat dikatakan bahwa penerapan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri Puro Pakualaman Yogyakarta pada mata pelajaran IPA.

14 Siti Mukminatun, Upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami perubahan secara signifikan. Seno, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) Bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu juga pada ketuntasan belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada siklus II 80%. Skor minimal pada kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II juga naik menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100. 2.3. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang berpusat pada guru di mana guru hanya memakai metode ceramah sehingga siswa pasif dan akibatnya hasil belajar rendah. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal di atas, guru mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran tipe STAD berbantuan media gambar. Model STAD berbantuan media gambar merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan media gambar dengan melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dengan metode ini siswa dilatih untuk mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan bahasan dari suatu topik pembahasan. Hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukur keberhasilan

15 siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan tes formatif. Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model STAD berbantuan media gambar ini diharapkan dapat menimbulkan kreatifitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa maupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah sehingga siswa aktif mengikuti pembelajaran dan mempengaruhi hasil belajarnya. 2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Jika penerapan model STAD berbantuan media gambar dilaksanakan dengan baik (sesuai sintaks) diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Tlogodepok Semesterr 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Berdasarkan sintaks penerapan model STAD berbantuan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Tlogodepok Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat dilakukan dengan tahapan: 1) guru mengajak siswa mengamati gambar, mengemukakan masalah yang akan didiskusikan serta memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya, 2) dengan bimbingan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, 3) siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing, 4) tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, dan 5) siswa bersama guru membahas hasil laporan diskusi serta membuat kesimpulan